Memanggil Pedang Suci

Tempat yang Tersegel (5)



Tempat yang Tersegel (5)

3Tidak lama kemudian, Rhode menemukan Gillian dan Lapis. Ketika melihat Lapis, Rhode mengerti mengapa Gilian mengatakan bahwa sikap Lapis cukup merepotkan.     

Saat itu, Lapis hilang kesadaran. Dia benar-benar terlihat seperti orang mati. Tapi Rhode sadar bahwa Lapis masih bernapas.     

"Apa yang terjadi?"     

"Dia hilang kesadaran dan tertidur dengan nyenyak. Yah, anggap saja Lapis adalah sebuah komputer. Ada virus yang sedang menyerang sistemnya saat ini. Sayangnya, tidak ada software anti virus maupun Firewall yang dapat menghalau virus itu…"     

Rhode benar-benar merasa bersyukur bahwa dia ditemani oleh Gillian yang memiliki pengetahuan dari dunia dimana Rhode berasal. Gilian tidak perlu menggunakan istilah-istilah yang rumit untuk menjelaskan situasi pada Rhode. Lihatlah bagaimana Gilian menjelaskan keadaan Lapis kepada Rhode. Gillian memberikan analogi yang mudah dipahami oleh Rhode. Meskipun demikian, Rhode masih tidak terlalu paham dengan apa yang terjadi kepada Lapis. Dia tahu bahwa Behermes adalah ras yang menggunakan alkimia dan sihir untuk meningkatkan kekuatan mereka. Dengan perkembangan sihir di dunia ini, mereka seharusnya belum mencapai titik dimana mereka dapat menanamkan chip ke dalam otak untuk mengendalikan tubuh orang lain, kan?     

"Ini hanya spekulasi saja…"     

Gillian berbicara sambil memegang dada Lapis dari belakang. Sekilas, Gilian terlihat seperti lelaki yang sedang berbuat mesum kepada Lapis. Namun Gilian adalah perempuan berwajah cantik sehingga itu terlihat aneh.     

"Aku pikir Lapis bukanlah Behermes biasa. Tuanku pasti tahu kalau skill Soul Alchemy adalah skill level tinggi, bukan?"     

Rhode mengangguk. Dia telah mendengar rumor sebelumnya. Ras Behermes memiliki alat alkimia yang disebut dengan Soul Crystal. Berbeda dengan jiwa buatan seperti Gargoyle's Heart, Soul Crystal digunakan untuk menyegel jiwa makhluk hidup dalam sebuah kristal. Kemudian, Soul Crystal itu akan dikembalikan pada tubuh asalnya. Ini adalah tujuan utama dari penelitian para Behermes, yang percaya bahwa jiwa tak berbentuk tidak akan bisa meningkatkan kekuatan seseorang. Di sisi lain, sebuah jiwa yang terbentuk dapat diubah maupun dilatih. Dengan kata lain, Behermes bermaksud untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi CPU ke suatu motherboard komputer. Selama motherboard itu tertanam, maka mereka bisa meningkatkan memori RAM, menggantikan kartu grafis ataupun melakukan modifikasi lainnya.     

Intinya, para Behermes ingin mengkristalisasi jiwa mereka sehingga mereka bisa menambatkan jiwa tersebut ke alat-alat alkimia yang lebih canggih. Mereka dapat memodifikasi tubuh mereka sesuka hati dan meningkatkan kekuatan mereka. Selain itu, mereka juga bisa mendapat kontrol atas elemen tertentu seperti makhluk-makhluk elemental.     

Dulu, ini adalah rumor yang cukup populer di kalangan pemain. Kalau gosip itu memang benar, maka seorang Alchemist bisa memiliki kekuatan sihir seperti Mage, kekuatan seperti Barbarian, kecepatan seperti peri dan juga sayap malaikat dari alkimia ini. Kelas Alchemist akan menjadi kelas pendukung terkuat sekaligus menjadi pelopor dari era baru di game-game online. Namun, rumor itu hanyalah sekedar rumor. Para pemain mengetahui bahwa satu-satunya yang bisa memahami rahasia dari Soul Alchemy hanyalah keluarga bangsawan dari ras Behermes. Selain itu, rahasia tersebut diwariskan melalui darah dan jiwa mereka, bukan melalui tulisan ataupun lisan.     

