Dunia Penyihir

Kehidupan (Bagian 1)



Kehidupan (Bagian 1)

0

Dengan cepat, kelompok ksatria itu sampai ke istana. Mereka langsung masuk ke istana setelah melewati jembatan lipat yang sudah diturunkan.

Pandangan Ye Song mengikuti mereka sampai mereka melewati gerbang, kemudian ia duduk kembali di kursinya. Melalui memori Angele, Ye Song telah mengumpulkan cukup banyak informasi tentang Baron Karl. Walaupun Baron Karl dianggap sebagai bangsawan yang kejam, dia merawat Angele dengan baik. Baron Karl sangat disiplin dalam hal menegakkan aturan, tetapi ia tidak pernah memukul Angele sekalipun.

'Aku harus keluar dan menyapa ayahku.' pikir Ye Song. Namun, seorang pengawal mengetuk pintunya sebelum ia sempat berdiri.

"Tuan Muda Angele, sang baron memanggilmu." kata pelayannya, Maggie, dari luar pintu.

"Baik, aku akan kesana." teriak Ye Song.

Ye Song cepat-cepat berdiri dan membuka pintu. Di luar, Maggie sudah menunggu sambil memegang sebuah lilin dalam tempat lilin. Ye Song mengikuti Maggie melewati lorong dan turun dari tangga berbentuk spiral. Akhirnya setelah sampai di lantai dua, ada ruangan setengah terbuka di ujung lorong. Cahaya lilin terlihat bersinar keluar dari ruangan itu.

"Saya akan tunggu di sini, Tuan Muda." kata Maggie, sembari membungkuk hormat kepada Ye Song.

Ye Song mengangguk dan berjalan masuk ke ruangan itu.

Suara sang baron yang berat terdengar semakin jelas saat Ye Song berjalan semakin dekat. 

"… Di wilayahku, tidak ada yang berani untuk mengabaikan perintahku. Penjahat-penjahat itu pasti dari luar daerah ini." kata Baron Karl. Namun, Ye Song hanya mendengar setengah dari kalimat itu.

Suara berat yang berbeda terdengar dari ruangan itu, dan itu adalah suara Ksatria Audis.

"Saya tidak terlalu yakin tentang itu. Berdasarkan penampilannya, penjahat-penjahat itu berasal dari timur. Kemungkinan besar mereka berasal dari Kerajaan Saladin. Pakaian dan senjata mereka semua terlihat khas timur, dan mereka bertarung layaknya prajurit terlatih, bukan penjahat sembarangan. Saya kira, mereka ingin membalas dendam untuk kejadian empat tahun lalu." jawab Audis.

"Kerajaan Saladin membutuhkan waktu setengah tahun untuk mencapai tempat ini, itu pun menggunakan kuda terbaik mereka. Selain itu, mereka juga harus melewati hutan lebat yang sangat luas. Sangat kecil kemungkinan Kerajaan Saladin terlibat dalam kasus ini. Kupikir, ini adalah ulah Candia, si berandalan tua itu." Kata Baron Karl dengan nada dingin. "Itu adalah hal terakhir yang bisa dilakukannya."

"Benar juga. Kita telah mendesak Candia dengan terlalu keras belakangan ini. Kemungkinan jika ini ulah Candia sangat besar..." kata Audis.

Ye Song tidak mengetuk pintu dan hanya berdiri di luar. Dia tahu bahwa Audis dan Baron Karl sudah dari tadi mendengar suara langkah kakinya. Ye Song hanya harus menunggu di luar.

"Tetapi, ada satu lagi kemungkinan – Lasga." tebak Audis.

"Lasga? Aku pernah ke sana sekitar sepuluh tahun lalu. Bagaimana keadaan tempat itu sekarang? Apakah Sally, si wanita gila itu, masih di sana?" tanya Baron Karl.

"Saya pikir, dia masih di sana. Tunggu, kita berhenti di sini dulu. Angele, masuklah." panggil Audis dengan lantang.

"Saya akan masuk." jawab Ye Song, kemudian ia membuka pintunya.

Ruangan itu ternyata adalah ruangan belajar. Di dekat dinding, ada dua rak berisi penuh buku. Ye Song melihat api perlahan menari-nari di perapian di dalam dinding.

Baron Karl dan Ksatria Audis duduk di tepi meja, dan keduanya memiliki cangkir putih di depannya.

Ye Song melirik apa isi cangkir itu. Di dalamnya, ada cairan berwarna hitam, beraroma mint yang khas.

"Ayah, Paman Audis, saya datang." sapa Ye Song dengan sopan, seperti yang dilihatnya dalam memori Angele.

Karl dan Audis adalah dua dari empat orang terkuat di daerah kekuasaan Rio. Baron Karl menganggap Audis lebih sebagai teman, tidak hanya sebagai ksatria biasa. Mereka adalah ahli pedang terbaik yang selamat dari Perang Redbud.

