Dunia Penyihir

Ramsoda (Bagian 1)



Ramsoda (Bagian 1)

0

Angele segera keluar dari kamar Nancy, dan menarik nafas dalam-dalam. Senyum yang ia sunggingkan kepada Nancy berganti menjadi ekspresi serius. Ia melihat sekelilingnya. Saat ini, tidak ada calon penyihir lain di lorong tersebut. Hanya terdengar suara tapak kaki dari lantai atas, sehingga Angele menggunakan kesempatan ini untuk cepat-cepat menutupi luka di lehernya dengan kerah bajunya dan menuruni tangga.

'Zero, seberapa banyak energi radiasi yang telah kau serap?' tanya Angele.

'1.35% dari kalung tersebut. Permukaannya menyimpan energi dengan sangat aman, sehingga nyaris tidak ada kebocoran.' jawab Zero.

'Itu cukup. Gadis itu akan sadar jika kita ambil terlalu banyak energi.' pikir Angele. Akhirnya, ia sampai di lantai 5. Dia tidak ingin menghabiskan waktu setelah menjadi calon penyihir tingkat 1 dan mendapatkan energi dari kalung Nancy.

'Nancy pasti akan membenciku, tetapi aku tidak peduli dia suka padaku atau tidak. Bahkan, aku tidak tahu apakah aku akan bisa kembali ke kota. Ditambah lagi, menurut Master Adolf, di sini surat hanya bisa dikirim dengan kapal perekrutan anak baru. Membutuhkan waktu sekitar 4 tahun agar surat bisa sampai ke Marua, dan kemungkinan besar Nancy sudah lupa akan hal ini saat suratnya sudah terkirim.' pikir Angele.

Dengan cekatan, Angele kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Kegembiraan terpancar sangat jelas di wajahnya, lalu ia segera mengambil buku pemberian Master Adolf dan membuka halaman yang terakhir dibacanya. Isi buku itu bukan lagi meditasi, melainkan biografi. Angele harus menenangkan diri agar meditasinya bisa lancar.

'Sebelum menggunakan energi ini, aku harus bisa merasakan sendiri partikel energi di udara. Jika tidak, ilmu dasarku akan kurang baik.' pikir Angele. Ia sadar bahwa dalam ilmu sihir, penguasaan teknik dasar sangatlah penting. 

**********************

15 hari kemudian, kapal organisasi penyihir itu memisahkan diri dari kelompoknya, dan berlayar ke arah pantai, di mana seorang pria berjubah hitam menunggu. Ali, Nancy, Jared, dan Lando Luc turun dari kapal untuk mendaftar ke organisasi masing-masing di daerah ini. Calon penyihir yang masih ada di kapal adalah Yuri, Angele, Velvet, dan lebih dari 10 calon penyihir lainnya.

Angin laut menyebarkan bau amis ikan dan bau asin air laut. Cahaya keemasan matahari dari langit senja menghangatkan dek kapal yang dingin. Angele dapat merasakan perbedaan suhu antara seluruh kapal dan dek. Angele berdiri dalam diam di atas dek, ditemani oleh Yuri di sebelahnya. Ia melihat cahaya jauh di cakrawala menghilang. Cahaya matahari berwarna keemasan terpantul di gelombang air laut di sekitar kapal itu.

"Tanpa mereka, kereta ini terasa sepi. Tidak ada siapa-siapa disini." Yuri menggaruk kepalanya.

"Mungkin kita tidak akan bertemu mereka lagi." jawab Angele dengan tenang.

"Benar. Kudengar, tujuan kita masih jauh, lebih dari 10 ribu meter dari sini." kata Yuri. Meninggalkan sahabatnya membuat perasaan Yuri bercampur aduk.

"Kau akan pergi ke organisasi mana? Mungkin tujuan kita sama," tanya Yuri.

"Perguruan Ramsoda," jawab Angele.

"Perguruan Ramsoda? Aku tidak pernah mendengar nama itu..." Yuri terlihat bingung.