Para pemain pun menyerah ketika mempelajari rahasia Soul Alchemy. Karena mereka tidak bisa memilih ras Behermes untuk karakter mereka dalam game.     

Berarti Lapis….     

"Jangan-jangan Lapis adalah bangsawan dari ras Behermes?"     

Rhode merasa kurang percaya saat melihat wajah Lapis yang agak pucat. Dia sama sekali tidak sadar bahwa Lapis yang selama ini menutup tubuhnya dengan jubah adalah bangsawan Behermes. Berbeda dengan Marlene, Lapis tidak terlihat memancarkan aura bangsawan.     

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"     

"Sebelumnya, aku telah berusaha mengeluarkan penghalang psikologis untuk melindungi jiwa Lapis. Namun serangan psikologis dari musuh ternyata jauh lebih kuat daripada dugaanku. Karena kekuatanku tersegel saat ini, aku tidak cukup kuat untuk menghadang serangan psikologis musuh. Dan oleh karena itu, Lapis jadi seperti ini…"     

Kemudian, Gillian terdiam. Rhode juga sadar bahwa ekor Gilian berhenti teruntai seperti biasanya.     

"Berhati-hatilah, Tuanku. Siapapun yang menyerang jiwa Lapis, dia adalah musuh kita…"     

Begitu.     

Ketika melihat tangan kanan Gillian yang terletak di leher Lapis, Rhode akhirnya sadar bahwa Gillian tidak sedang menjamah tubuh Lapis. Sebaliknya, Gillian berusaha untuk mendeteksi roh yang menyerang pikiran Lapis sehingga dia mendekatkan diri pada Lapis. Jadi ketika Lapis tiba-tiba menjadi orang lain saat terbangun dari 'tidurnya', maka Gillian akan segera mematahkan lehernya sebelum dia dapat berbuat apa-apa. Rhode yakin Gillian tidak akan ragu. Di sisi lain, Rhode tidak tahu apakah itu merupakan keputusan yang tepat atau tidak.     

"Ketua!!"     

Ketika Rhode sedang memikirkan hal tersebut, Shauna dan Kavos tiba-tiba mendatanginya. Saat melihat kedatangan mereka, Gillian menggerakkan ekornya ke depan untuk menutupi tubuh Lapis. Rhode mengamati keadaan sekelilingnya dan melihat bahwa tempat itu terlihat jauh lebih bersih setelah dibersihkan. Para cendekiawan Ophenia mulai mengeluarkan berbagai benda aneh dari tas dan meletakkannya di sebuah rongga dekat mimbar tersebut. Wajah mereka terlihat sangat serius.     

"Kami telah selesai melaksanakan perintahmu…tapi apa yang mereka lakukan?"     

Kavos dan Shauna tidak menyadari tingkah laku Gillian yang terlihat aneh. Perhatian mereka tertuju pada cendekiawan-cendekiawan Ophenia yang berjalan ke arah mimbar dan meletakkan sebuah kerucut di atasnya. Wajah Shauna dan Kavos terlihat bingung dan kaget.     

"Mereka menyuruh kita untuk menyingkir dan tidak mengganggu eksperimen mereka. Apakah kita datang ke tempat berbahaya seperti ini hanya untuk membiarkan mereka menyusun batu bata?"     

Kavos terlihat tidak puas. Di sampingnya, Shauna juga terlihat tidak puas meskipun dia tidak mengatakan apa-apa.     

"Sudahlah, jangan mengeluh. Kita sudah menerima upah. Jangan lupa bahwa tujuan kita adalah mencari uang…" Rhode terdiam setelah mengatakannya. Dia teringat dengan jalan menuju lantai dua. Kemudian, suaranya menjadi lirih ketika berbicara berbicara.     

"Beritahukan pada prajurit bayaran lainnya untuk tetap waspada. Atur ulang formasi mereka dan amati keadaan sekitar. Cendekiawan-cendekiawan itu tidak datang ke sini hanya untuk menyusun batu bata. Biasanya, di dalam reruntuhan seperti ini, sesuatu yang tak terduga sering terjadi. Oleh karena itu, aku harap kalian sudah bersiap-siap jika hal seperti itu terjadi."     

"Baik, Ketua."     

Setelah mendengar perintah Rhode, Shauna dan Kavos saling melirik dan mengangguk. Setelah itu, Kavos membalikkan badan dan pergi. Sementara itu, Shauna tetap berada di samping Rhode sambil mengamati para cendekiawan Ophenia yang sedang bekerja.     

