Dunia Penyihir

Mendekati (Bagian 2)



Mendekati (Bagian 2)

0

Angele langsung berlari ke arah pohon itu. Sementara itu, kedua pengawal itu tidak menyangka jika panah Angele akan mengenai sasaran. Mereka kebingungan selama beberapa saat sambil berjalan ke arah pohon itu.

"Itu adalah Ular bermata satu. Matanya berwarna merah!" Angele telah memeriksa informasi tentang ular tersebut sebelumnya.

Ular kecil yang telah mati di pohon itu berukuran kira-kira selebar jari dan memiliki mata berwarna merah darah di dahinya. Mata itulah yang menjadi asal mula nama hewan ini. Sementara itu, warna sisiknya sangat mirip dengan warna pohon dimana ular itu merayap. Jika ular itu tidak tertembak oleh panah, kemungkinan kedua pengawal itu tidak akan bisa menemukannya.

Angele mengambil pedangnya dan memukul ular itu tepat di kepala dengan gagang pedangnya. Seketika, ular itu pingsan dan berhenti bergerak.

"Kudengar bahwa mata ular ini baik untukku, jadi aku akan memakannya." Kata Angele dengan santai.

Kedua pengawal itu bingung. Mereka tidak tahu apakah mereka harus menghentikan tuan mudanya atau tidak.

Angele mengambil sebilah pisau berburu dari sabuknya, dan menghabiskan waktu beberapa lama untuk mencongkel mata ular itu. Akhirnya Angele berhasil mencongkel mata merah berdarah itu, lalu ia memasukkannya ke mulutnya. Ia langsung menelan mata itu tanpa mengunyahnya.

Walau ular itu memiliki racun yang mematikan di giginya, namun matanya sama sekali tidak mengandung racun. Kedua pengawal itu memutuskan untuk membiarkan Angele melakukan itu karena mereka tidak ingin mengecewakan Tuan Muda Angele.

Mereka memperhatikan Angele menelan mata ular itu dengan ekspresi wajah yang aneh,

"Ayo kita lanjutkan perjalanan." kata Angele sembari melempar tubuh ular mati itu ke arah salah satu pengawal. Ular itu dimasukkan ke dalam kantong linen oleh salah satu pengawal itu.

Sementara para pengawal masih bingung apa yang sedang terjadi, mereka lagi-lagi mendengar suara panah menancap ke pohon. Kali ini, pohonnya tidak terlalu jauh, dan kedua pengawal melihat satu lagi ular bermata satu menempel di sisi pohon.

"Tembakan yang bagus, Tuan Muda!" puji salah satu pengawal. "Kita bahkan tidak dapat melihat ular itu dari jarak sejauh ini." Kedua pengawal itu benar-benar kaget.

Angele tidak menjawab pujian itu. Ia hanya tersenyum kepada keduanya.

Angele berjalan ke arah pohon itu, mengambil panahnya, dan memasukkannya kembali ke tempat anak panah yang dibawanya. Kali ini, tembakannya mengenai mata ular itu, sehingga mata tersebut tidak bisa dimakan.

Walaupun chip-nya dapat membantu Ye Song menembak sasarannya, ia masih harus banyak berlatih untuk bisa benar-benar menguasai cara menembak agar tembakannya semakin tepat. Saat Ye Song hidup di bumi, orang-orang berkompetisi menembak sasaran yang berjarak satu kilometer dari penembaknya. Mereka menggunakan busur mekanik, dan semua orang memiliki bantuan chip, jadi mereka yang lebih sering berlatih akan memiliki lebih banyak kesempatan memenangkan kompetisi itu.

"Ayo kita pergi." Kata Angele

Angele beserta pengawalnya mulai mencari sasaran di hutan bersama-sama. Keduanya mulai terbiasa dengan ketepatan tembakan Angele. Saat ini, ketepatannya berkisar 60%, sama dengan rata-rata ketepatan memanah di hutan yang lebat seperti ini. Karena Angele tidak memiliki seed, ia masih membutuhkan kekuatan lebih untuk bisa menggunakan busur panjang berkualitas tinggi yang dimilikinya. Saat ini, ia hanya sekuat pemanah biasa, dan sama sekali tidak berbahaya bagi petarung yang kuat.

Setengah jam kemudian, kantong linen yang dibawa kedua pengawal telah penuh dengan tupai, kelinci abu-abu, dan ular bermata satu hasil buruan Angele, hingga keduanya tidak bisa membawa apapun lagi.

"Pulanglah ke kastil dan taruh semua hewan buruan itu. Aku akan tunggu disini." kata Angele. "Aku ingin beristirahat sebentar." Angele berbicara sembari mengambil ular yang baru saja didapatkannya. Ia mengambil kelenjar racun putih ular itu, dan melemparkannya kepada para pengawal.

Kedua pengawal mengambil ular itu dan saling memandang untuk beberapa saat.