"Kemungkinan besar kau tidak tahu tentang organisasi itu." Terdengar suara seorang gadis di belakang mereka. Mereka pun berbalik, dan melihat Velvet berjalan mendekati mereka. Gadis itu mengenakan baju terusan berwarna putih, dan membawa sebilah pedang panjang di tangannya. Rambut kuncir kudanya menari-nari di udara. Walaupun ia berkeringat dan terengah-engah setelah latihan berpedang, Velvet masih terlihat bersih dan cantik.

"Di dunia ini banyak organisasi penyihir rahasia, jadi tidak mungkin ada yang tahu tentang semua organisasi yang ada. Lagipula, jika dilihat dari kata 'Perguruan', kemungkinan besar itu adalah nama lama yang digunakan organisasi penyihir. Organisasi itu mungkin sudah mengganti namanya." lanjut gadis itu.

"Kau tahu banyak tentang ini," kata Yuri sambil tersenyum.

"Ayahku adalah seorang penyihir, dan aku belajar banyak tentang dunia ini darinya. Tujuanku adalah Menara Enam Cincin." kata Velvet dengan santai.

"Tujuanku adalah Kastil Taring Putih, sebuah organisasi di Dataran Tinggi Taring Putih. Kudengar, organisasi itu sangat kuat," Yuri tertawa. Walaupun Yuri adalah anak bangsawan, ia mudah akrab dengan orang lain. Ia tidak terlalu peduli dengan status sosial. Selain itu, ia sangatlah baik hati dan jujur.

"Di mana saja tidak apa-apa, asal pria berjubah itu tahu organisasi tujuan kita." Angele tertawa.

"Lando Luc bilang, Menara Enam Cincin dan Kastil Taring Putih ada di tempat yang sama. Pria berjubah itu juga menyuruhku turun di situ, jadi kita harus saling menghubungi dan tolong menolong jika terjadi apa-apa," lanjutnya.

"Tentu." jawab Yuri.

"Kita semua dari Marua, jadi kita harus bersatu saat tinggal bersama-sama di lingkungan baru." lanjutnya, lalu ia tersenyum gembira.

"Kalian tidak peduli kalau aku hanya memiliki potensi tingkat 1?" tanya Velvet sambil menggigit bibirnya.

"Tingkat potensi sihir hanyalah dasar, bukan hal terpenting. Jika kita ingin menjadi penyihir, kita harus terus belajar, meneliti, dan bekerja keras untuk membayangkan dan menciptakan sesuatu yang baru. Itulah syarat utama yang dibutuhkan seorang penyihir." jawab Yuri dengan wajah serius.

"Itulah yang dikatakan kakekku. Dia adalah penyihir dari Kastil Taring Putih." lanjutnya.

Velvet memandang Yuri selama beberapa saat, lalu ia mengangguk. Matanya berlinang air mata.

'Yuri benar. Menurut buku yang kubaca, potensi sihir itu penting, namun bukan hal terpenting. Potensi tinggi akan mempercepat proses awal, namun setelah itu, seorang calon penyihir harus terus belajar dan meneliti untuk terus mencari pengetahuan. Pengetahuan adalah kekuatan dan hartaku. Namun, dengan potensi tingkat 1, Velvet membutuhkan waktu yang sangat lama untuk berlatih dan menguasai dasarnya. Jika semuanya lancar mungkin ia akan menjadi calon penyihir level 3 di umur 30 tahun.' pikir Angele. Ia tidak yakin apakah Yuri sedang membantu Velvet atau justru memberi harapan palsu.

Angele tidak mengatakan apapun. Ia hanya memberi semangat kepada Velvet sebelum kembali ke kabin. Lalu, ia mengambil makanan di lantai 4, dan kembali ke kamarnya. Kemarin, Angele telah berhasil merasakan partikel energi yang tak dikenal di udara, namun ia tidak yakin apakah itu energi yang ia cari.

