Dunia Penyihir

Murka (Bagian 1)



Murka (Bagian 1)

0

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Angele untuk berjalan sampai di ruang belajar spesial yang terletak di lantai tiga. Angele mengambil kunci miliknya dan membuka pintunya. Ruangan itu sangatlah gelap, tanpa cahaya sama sekali. Dengan hati-hati, Angele menutup dan mengunci pintu, kemudian menyalakan lilin di meja. Barulah akhirnya ia dapat melihat ruangan itu dengan jelas.

Ada tiga rak di dalam ruangan itu, namun rak-rak tersebut tidak terisi penuh buku. Semua buku yang ada disana terbuat dari kulit, sehingga terlihat sangat tebal dan berat. Menurut memori Angele, ada sebuah buku aneh yang tersembunyi di balik rak ketiga. Ia berjalan ke sana untuk mengambilnya. Menurut memorinya, terkadang dia membaca buku yang berisi informasi aneh itu di waktu luangnya.

Dia mengambil buku itu bersama dengan buku biografi seseorang, kemudian ia berjalan menuju meja baca. Dia mulai membaca buku itu dengan teliti. Waktu terus berjalan, dan ketika lilin nya hampir habis, dia akhirnya menemukan halaman bergambar kartu hitam seperti yang ia dapatkan di hutan tadi. Angele mengambil kartu itu dan membandingkannya dengan gambar pada buku itu dengan teliti. Ternyata, keduanya sama persis.

"Itu dia!" kata Angele sembari membaca tulisan di samping gambar itu.

Dark Emblem adalah sebuah organisasi pembunuh bayaran yang tersebar di beberapa negara. Orang yang menjadi sasaran mereka akan menerima kartu berwarna hitam sebelum anggota organisasi itu membunuh mereka. Satu kalimat di samping gambar itu sudah cukup untuk membuat Angele mengerti apa yang sedang terjadi.

"Pria itu akan datang untuk membunuhku." kata Angele. Ia mulai khawatir lagi.

'Rasa takut tidak akan membantuku. Bagaimanapun, aku harus mencari cara untuk melawannya.' Angele segera menenangkan diri dan menjernihkan pikirannya. Ia mengingat ketenangannya saat ia berada di kamar mandi, dan ia merasa semakin tenang.

'Aku sudah pernah mati, kalau mati lagi pun tidak apa-apa.' Angele tertawa.

'Zero, apakah kau memiliki data pria yang menyerangku tadi?' Angele bertanya kepada Zero menggunakan pikirannya.

'Data telah dikumpulkan dan dinamakan sebagai Kelompok Data 1. Nama tidak diketahui: Kekuatan 4, Kecepatan 1.5, Daya tahan 5. Kategori senjata: Rantai dan kait, pedang panjang, dan pisau.' lapor Zero.

'Ya ampun, bagaimana bisa aku masih hidup kemarin…' pikir Angele.

'Pria itu terkena racun sebelum menyerang Anda.' jawab Zero.

'Racun?' Angele berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum pria itu mengejarnya. Angele ingat bahwa sebelumnya ia menembakkan panah yang dicelupkan ke dalam racun ular bermata satu, dan kemungkinan besar panah beracun itu melukai pria itu. Beberapa hari setelah belajar berburu, ia mulai mencelupkan panahnya ke dalam kelenjar racun yang diambil dari ular bermata merah satu agar lebih mudah untuk mencari hewan hasil buruannya. Jika Angele ingin memakan hasil buruannya, ia hanya perlu membakar luka beracun itu.

Angele mulai membaca sekilas biografi itu sebelum menyimpan informasinya di dalam chip-nya. Setelah itu, ia hanya membutuhkan beberapa detik untuk mendapatkan inti informasi itu. Sepertinya ia hanya butuh satu detik untuk memindai seluruh informasi di halaman itu.

Selain informasi tentang kartu hitam yang dimilikinya, Angele juga ingin tahu tentang satu jenis bunga kecil yang bisa membuat orang menjadi sangat kuat jika memakannya. Namun, menurut penulis informasi itu, efek samping bunga tersebut itu sangatlah fatal, yaitu kematian. Orang-orang yang memakan bunga itu mati seketika setelah membunuh musuhnya. Kematian yang disebabkan bunga ini sepintas terlihat seperti serangan jantung mendadak.