"Apakah cendekiawan-cendekiawan itu sempat melakukan sesuatu yang mencurigakan, Shauna?"     

Walaupun dia telah menerima informasi mengenai hal itu dari Gillian, Rhode tetap menanyakan hal tersebut. Rhode merasa khawatir dengan anak-anak buahnya. Dia tidak ingin memberikan kesan bahwa dia tidak peduli dengan mereka. Karena Rhode semula menyuruh Shauna untuk mengawasi kelompok cendekiawan itu, sudah seharusnya dia menanyakan hal tersebut kepadanya.     

Wajah Shauna menjadi tegang ketika mendengar pertanyaan Rhode. Dia agak membungkuk kemudian menjawab.     

"Tidak, Ketua. Semuanya baik-baik saja. Mereka tidak ingin berlama-lama di reruntuhan ini. Aku merasa bahwa mereka sudah mengenal tempat ini dengan baik. Aku sempat melihat pemimpin mereka mengeluarkan sebuah peta dan mendiskusikannya dengan cendekiawan-cendekiawan lainnya. Tapi aku tidak melihatnya dengan jelas karena aku kira itu hanyalah peta reruntuhan ini."     

"Oh?"     

Rhode mengerutkan alisnya saat mendengar jawaban Shauna.     

"Apa lagi yang mereka lakukan?"     

"Bukan hal yang penting, Ketua. Cendekiawan-cendekiawan ini tampaknya suka mengoleksi batu tulis. Sepanjang perjalanan, mereka telah menggali banyak batu tulis dan menyimpannya ke dalam tas mereka. Benda-benda itu terlihat penting bagi mereka."     

"Begitu ya? Aku mengerti."     

Rhode mengangguk ketika mendengarkan laporan Shauna. Kemudian, dia kembali melamun. Di sampingnya, Shauna terlihat gelisah. Dia mengamati keadaan sekeliling dengan khawatir. Kemudian, dia menoleh dan berbicara kepada Rhode.     

"Ketua…aku tidak tahu apakah ini hanyalah perasaanku atau bukan. Namun instingku terus mengatakan bahwa tempat ini tidak aman. Tidak hanya daerah ini. Entah kenapa, aku terus merasa bahwa bahaya akan segera datang…"     

Perkataan Shauna terpotong ketika para cendekiawan Ophenia berteriak dan menyuruh mereka untuk menyingkir dari mimbar tersebut. Mereka ternyata telah menyelesaikan 'susunan batu bata' sehingga Shauna dan Rhode pun segera menyingkir dari tempat itu. Kemudian, si pemimpin cendekiawan berjalan ke bagian tengah mimbar tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan bola kristal dari tasnya.     

Semua orang, termasuk Rhode, memperhatikannya. Kemudian, cendekiawan itu meletakkan bola kristal tersebut di bagian tengah mimbar. Ketika dia melepaskan pegangannya, bola kristal itu melayang.     

Sebuah nyanyian terdengar.     

Cendekiawan tua itu merentangkan tangannya dan berteriak seolah-olah sedang memanggil sesuatu. Bola kristal itu kemudian memancarkan cahaya redup yang menyinari lingkungan sekitarnya. Cahaya itu berpusat pada bagian atas kerucut yang telah diletakkan oleh para cendekiawan di atas mimbar. Setelah itu, sorotan cahaya tersebut mulai bergerak dengan perlahan bagaikan cahaya lampu sorot yang bergerak ke arah dinding batu.     

Saat itu, bola kristal tersebut juga memancarkan cahaya menyilaukan yang menunjuk ke arah bagian tengah dari dinding batu itu.     

….     

…..     

…..     

Satu menit.     

Dua menit.     

Lima menit.     

Tidak ada yang terjadi.     

Apa-apaan ini?     

Para prajurit bayaran saling melirik, dan para cendekiawan Ophenia terlihat bingung. Bahkan Rhode juga merasa terkejut.     

Pada saat itu, tidak ada satupun orang yang menyadari bahwa Lapis telah membuka matanya secara tiba-tiba. Rune-rune aneh yang tak terhitung jumlahnya muncul di kedua mata Lapis.     

Kemudian dia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah bola kristal tersebut.     

Rune-rune emas keluar dari ujung jarinya dan mengenai bola kristal itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.