Tidak ada ranking untuk para petarung di dunia ini, dan satu-satunya cara bagi ksatria untuk menunjukkan kekuatannya adalah dengan berperang.

"Duduklah." Kata Baron Karl, sembari menunjuk sebuah kursi.

Ye Song mengangguk, kemudian dia duduk tanpa suara.

"Situasi di luar sedang tidak baik. Kerajaan Saladin kemungkinan besar akan berperang melawan kita, Kerajaan Rudin. Daerah kekuasaan kita terletak tepat di perbatasan Kerajaan Saladin, jadi tempat ini akan menjadi garis depan pertempuran. Aku sudah meminta bawahanku untuk menghubungi kelompok lama saya di pelabuhan dan membeli baju zirah dan persenjataan yang baru. Seharusnya, dua benda itu akan tiba dalam waktu dekat..." Baron Karl mulai berbicara lagi kepada Audis.

Ye Song duduk di ujung, dan berusaha menganalisa dua orang yang sedang berbincang-bincang di depannya.

Ia sudah tahu siapa Baron Karl, dan tidak ada lagi yang perlu dianalisa tentangnya.

Namun, Ye Song tidak pernah menganalisa Audis sebelumnya. Audis terlihat seperti seekor beruang, tubuhnya tinggi besar walaupun dia sedang duduk. Tingginya hampir setara dengan tinggi dua pria dewasa. Baju zirah besi yang dikenakannya seluruhnya berwarna hitam mengkilap. Kepalanya botak dan terlihat seperti bohlam. Dia mengenakan anting-anting pada telinga kirinya. Aksesoris dan pakaian yang dikenakannya membuatnya terlihat seperti orang barbar. 

'Zero, analisa kemampuan bertarung mereka berdasarkan informasi sensorik yang kumiliki.' Ye Song memerintah Zero melalui pikirannya.

Tiba-tiba, Ye Song bisa melihat informasi keluar di depan matanya seperti air terjun. Informasi tersebut ditulis dalam warna biru, dan tulisannya terlihat tepat dan kompleks.

Ye Song tahu bahwa kemampuan bertarung seseorang sangat penting di dunia ini. Dari memori Angele, dia tahu bahwa satu-satunya hal yang akan membantunya mendapatkan apa yang ia inginkan adalah kekuatan yang tidak tertandingi. Jika Ye Song menjadi kuat, ia akan bisa melindungi dirinya sendiri. Dia memutuskan untuk menganalisa kekuatan Baron Karl dan Audis.

Baron Karl dan Audis terus membicarakan perkara-perkara di luar kerajaan. Namun, terkadang Ye Song merasa bahwa sang baron sedang melihat ke arahnya. Wajah Baron Karl menjadi kecewa setiap kali ia melihat Ye Song tidak mendengarkannya dengan seksama.

Mereka berdua berusaha mengajak Ye Song untuk ikut berdiskusi, sebagai persiapan Ye Song saat kelak ia menjadi kepala keluarga Rio. Namun, wajah Ye Song yang sedang menganalisa informasi yang didapatkannya membuatnya terlihat seakan tidak tertarik, dan itu membuat kedua orang tersebut sangat kecewa.

Ye Song tidak terlalu mengerti intinya, tapi setidaknya ia telah mendapatkan hasil yang diinginkannya.

'Karl Rio: Berdasarkan informasi sensorik yang dimiliki: Kekuatan lebih tinggi dari 2, Kecepatan lebih tinggi dari 2, dan Stamina lebih tinggi dari 2.

Audis, berdasarkan informasi sensorik, Kekuatan lebih tinggi dari 3, Kecepatan 1, dan Stamina lebih tinggi dari 3.' Lapor suara Zero di pikiran Ye Song.

Ye Song sangat kaget...

Memiliki satu poin dalam aspek apapun kira-kira setara dengan memiliki kekuatan satu pria dewasa berdasarkan standar di Bumi. 

Menurut hasil analisa, Audis dan Ye Song mirip seperti Superman yang biasa Ye Song lihat di film. Kekuatan mereka lebih dari dua atau tiga, yang artinya kekuatan mereka sama dengan kekuatan dua atau tiga pria dewasa. Stamina mengacu pada ketahanan saat menerima serangan, ketahanan akan racun, penyembuhan, dan daya tahan tubuh.

'Aku yakin bahwa sekarang aku sedang tidak berada di bumi...' pikir Ye Song, terdiam.

'Zero, analisalah aku.' perintah Ye Song.

Informasi berwarna biru muncul di depan mata Ye Song.

'Hasil analisa Angele Rio: Kekuatan lebih rendah dari 0.3, Kecepatan lebih rendah dari 0.4, dan Stamina lebih rendah dari 0.7.' lapor Zero.

'…' lagi-lagi Ye Song terdiam.