"Hank akan membawa hasil buruan itu kembali, dan saya akan menemani Anda disini." kata salah satu pengawal.

"Begitu juga tidak apa-apa." Angele mengangguk. Dia merasa lelah, jadi ia beristirahat di bawah pohon. Saat ini, ia telah memakan empat puluh mata ular. Rasa hangat terpancar dari dalam tubuhnya. Sekarang ia merasa gerakannya semakin cepat.

Salah satu pengawal membawa hewan-hewan itu kembali ke istana, sementara pengawal yang lain duduk di atas rumput di samping Angele.

"Sebenarnya, kami sudah mendengar tentang kegunaan mata ular itu. Ada orang yang pernah mencobanya, tetapi tidak ada efeknya." kata pengawal itu sambil tersenyum.

"Tidak ada efeknya?" tanya Angele.

"Iya, tidak ada efeknya selain penderitaan di toilet." jawab pengawal itu.

Angele mengangguk. Ia sadar bahwa metode itu bukan untuk dilakukan oleh sembarang orang. Menurut laporan Zero, metode ini hanya akan berhasil pada orang-orang tertentu. Jika dimakan mentah-mentah, mata ular itu mengandung bahan kimia spesial yang dapat membantu Angele meningkatkan kecepatannya. Setiap orang berbeda, dan metode ini kemungkinan besar hanya bisa dilakukan oleh orang dengan umur tertentu.

Angele puas dengan apa yang telah didapatkannya. Beberapa kali, ia sengaja membuat tembakannya meleset agar kedua pengawal itu tidak terlalu takjub. Kenyataannya, ia bisa dengan mudah membidik semua target secara akurat dengan bantuan chip-nya.

"Sudah cukup untuk hari ini. Mari kita kembali." kata Angele setelah beristirahat beberapa saat.

"Baik." kata salah satu pengawal.

Mereka berjalan kembali melalui jalan yang tadi mereka lewati saat masuk.

Selama lima belas hari, Angele pergi berburu di dalam hutan setiap hari. Orang-orang yang tinggal di kastil mulai mendengar tentang keterampilan Angele menggunakan busur, tapi tidak ada yang terkejut jika Angele selalu membawa pulang banyak sekali hewan-hewan buruan.

Saat itu, matahari bersinar tepat di atas hutan. Cahaya yang bersinar ke arah di bawah pepohonan terbagi menjadi bagian-bagian kecil oleh dedaunan lebat di hutan itu.

Tiba-tiba, seseorang menembakkan panah berbulu putih.

Seekor ular bermata satu kembali tertembak di ranting pohon.

Terdengar suara tapak kaki yang tegang dari rerumputan tinggi. Ternyata, seorang remaja lelaki yang berbalutkan pakaian khas pemburu berjalan mendekati ular itu. Ia memegang busur pendek berwarna hitam, dan di belakangnya, ia diikuti oleh dua petarung muda berbaju zirah abu-abu.

"Satu lagi." kata salah satu petarung itu sembari tersenyum.

Remaja itu mengangguk dan berjalan ke arah ranting dimana ular itu berada. Ia melepas anak panah dari ular itu. Kemudian, ia mengambil ular itu, mencongkel matanya dengan pisau berburu, dan cepat-cepat menelan mata tersebut.

Rasa hangat yang terpancar dari tubuhnya setelah memakan mata ular itu membuatnya senang.

"Apakah hari ini sudah selesai, Tuan Muda Angele?" tanya salah satu pengawal.

Angele menutup matanya dan tersenyum.

"Aku masih ingin berburu lebih banyak hewan. Kalian boleh kembali dan menaruh semua barang itu. Mungkin, aku bisa mendapatkan seekor rusa hitam." jawab Angele.

Kedua pengawal itu tahu bahwa Angele cukup berbakat untuk berburu di tepi luar hutan. Di sana, nyaris tidak ada hewan yang bisa menyakitinya. Mereka mengambil kantong mereka, kemudian mereka berjalan kembali ke kastil dengan santai.

'Periksa kondisi tubuhku.' kata Angele dalam pikirannya segera setelah kedua pengawal pergi.

'Angele Rio. Kekuatan 0.8, Kecepatan 2.4, Ketahanan 1.6.' jawab Zero.

Hasil itu membuat Angele merasa puas.

Saat ini, ia telah memakan ratusan mata ular merah darah. Sepertinya, ia telah mencapai batas maksimal efek mata itu. Memakan mata ular ini lebih banyak lagi tidak akan memberinya efek positif lagi. Namun, mata ular ini telah membantunya meningkatkan kecepatan, jadi Angele sudah puas. Ditambah lagi, kegiatan berburu ini juga membantu meningkatkan ketahanannya.

Angele telah mencapai banyak hal walaupun tanpa bantuan seed, namun tingkat kekuatannya masih sangat buruk. Kalau saja ia memiliki seed itu, ia mungkin akan menjadi dua atau tiga kali lebih kuat, namun kenyataan berkata lain. Ia tidak bisa memiliki seed, sehingga tidak ada yang bisa dilakukannya.