Angele duduk bersila di tempat tidur. Ia menutup matanya dan mulai bermeditasi. Jam kristal di mejanya menunjukkan pukul 6 malam. Jam itu terus berdetik, hingga sekarang menunjukkan jam 10 malam. Ruangan Angele gelap gulita, namun tiba-tiba setitik cahaya hijau muncul di dekat pipi Angele. Secercah cahaya seukuran biji wijen itu berkelap-kelip selama sekitar setengah jam, seirama dengan kelopak mata Angele yang berdenyut, dan tubuhnya yang semakin berkeringat. Saat ia selesai bermeditasi, cahaya itu langsung menghilang. Saat membuka mata, seketika ia merasa kelelahan.

"Akhirnya, aku mencapai tingkat 2. Setelah ini, peningkatanku akan menjadi sedikit lebih mudah. Sekarang, aku harus melatih tubuhku untuk beradaptasi dengan partikel energi itu." gumam Angele.

'Zero, gunakan energi yang tersimpan, dan lepaskan energi itu perlahan-lahan, agar tubuhku dapat mengatasinya.' perintah Angele.

'Misi dimulai... Melepaskan energi. Selesai. Membutuhkan waktu 231 jam, 43 menit, dan 12 detik agar energi habis.' jawab Zero.

'Lebih dari 10 hari? Bagus.' Angele mengangguk karena puas dengan hasilnya. Saat Zero berhenti bicara, Angele melihat cahaya hijau di permukaan kulitnya. Tidak lama kemudian, cahaya itu menghilang. Tidak ada yang terjadi setelahnya, namun ia tahu kalau chip-nya masih melepaskan energi. Ia bisa merasa ada energi yang keluar dari tubuhnya. Proses pelepasan energi itu menghasilkan rasa hangat, seakan ada matahari kecil di dalam tubuhnya. Kehangatan itu membuatnya merasa nyaman dan segar, hingga ia tak lagi merasakan hawa dingin di kamar ini. Namun, di mulutnya terasa sedikit rasa rumput.

"Energi positif dari tumbuhan." Berdasarkan buku meditasi dan ajaran Adolf, Angele dapat menyimpulkan sumber kehangatan dan kenyamanan itu. Energi positif seperti itu hanya dimiliki oleh tumbuhan. Menurut buku itu, terdapat partikel energi dasar di udara, dan energi yang membantu pertumbuhan flora disebut Energi Flora. Selain itu, berdasarkan efeknya, energi juga diklasifikasikan menjadi dua kategori: Energi Positif dan Energi Negatif. Para penyihir juga menemukan beberapa tipe partikel energi dan mengklasifikasikannya berdasarkan efeknya.

Energi yang diserapnya dari kalung Nancy adalah Energi Flora, karena efeknya yang positif. Namun, di sisi lain, partikel tumbuhan yang negatif dapat memberi efek negatif, seperti menghancurkan keseimbangan alam. Di udara terdapat terlalu banyak partikel energi, sehingga para penyihir pun belum mengetahui semuanya. Bahkan, energi negatif nyaris dianggap mitos, sebelum akhirnya seorang penyihir membuktikan keberadaan energi itu beberapa ratus tahun lalu.

'Zero, buatlah tabel peringkat kekuatan setiap partikel energi.' perintah Angele.

'Mohon beri nama unit pengukuran kekuatan dan persamaan untuk unit tersebut.' jawab Zero.

'Nama unit pengukuran: Derajat radiasi. Satu derajat radiasi sama dengan energi yang dilepaskan saat membakar sebatang korek. Tunjukkan jumlah energi yang saat ini tersimpan berdasarkan persamaan tersebut.' perintah Angele. Menurut buku yang dibacanya, derajat radiasi adalah ukuran baku yang digunakan para penyihir, dan persamaan itu tertulis di buku tersebut. Dengan menggunakan satuan itu sebagai pengukur, Angele bisa memerintah chip-nya untuk menghitung data untuknya.

'Perhitungan selesai. Jumlah energi tersimpan adalah 17.4 derajat radiasi. Energi semakin berkurang karena konsumsi terus berlangsung.' lapor Zero.

Angele mengangguk puas.

'Jika aku bisa terus melakukan ini selama setengah tahun, aku akan mendapat kemampuan untuk memasukkan partikel energi dari udara ke dalam tubuhku dan mengedarkannya. Cara ini lebih cepat dari cara yang ditulis di buku itu,' Angele berpikir.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.