Memanggil Pedang Suci

Ketenangan Pikiran



Ketenangan Pikiran

3Rhode menyadari bahwa masalah ini lebih rumit dari perkiraannya. Jika iblis itu memang punya hubungan dengan Christie, maka dia pasti tidak akan membiarkan Christie lepas dari genggamannya. Kalau itu benar, maka Christie tidak akan bisa hidup tenang tanpa gangguan dari iblis tersebut. Selain itu, Rhode sampai saat ini masih tidak paham kenapa majikan si kepala desa mengincar Christie. Bahkan dia memerintahkan kepala desa menangkap Christie hidup-hidup. Rhode menduga bahwa iblis tersebut ingin menjebloskan Christie ke dalam penjara neraka. Dia yakin bahwa Christie tidak akan bertahan lama di sana dengan kondisi tubuhnya yang lemah.     

Apakah Christie memiliki rahasia yang tidak diketahuinya?     

"Benar."     

Kepala desa tidak mengetahui apa yang Rhode pikirkan sehingga dia hanya menjawab pertanyaan Rhode dengan pasrah. Dia merasa putus asa karena Rhode telah mengetahui rencanananya. Pria tua itu sadar tidak ada gunanya berbohong dalam situasi seperti ini.     

"Tuanku menyuruhku membesarkan dan merawat gadis itu."     

Kemudian kepala desa mengalihkan perhatiannya kepada Christie yang sedang bersembunyi di balik punggung Anne.     

"Setelah tragedi yang menimpa keluarganya, aku berpikir bahwa dia cocok dijadikan sebagai persembahan bagi tuanku. Darahnya telah terkontaminasi oleh kekuatan kegelapan dan aku mengira tuanku mungkin akan tertarik dengan gadis itu. Dan benar saja, saat aku melaporkan hal ini kepadanya, dia segera memerintahkanku untuk membesarkan Christie dan menjebloskannya ke penjara neraka ketika dia sudah besar. Aku pun berusaha menyelesaikan misi jangka panjang ini sebaik mungkin. Tapi sepertinya aku sudah gagal…"     

"Lalu bagaimana kau tega melakukan hal ini kepada Christie?"     

Saat ini, beberapa prajurit bayaran mulai berjalan maju ke arah kepala desa dengan penuh rasa penasaran. Sedangkan yang lainnya mengawasi keadaan sekelilingnya dengan waspada. Mereka tidak terlalu kaget ketika mengetahui bahwa pelakunya adalah kepala desa. Lagipula, di mata mereka, semua penduduk desa ini sama 'busuknya'.     

Marlene pun bertanya kepada pria tua tersebut.     

"Majikanmu ingin kau merawat dan membesarkannya namun kau tidak merawat Christie dengan baik. Lihatlah kondisi tubuhnya yang sangat lemah. Tidakkah kau takut jika terjadi sesuatu pada gadis itu?"     

"Hehehe…"     

Kepala desa hanya terkekeh licik saat mendengar pertanyaan Marlene. Kemudian dia menatap para prajurit bayaran di hadapannya dan menjawab.     

"Sudah kuduga. Kalian semua memang bodoh. Tahu apa kalian tentang impian kami? Kepercayaan kami? Hanya karena aku telah mendapat perintah untuk membesarkan gadis itu, kau langsung menduga bahwa aku harus merawatnya dengan baik. Benar-benar pemikiran khas bangsawan yang sok suci. Asal kalian tahu saja, aku memang berniat membesarkan Christie sebagai gadis yang dipenuhi oleh rasa takut, sedih, putus asa, dan benci. Kenapa? Karena tuanku sangat menyukai jiwa-jiwa yang dipenuhi oleh perasaan-perasaan seperti itu! Jika waktunya telah tiba, Christie akan menyerahkan jiwanya kepada kegelapan dan menjadi…yah, lebih baik kalian tidak usah tahu hehehe. Ah, ada satu hal lagi yang ingin kukatakan. Sejak lahir, Christie memang punya tubuh yang lemah. Kondisinya yang seperti itu bukan karena kesalahanku. Bahkan, aku kadang khawatir jika gadis itu akan tewas sebelum aku menyerahkannya kepada majikanku. Tapi dia ternyata mampu bertahan hidup hingga saat ini…benar-benar keajaiban, kan?"     

Para prajurit bayaran langsung terlihat jijik saat mendengar perkataan kepala desa. Mereka rasanya ingin memukul wajah pria itu sampai babak belur. Wajah Anne berubah menjadi muram dan Marlene mendengus sambil mengalihkan pandangannya dari kepala desa. Sedangkan Lize memeluk Christie dengan erat seakan-akan dia ingin melindungi Christie dari segala marabahaya.     

"Kaulah yang bodoh. Wahai manusia jahat." Saat itu, Celia mendadak membuka mulutnya.     

"Walaupun tubuh gadis ini telah terkontaminasi oleh kegelapan, tapi jiwanya masih murni. Rencanamu telah gagal dan aku yakin gadis ini tidak akan jatuh ke dalam pelukan kegelapan. Kau dan majikanmu kelak akan menerima hukuman! Orang-orang menjijikkan seperti dirimu pantas mendapat siksaaan yang mengerikan seumur hidup!"     

