Dunia Penyihir

Dekat (1)



Dekat (1)

0

"Sang baron tidak menunaikan tugasnya dengan baik. Dia bertindak semaunya di teritorinya, dan pajaknya pun terlalu berat. Aku memutuskan untuk melakukan sesuatu agar daerah kekuasaan Rio kembali damai." Wade berkata sambil tersenyum.

Angele menatap kaget ke arah mereka. Akhirnya, dia menyadari bahwa mereka telah mengkhianati ayahnya.

"Wade, kau juga memutuskan untuk mengkhianati ayahku?" Angele bertanya dengan sedikit muram karena sebenarnya ia menyukai Wade.

"Juga? Ha, Tuan Muda sudah tahu tentang rencana ini?" Wade sedikit kaget. Ia merasa sedikit khawatir karena Angele terlihat terlalu tenang.

"Yah, karena Tuan Muda sudah tahu tentang ini, kita akan membuat urusan ini lebih mudah." kata Wade.

"Lebih mudah? Ha!" Angele tertawa. Dia menarik pedangnya dan menghilang dari pandangan mereka.

"AH!" Tiba-tiba, terdengar teriakan kedua pengawal dari luar pintu. Angele telah memotong kepala mereka hingga mati tanpa menyadari apa yang baru saja terjadi. Darah mereka mengucur membasahi lantai,

"Aku tidak butuh pengkhianat." kata Angele.

Wade tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi, hingga ia tidak sempat bereaksi. Keringat mulai mengucur deras dari dahi Wade, hingga Angele dapat melihat keringat membasahi seluruh dahinya. Wade tidak menyangka apa yang baru saja dilakukan Angele. Dia adalah seorang ksatria tingkat menengah, namun Angele jauh lebih cepat darinya.

"Ksatria tingkat atas?!" kata Wade dengan suara yang bergetar.

Dengan ekspresi wajah tak peduli, Angele menurunkan pedangnya. Ekspresi wajahnya cuek, seakan-akan tidak peduli bahwa dia baru saja membunuh dua orang pengawal dalam waktu kurang dari sedetik. Dia berpikir bahwa Wade tidak bisa melakukan apapun padanya, karena ada perbedaan yang sangat luas antara kedua tingkat kekuatan mereka.

"Kau adalah ksatria tingkat atas?!" Wajah Wade berubah pucat, lalu ia mundur. Remaja muda itu baru saja membunuh dua orang pengawal dengan mudah. Saat ini, ia dengan acuh membersihkan darah dari pedangnya, seakan-akan membunuh sudah menjadi hal yang biasa bagi remaja itu.

"Aku benar-benar… tidak menyangka jika kau adalah seorang ksatria tingkat atas…" Wade tahu dia tidak akan bisa menghindari pedang Angele, jadi ia hanya berdiri disana.

"Bagaimana bisa Angele Rio…" Akhirnya, Wade memutuskan untuk melawannya, dan mengeluarkan cakar besi hitam.

"Karena kau telah merawatku selama bertahun-tahun, akan kuakhiri kau lebih cepat." Angele berkata sembari menatap Wade.

"Heh…" Wade menyadari bahwa rencananya telah gagal. Tidak ada yang menyangka bahwa seorang playboy memiliki kekuatan setara dengan ksatria tingkat atas.

"Kau bisa membunuhku, tetapi kau tidak bisa menyelamatkan Karl." Wade menenangkan dirinya, dan seketika tertawa.

"Ya?" tanya Angele dengan dingin.

Wade berteriak ketakutan, lalu ia berlari menuruni tangga seperti hantu seraya melemparkan sesuatu ke pinggang Angele.

Tang!

Angele menangkis pisau hitam itu dengan mudahnya, hingga pisau itu terbang ke arah dinding batu. Kemudian, ia berlari mengejar Wade secepat kilat putih, jauh lebih cepat ketimbang Wade sendiri. Keduanya berlari keluar dari gedung utama hingga ke lapangan berlatih. Hari masih pagi, dan hanya ada tiga puluh orang yang sedang berlatih disana.

Mereka berlari kencang keluar dari kastil, saking cepatnya mereka terlihat seperti dua bayangan berwarna putih dan hitam. Bayangan putih sesekali menyerang bayangan hitam, dan orang-orang di sekitar dapat mendengar suara besi saling beradu. Tidak ada yang tahu siapa mereka, namun para murid menyadari bahwa mereka adalah petarung tingkat ksatria.

Lapangan berlatih menjadi riuh, semua murid menjadi tertarik siapa sebenarnya kedua orang itu. Hanya beberapa guru yang dapat melihat pakaian mereka, namun tidak ada yang menyadari jika sebenarnya mereka adalah Angele dan Wade.

Tepat di belakang Wade, Angele berusaha mengejar dan mencapainya. Dia bisa membunuh seorang ksatria tingkat menengah, namun jika lawannya berlari terus, dia tidak akan bisa membunuh lawannya sebagaimana ia membunuh kedua pengawal tadi. Walaupun mereka telah berlari beberapa kilometer dari kastil, mereka terus berlari. Angele berlari sangat cepat hingga pohon-pohon di sampingnya menjadi terlihat buram.