Walaupun untuk ukuran remaja berumur empat belas tahun, Angele masih terlihat sangat lemah. Seorang remaja normal di Bumi akan punya kekuatan 0.5 dan kecepatan 1.2. Angele sudah menerima pelatihan ksatria, namun datanya masih di bawah rata-rata. Bagaimana mungkin?

Mungkin Ye Song masih terluka, dan ia harus menunggu penyembuhan total.

Baron Karl berhenti berbincang dengan Audis tentang rencana mereka, dan mereka berganti melihat ke arah Ye Song.

"Angele, mulai besok kau akan belajar teknik bertarung dasar dari Audis. Remaja-remaja pria lainnya dari kastil juga akan menemanimu berlatih." kata Baron Karl.

"Saya mengerti, Ayah." Ye Song menjawab.

"Kekuatan fisikmu lemah. Ayah ingin setidaknya fisikmu sama dengan rata-rata anak pada umumnya, jadi, ayah mau kau belajar teknik bertarung dasar." Ye Song bisa melihat kekhawatiran di mata sang baron.

"Saya mengerti." Ye Song menjawab sambil mengangguk.

"Bagaimana masa pemulihanmu? Apa kau merasa lebih baik?" Audis bertanya dengan ramah.

"Aku bisa berlatih teknik bertarung dasar." jawab Ye Song.

"Bagus." Audis mengangguk.

"Bicaralah pada Annker jika kau mau makan masakan tertentu. Dia adalah ketua para pelayan wanita. Kemarin, kita menangkap seekor banteng bertanduk. Kau akan sembuh lebih cepat jika kau makan itu. Baiklah, pergi dan istirahatlah dulu." kata Baron Karl.

Ye Song berdiri, membungkuk hormat, dan cepat-cepat keluar dari ruangan itu.

Maggie masih menunggu di dekat tangga sembari membawa tempat lilin. Ia berdiri sendirian dalam gelap sampai Ye Song menyelesaikan urusannya.

Ye Song cepat-cepat berjalan ke arahnya.

"Mengapa gelap sekali? Apakah sekarang tidak ada orang di sini?" Ye Song bertanya.

"Ini adalah bagian tempat tidur. Sekarang, sebagian besar orang kastil ada di tempat berlatih atau di kafe. Tidak banyak orang yang ada di sini, jadi kita tidak akan membuang-buang lilin." Maggie menggelengkan kepalanya.

"Oke." Ye Song menjawab sambil mengangguk.

Menurut memori Angele, istana terbagi menjadi beberapa bagian.

Bagian kamar tidur, bagian tempat belajar, dan bagian aktivitas bebas.

Bagian tempat belajar terdiri dari tempat berlatih dan arena. Tempat lain di bagian ini adalah kafe, perajin besi, kandang kuda, dan lain-lain.

Istana ini berukuran sama dengan ukuran rata-rata universitas di Bumi, namun hanya ada 200 orang tinggal di sini. Hanya ksatria, ahli berpedang, dan ahli tombak kuat yang diperbolehkan hidup di istana. Hanya ada 100 orang prajurit yang seperti itu.

"Ayo kita kembali ke kamar." kata Ye Song sembari berhenti berpikir.

Maggie mengantar Ye Song kembali ke kamarnya.

Saat masuk, Ye Song melihat Cecilia bersembunyi di ujung ruangan.

"Tikus kotor, bagaimana kau bisa masuk ke ruangan Tuan Muda Angele?!" Maggie berteriak kepada Cecilia.

Cecilia bergerak mendekati ujung ruangan dan berusaha untuk bersembunyi.

"Tidak apa-apa. Sekarang, kau boleh pergi." Kata Ye Song, sembari menghalangi Maggie agar ia tidak buru-buru masuk ke kamarnya.

"Baik, Tuan Muda." Maggie langsung berhenti dan berjalan keluar dari kamar.

Pintu ruangan ditutup.

Ye Song melihat ke arah gadis yang sedang bersembunyi di ujung ruangan itu. Ia menatapnya untuk waktu yang cukup lama.

Cecilia ini adalah seorang gadis yang berambut panjang berwarna hitam. Dia mengenakan gaun putih keabu-abuan dengan potongan pakaian yang memperlihatkan bahunya yang berkulit putih dan mulus. Seandainya dia tidak sedang menangis, gadis itu akan terlihat sangat cantik.

Ye Song tidak ingin melakukan apapun. Ia mengambil selimut sutra putih dari tempat tidurnya dan melemparkannya kepada gadis itu. Ye Song memutuskan untuk berbaring di tempat tidurnya. Ia sangat lelah.

"Ha..." Ye Song menarik nafas dalam-dalam.

'Berdasarkan situasi saat ini, posisiku sangat bagus. Selama ada Baron Karl di sisiku, aku tidak perlu khawatir tentang apapun. Tetapi, aku tidak bisa meramal masa depan, dan aku harus mempersiapkan diri untuk kejadian yang tidak terduga. Dunia ini tidak damai sama sekali.' pikir Ye Song, sebelum akhirnya ia tertidur nyenyak.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.