Angele menyimpan gambar bunga berwarna merah api itu di dalam chip-nya, kemudian ia melanjutkan membaca dua buku lagi sebelum mengembalikan semua buku itu ke tempatnya. Angele hendak mematikan lilinnya, namun tiba-tiba ia mendengar suara tapak kaki orang mendekat dari luar.

Pintu terbuka dengan suara 'klik', dan Baron Karl masuk dengan ekspresi serius. Sang baron menatap Angele, ia tidak menyangka bahwa Angele sedang ada di ruang belajar.

"Masih belum selesai membaca, Angele?" tanya Baron Karl.

"Saya sudah selesai membaca, Ayah." jawab Angele sambil memberi hormat. "Saya akan kembali."

"Baiklah." Dari rambutnya yang berantakan di bahunya dan ekspresi wajahnya yang kelelahan, terlihat jelas bahwa sang baron tidak ingin berbincang-bincang.

Angele tidak tahu harus berkata apa, jadi ia memutuskan untuk pergi saja.

"Tunggu." kata Baron Karl kepada Angele, yang belum sempat menuruni tangga. "Ayah akan mengirimmu ke rumah bibimu di kota Noman. Belakangan ini, Ayah sangat sibuk dan tidak punya waktu untukmu. Jika kamu tinggal di sana, kamu bisa beristirahat dengan baik. Bagaimana menurutmu?" tanya sang baron.

Angele membalikkan badan dan melihat ke arah ayahnya. Tawaran itu terdengar sangat menarik, karena Angele akan aman dari pembunuh bayaran itu disana.

"Bau wangi apa ini? Wangi parfum wanita? Angele, kendalikan dirimu dan jangan terlalu banyak bermain-main." Kata sang baron sambil menghentikan Angele, yang belum sempat menjawab.

"Aku…" Angele berusaha menjelaskan.

"Tidak perlu. Pergi dan istirahatlah." potong sang baron.

Sang baron mengibaskan tangannya. Angele memutuskan untuk tidak menjawab dan keluar saja dari ruangan itu. Dalam kegelapan, terdengar jelas suara tapak kaki Angele.

Sembari berjalan menuruni tangga, Angele melihat sedikit cahaya keluar dari ruang belajar spesial itu. Angele merasa bingung dengan pertanyaan ayahnya mengenai wangi itu.

'Periksa kondisi tubuhku.' kata Angele pada Zero.

'Angele Rio. Kondisi tubuh: Kekuatan 0.8, Kecepatan 2.4, Ketahanan 1.6. Keadaan: Sehat, namun dengan wangi spesial.' lapor Zero.

'Wangi spesial?' tanya Angele dengan kaget. 'Sejak kapan aku memiliki wangi ini, dan dari mana sumbernya?'

'Anda mendapatkan wangi itu sebelum meninggalkan hutan, dan bau itu berasal dari kaki kanan Anda.' Zero melapor dan menunjukkan grafik kondisi tubuh Angele saat ini. Angele melihat titik wangi di kaki kanannya yang ditandai dengan lingkaran biru.

Tebakan Angele benar bahwa pria berbaju hitam itu meninggalkan bau wangi itu padanya, yang kemungkinan besar ditujukan untuk melacaknya. Angele berlari ke arah kamar mandi dan menyuruh pelayannya untuk mengambilkan seember air. Angele memasukkan kakinya ke dalam ember itu dan membersihkan kakinya dengan perlahan-lahan dan teliti.

'Apakah bau itu masih ada di kakiku?' tanya Angele setelah mencuci kakinya selama beberapa lama.

'Kepekatan wangi tersebut tidak berkurang.' jawab chip-nya.

'Pastilah wangi itu tidak akan hilang dengan mudah.' pikir Angele. Kemungkinannya semakin besar bahwa wangi itu digunakan untuk melacaknya.

'Dia benar-benar ingin membunuhku…' pikirnya

"Kita lihat saja, siapa yang akan keluar hidup-hidup nanti…" bisik Angele dengan ekspresi wajah serius.

Esok harinya, Angele bangun sebelum matahari terbit dan langsung mengganti pakaiannya dengan kemeja berburu berwarna putih. Setelah itu, ia pergi ke lapangan berlatih. Di sana, terlihat beberapa orang sedang berlatih.