'Tetapi…' pikir Angele.

Ia tersenyum dan mengeluarkan pedangnya. Dia melakukan tebasan ke depan dengan kecepatan tinggi hingga tidak menimbulkan suara apapun. Cabang pohon di depannya hancur berkeping-keping dan jatuh ke tanah. Saat ini, gerakan Angele lebih cepat ketimbang gerakan Alad saat mengajarinya teknik berpedang dasar di lapangan berlatih.

'Dan…' pikir Angele.

Angele melihat ke arah cabang yang telah hancur itu dan melihat seekor lalat tanpa sayap bertengger di sana. Sayap lalat itu telah terpotong dengan tepat. Lalat itu masih hidup dan merayap di potongan cabang itu.

"Aku bukan lagi playboy yang lemah." Angele memasukkan pedang itu kembali ke sarungnya dan tertawa sangat bahagia.

******************************************************

Seorang pria berbaju abu-abu mendekati Angele dari jarak kira-kira seratus meter. Ia berusaha menginjak rumput dengan tenang dan hati-hati hingga tak membuat suara sama sekali. Karena ada banyak sekali burung dan serangga di hutan, kemungkinan besar Angele tidak mendengar apa-apa.

"Di sini?" pria itu berhenti. Ia berusaha bersembunyi di balik sebatang pohon.

Pria itu bernama Dice, seorang pembunuh bayaran dari perkumpulan bernama Dark Emblem. Dice sangatlah berhati-hati dalam setiap misinya. Walaupun kekuatan bertarungnya setara dengan ksatria, ia selalu mengumpulkan informasi tentang sasarannya sebelum bertindak. Kehati-hatian ini membuatnya nyaris tidak pernah gagal menjalankan misinya.

'Sasaran pembunuhan, Baron Rio. Penggal kepalanya sebagai bukti. Menurut informasi, Karl Rio memiliki kemampuan bertarung setara dengan ksatria. Karl Rio pernah mengalahkan sepuluh kavaleri berbaju zirah lengkap tanpa bantuan orang lain. Ia berhasil kabur dengan selamat.' Dice memikirkan misinya sekali lagi. Ia sama sekali tidak khawatir dengan kekuatan sang baron.

'Sepuluh kavaleri berbaju zirah lengkap? Itu tidak ada apa-apanya… Inilah kenapa aku benci daerah pinggiran kota. Penduduknya seperti katak dalam tempurung yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Ha.' pikir Dice, yang pernah membunuh dua puluh kavaleri berbaju zirah lengkap dan seorang ksatria secara berturut-turut beberapa waktu lalu.

Dice sedang berusaha mengikuti perintah yang ia dapatkan. Jika tidak ada perintah, mungkin ia akan langsung masuk ke dalam kastil dan keluar setelah membunuh semua orang.

'Misi ini sangat mudah… Membunuh seorang tuan tanah di pedesaan, ditambah lagi ia hanya seorang ksatria biasa…' Dice telah membunuh banyak ksatria dalam hidupnya, dan dia berpikir jika pembunuhannya kali ini pun tidak akan berbeda.

Di dalam ruang konferensi kastil

Sang baron duduk di kursi dengan raut kecewa, namun ia tidak berkata apa-apa.

Audis dan Wade duduk di sampingnya dengan raut wajah yang sangat serius.

"Dalang dari semua ini adalah seorang pembunuh bayaran dari Dark Emblem? Siapapun yang melakukan ini mungkin membayar mereka dengan harga yang sangat mahal." kata Wade. "Dark Emblem adalah organisasi yang sangat besar dan tersebar di seluruh kota. Semua anggotanya sangat kuat. Masalah ini sangat serius." Wade merasa khawatir.

"Mereka mengirimkan surat yang menyatakan jika mereka akan membunuhku." kata sang baron dengan suara beratnya. "Mereka memberitahuku jika aku akan mati. Tetapi ada satu hal yang membuatku bingung. Dark Emblem meminta bayaran ribuan koin emas untuk membunuh seseorang, sedangkan seluruh teritoriku hanya menghasilkan beberapa ratus koin emas setiap tahunnya. Siapa yang membenciku sampai mau membayar sebanyak itu?" tanya Baron Karl dengan heran.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Kita punya tiga orang ksatria yang menunggu mereka disini." jawab Audis.

Baron Karl masih marah kepada ancaman itu. Tangannya memainkan surat berwarna hitam yang berhiaskan simbol laba-laba berwarna merah darah. Terkadang simbol itu bersinar merah, sehingga membuat surat itu terlihat indah sekaligus aneh.

[Note: Mulai chapter ini, pengarang akan mengganti dari Ye Song ke Angele. Saya sebagai penerjemah hanya mengikuti text aslinya.]


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.