"Cukup, Celia. Hentikan." Rhode menghentikan ucapan Celia. Dia lalu berjalan ke arah kepala desa dan menatapnya. Dia menganggukkan kepalanya seolah-olah baru saja membuat keputusan.     

"Aku senang kau sudah bersedia menjawab semua pertanyaanku. Kalau begitu, ini pertanyaan terakhir. Apakah ibu Christie benar-benar mirip dengan Christie? Lalu, apa yang kau ketahui tentang iblis yang merasuki tubuhnya?"     

"Walaupun dia adalah seorang gadis yang sangat jelita, gadis itu jelas berbeda dengan Christie. Sedangkan iblis yang merasuki tubuhnya, aku tidak tahu menahu. Saat itu, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu sehingga dia dirasuki oleh seorang iblis. Tapi di sisi lain aku benar-benar terkejut saat pertama kali melihatmu. Siapa kau sebenarnya? Kenapa wajahmu sangat mirip dengan wajah Christie?"     

"Kau tidak perlu mengetahuinya." Rhode tidak berniat menjawab pertanyaan kepala desa. Tapi suara yang pelan mendadak terdengar.     

"Apa aku…boleh bertanya padamu?"     

Semua orang menoleh ke suara tersebut dan melihat Christie yang berdiri di samping Anne. Tangannya terkepal erat. Dia menatap kepala desa dengan eskpresi yang campur aduk. Ketika mendengar pertanyaan itu, pria tua tersebut memasang wajah yang keheranan dan tertawa dengan dingin.     

"Apa itu?"     

"A-aku ingin tahu…"     

Tubuh gadis itu mulai gemetar dan kepalan tangannya semakin erat. Namun, dia menatap kepala desa dengan berani. Melihat hal itu, Rhode ingin mengatakan sesuatu, namun dia mengurungkan niatnya.     

"Apakah alasanmu bersedia membesarkanku adalah karena…"     

"Benar. Tentu saja semua itu hanya karena perintah yang kuterima dari majikanku."     

Kepala desa memotong ucapan Christie dengan dingin.     

"Kalau bukan karena perintahnya, kau pikir aku sudi membesarkanmu? Hmph, kau hanyalah gadis terkutuk yang selalu membawa sial kepada orang-orang di sekitarmu. Kau tidak pernah ditakdirkan menjadi seorang perempuan yang bahagia. Yang harus kau lakukan hanyalah menuruti perintah tuanku ke neraka. Masa depanmu hanya akan dipenuhi dengan penderitaan dan rasa putus asa! Kau…"     

"Cukup!"     

Shauna memotong ucapan kepala desa. Dia menatap pria tua itu dengan penuh kebencian sambil menarik pedangnya. "Aku pikir lebih baik kita membunuhnya sekarang, Ketua!"     

Rhode mengangguk setelah mendengar ucapan Shauna. "Yah, terima kasih telah menjawab semua pertanyaanku…Berikutnya…"     

Rhode menoleh ke arah Celia.     

"Kuserahkan sisanya padamu, Celia. Kau tahu apa yang harus kau lakukan terhadap seorang pemuja iblis."     

"Tentu saja, Tuan."     

Celia berjalan ke arah kepala desa dan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Dia merentangkan sayapnya. Seberkas cahaya lembut jatuh ke arah pria tua di depannya.     

"Tunggu! Apa yang kau lakukan?!" Saat menyadari apa yang akan dilakukan oleh Celia, kepala desa menjadi panik dan dia menatap ke arah Rhode.     

"Bukankah kita sudah sepakat?! Dasar licik!"     

"Sepakat?"     

Rhode hanya mengangkat bahunya saat mendengar perkataan kepala desa.     

"Seingatku aku tidak pernah membuat kesepakatan apapun. Tidakkah kau ingat bahwa aku pernah memberikan peringatan padamu sebelumnya? Aku bilang aku akan mengurus pelakunya dengan caraku sendiri. Kau sendiri yang salah mengartikan kata-kataku. Nah sekarang, lenyaplah. Dan jangan buat masalah lagi di dunia ini."     

"Kau, kau…"     

Sebelum dia dapat menyelesaikan kalimatnya, Tentakel Kegelapan menyumbat mulutnya. Saat ini, Celia mulai melantunkan sebuah lagu. Sebuah nyanyian yang merdu dan indah bergema di langit malam. Lagu itu menjadi semakin keras secara perlahan dan tubuh kepala desa mulai diselubungi oleh cahaya tersebut.     

Saat Rhode sedang menikmati pemandangan tersebut, suara yang pelan terdengar di sampingnya.     

"Bagaimanapun juga. Terima kasih…telah membesarkanku."     

Rhode menoleh ke bawah dan melihat Christie sedang menangis. Ekspresinya terlihat campur aduk.     

Rhode tidak mengatakan apa-apa dan menepuk kepala Christie. Gadis itu pun berbalik dan membenamkan kepalanya pada tubuh Rhode. Dia tidak ingin melihat hal itu lagi.     

Cahaya itu semakin terang seiring dengan nyanyian Celia. Semua orang menutup matanya karena terbawa irama lagu tersebut.     

Dan di saat mereka membuka mata, sosok kepala desa itu menghilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.