TANG!

Seorang pria tua yang bertelanjang dada sedang menempa besi dengan sebuah palu besi berwarna hitam. Sementara itu, di sebelahnya ada seorang remaja berdiri dan mendengarkan perkataan pria tua itu. Tidak lama kemudian, mereka menyadari kedatangan Angele. Pria tua itu meletakkan palunya dan berjalan ke arah Angele.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda Angele?" tanya pria tua itu dengan suara beratnya.

Angele melihat-lihat barang yang terpajang di toko itu.

"Aku ingin satu set lengkap baju zirah berkualitas tinggi." jawab Angele

"Satu set lengkap baju zirah berkualitas tinggi?" Pria tua itu terdiam. "Saya punya itu, tetapi mungkin tidak akan pas untuk Anda…"

"Apakah baju zirah itu tidak cukup untukku?" Angele menjadi bingung.

"Baju zirah paling ringan beratnya lebih dari 20 kilogram." jawab pria tua itu.

Angele mengerti apa yang ingin dikatakan pria itu. Berdasarkan tingkat kekuatannya saat ini, 20 kilogram terlalu berat baginya, dan kecepatannya akan sangat berkurang jika ia memaksakan diri untuk memakai baju zirah seberat itu. Bagi Angele, mengenakan baju zirah seberat itu bukanlah ide yang baik.

"Baiklah, bisakah aku mendapat beberapa bola besi seperti yang biasanya dipakai untuk menarik kereta kuda?" tanya Angele.

"Kami menjual banyak bola besi di sini." Kata pria tua itu seraya menunjuk ke tepi ruangan.

"Silakan ambil sebanyak yang Anda inginkan. Bola-bola itu terbuat dari logam sisa, bagus untuk memarkir kereta kuda."

Angele mengangguk dan melihat ke pojok ruangan. Di sana, terdapat sekitar dua puluh atau tiga puluh bola besi seukuran telapak tangan. Semua bola itu terlihat terlalu berat. Selain untuk memarkir kereta kuda, bola-bola besi itu juga dibuat untuk menyimpan besi dengan lebih mudah. Bola-bola itu bisa dipakai dalam berbagai situasi.

Angele sempat berpikir untuk memberitahu ayahnya tentang wangi yang ada padanya, namun ia ingin menentukan sendiri takdirnya. Lagipula, ia tahu bahwa sang baron memiliki kartu yang sama, dan ia pikir bahwa itu semua adalah salahnya.

'Jika aku tidak hati-hati di dunia ini, hidupku tidak akan lama. Aku tidak bisa terus bergantung kepada orang lain untuk melindungiku. Aku harus bisa melakukan ini sendiri.' Angele berpikir dengan tenang. Dia tahu bahwa sang baron juga mendapat kartu yang sama, dan itu menandakan bahwa ayahnya adalah sasaran Dark Emblem juga. Menurut data yang Angele peroleh, tingkat kekuatan Baron Karl sedikit lebih rendah dari kekuatan pria yang menyerangnya kemarin. Ditambah lagi, kemarin malam, sang baron terlihat sedikit gelisah, itulah mengapa Angele tidak ingin memperumit situasi. Dalam hal kecepatan, Angele lebih unggul, jadi mungkin dia bisa mencoba memanfaatkan kelebihan itu untuk menyerang balik. Waktu itu, Angele tidak siap, karena itulah, sekarang dia berusaha mencari cara untuk melawannya.

Angele memerintahkan beberapa pekerja untuk membawa sekitar sepuluh bola yang dibelinya. Kemudian, dia menyuruh para pelayan untuk mengikat bola-bola itu dengan kain linen dan menggantung semua bola itu pada tiang penyangga kamarnya.

Angele menghabiskan waktu lama untuk mempersiapkan semuanya, dan saat ia menyadari itu, sudah hampir waktunya makan malam. Sinar merah matahari yang akan terbenam masuk melalui jendela kamar. Saat ini, ada sepuluh bola di atas kepala Angele. Bola-bola itu terlihat seperti peluru meriam yang digantung dengan susunan tertentu.

Angele berdiri di tengah kamarnya dan memeriksa semua bola-bola itu dengan tenang. Dia menarik nafas dalam-dalam dan mengunci kamarnya.