"Wade, kau pikir kau bisa lari dariku? Aku masih muda, sedangkan kau sudah tua. Kau tidak akan bertahan lama. Bagaimana kalau kau berhenti saja dan beritahu aku semua rencanamu? Mungkin aku akan membebaskanmu. Lagipula, kau telah melayani keluarga ini dengan baik selama bertahun-tahun." kata Angele sembari terus mengejar.

"Membebaskanku?" Wade tertawa, lalu ia terdiam. Wade berpikir bahwa Angele sangat mirip dengan ayahnya yang tidak dapat menepati janjinya. Lagipula, baru-baru ini sang baron telah membunuh dua pengawal di lapangan berlatih walaupun sudah berjanji. Benar-benar tidak mungkin baginya untuk mempercayai Angele.

Jika Wade terus berlari, kemungkinan ia akan bisa kabur dari Angele. Angele menjadi agak khawatir karenanya. Walaupun Wade sudah tua, dia masih memiliki seed. Seed-nya bisa membuatnya lebih kuat selama beberapa waktu, dan juga menambah kecepatannya. Angele juga ingin membuat Wade membocorkan apa sebenarnya situasi ayahnya saat ini.

Angele mengambil sesuatu dari kantongnya dan melemparkannya tepat ke arah Wade. Wade mendengar sesuatu sedang datang ke arahnya dan berusaha menghindarinya dengan memiringkan badannya ke kanan, namun lengan kirinya masih tergores.

"Pisau itu beracun!" teriak Wade sembari melompat pergi. Ia berhenti di dekat sebuah batu besar di pinggir jalan. Angele juga berhenti di sana, menatap pria tua yang telah melayani Keluarga Rio selama bertahun-tahun itu dengan perasaan campur aduk.

"Ada pesan terakhir?" Angele bertanya dengan wajah tenang. Wade mencoba menghentikan darah yang mengucur dari lukanya, namun tidak berhasil. Dia tahu bahwa racun itu akan membunuhnya,

"Sepertinya semuanya akan berakhir disini. Aku tidak menyangka akhirnya akan seperti ini, aku hanya…" Wade tertawa.

"Aku akan meninggalkanmu di sini, namun aku akan merawat keluargamu. Selain itu, bukan aku yang membunuhmu." Angele menghela nafas, dan mengambil sebuah kartu hitam dengan simbol laba-laba merah darah yang bersinar di tengahnya.

"Kau adalah pembunuh bayaran anggota Dark Emblem? Kau baru empat belas tahun, tapi sudah memiliki kemampuan seperti ini… Kau sangat berbakat." Wade tidak yakin apakah Angele adalah seorang pembunuh bayaran, atau apa dia hanya mengambil kartu dari anggota Dark Emblem yang dibunuhnya. Namun, Wade tahu jika ia tidak akan memenangkan pertarungan ini.

Wade menghela nafas panjang, racunnya telah menyebar dan melumpuhkan separuh tubuhnya.

"Akan kuberitahu di mana dan bagaimana keadaan sang baron saat ini. Aku hanya minta jaminan keselamatan keluargaku." kata Wade, lalu ia mulai memberitahu Angele semua informasi yang diketahuinya.

BOOM!

Audis terlempar masuk ke dalam semak belukar di sampingnya. Darahnya yang terciprat membasahi tanah hingga meninggalkan jejak. Di hutan, sang baron masih berdiri sambil memegang pedangnya. Darah mengucur perlahan dari mata kanan yang terluka itu. Bagian tubuh lainnya juga tak luput dari luka-luka yang menghiasinya. Ia melihat sekelilingnya dengan raut wajah seperti orang gila.

"Dulu, kita adalah kelompok prajurit terbaik, namun sekarang…" Sang baron mulai tertawa. Chris dan Lisa berdiri di dekat pepohonan, dan membentuk formasi segitiga. Tangan kiri Chris terluka, namun lukanya tidak dalam.

Lisa terluka parah, di pinggangnya menganga luka besar yang nyaris memotong tubuhnya.

"Karl, semua harus berakhir hari ini!" Terdengar jelas suara teriakan Lisa yang bergetar karena kesakitan. Audis akhirnya berdiri dari semak-semak dan memuntahkan sedikit darah. Dengan pedangnya, Audis mencoba menstabilkan dirinya. Terlihat jelas bahwa ia juga terluka parah.

"Kukira kita memiliki tingkat kekuatan yang sama…" Audis tertawa.

Rambut panjang sang baron berlumuran darah, sehingga rambutnya saling menempel. Walaupun begitu, penampilannya masih terlihat liar dan ramah.

"Aku telah menganggapmu saudara, Audis! Kau benar-benar mengecewakanku…" kata sang baron.

"Kecewa?" Audis tertawa.

"Kau memiliki semua kekuatan di tanganmu, dan juga Kirin! Kuberikan juga tambang perakku dan wanita anakku! Mengapa?! Mengapa kulakukan semua itu?! Kau harus mati!" Audis berteriak.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.