"Mari kita mulai." kata Angele, kemudian ia berjalan ke arah bola pertama di ujung. Dia mendorong bola itu, dan bola tersebut mulai berayun. Susunan itu terlihat mirip dengan permainan yang dulu ia kuasai saat masih berada di bumi. Saking jagonya, ia bahkan bisa terus bermain selama lebih dari satu jam.

Namun waktu itu ia bermain dengan kecerdasan buatan, dan kali ini Angele bermain dengan tubuhnya sendiri. Bermain hanya dengan mengandalkan tubuhnya sendiri tidaklah mudah, namun menurut chip-nya permainan ini akan sangat membantu perkembangan fisiknya.

PONG!

Bola besi yang diayunkannya membentur dada Angele saat berayun kembali, sehingga ia langsung kehilangan keseimbangannya. Bola-bola lainnya membentur Angele sesaat setelah bola pertama, dan ia pun terdorong jauh dari posisi awal.

'Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk pulih?' tanya Angele kepada Zero setelah kelima kalinya ia terpukul bola.

'20 menit.' jawab Zero.

Angele mengangguk dan berjalan keluar dari kamarnya ke arah lapangan berlatih. Di luar sudah sedikit gelap, dan di lapangan Kerry sedang berlatih bersama ayahnya, Audis, menggunakan pedang crossguard. Kerry mengerahkan seluruh kekuatannya hingga tubuhnya penuh keringat, sementara Audis terlihat sangat tenang dan menangkis semua serangan Kerry dengan mudah.

Saat ini, lapangan itu sangat ramai. Banyak orang menonton latihan itu dan bersorak-sorak untuk mereka.

Angele berdiri di tempat yang agak jauh dari penonton. Ia menonton keduanya bertarung dengan seksama. Terkadang, Audis mengajak orang untuk berlatih bersamanya agar mereka mendapatkan pengalaman bertarung. Angele menonton semua pertarungan itu dan mengambil data dari para petarung. Setelah 15 hari, dia sudah memiliki data semua petarung terkuat di istana.

'Apakah sudah selesai, Zero?' tanya Angele

'Data 70% selesai. Data teknik berpedang Audis, Karl Rio, dan Kerry sudah tersimpan.' Lapor Zero.

Angele berhenti menonton dan berjalan keluar ke arah ruang makan. Dia telah mendapatkan data yang dia inginkan. Saat ini, kebanyakan pekerja sedang ada di lapangan berlatih. Hanya ada beberapa pelayan yang sedang membersihkan ruang makan. Salah satu dari para pelayan tersebut melihat Angele dan berjalan ke arahnya.

"Tuan Muda Angele, semua barang yang Anda inginkan sudah datang. Namun, saya tidak yakin apakah semua barang yang Anda minta sudah lengkap, karena saya kekurangan waktu." kata pelayan wanita itu dengan ekspresi sedikit gugup.

"Di manakah barang-barang itu?" tanya Angele sembari menyuruh pelayan lain untuk keluar.

"Di dapur." jawab pelayan itu.

Mereka cepat-cepat berjalan ke dapur. Di atas meja besar yang ada di tengah dapur, ada berbagai macam buah-buahan, sayuran, dan daging.

"Hanya ini yang bisa saya temukan." Kata pelayan itu.

"Baiklah, sekarang kau boleh pergi." kata Angele, kemudian ia berjalan cepat ke meja itu. Dia ingin mencoba semua makanan di dunia ini dan mencari makanan yang bisa meningkatkan kemampuannya. Karena itulah, ia meminta seorang pelayan untuk mengumpulkan semua makanan di sekitar kastil.

Angele memberi dua koin perak kepada pelayan itu. Pelayan tersebut terlihat senang. Dia membungkuk hormat, menutup pintu, dan meninggalkan dapur. Ada sebuah lilin yang menyala di tempat lilin, namun tempat itu masih terlihat gelap.

Angele mengambil satu buah ungu berbentuk seperti jeruk dari meja, kemudian ia menggigitnya. Rasa sari buah itu sedikit pedas dan manis.

'Analisa buah-buah ini. Beritahu aku jika kau menemukan buah yang bisa meningkatkan staminaku.' perintah Angele.

'Menganalisa kandungan nutrisi…' Zero mulai bekerja.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.