Memanggil Pedang Suci

Sebuah Taruhan



Sebuah Taruhan

1"Dasar bodoh."     

Rhode mencibir saat mendengar kata-kata pemuja iblis tersebut.     

Sebagai Spirit Swordsman, Rhode punya kemampuan untuk merasakan, melihat ataupun mendengar apapun yang dirasakan oleh roh-rohnya. Oleh karena itu, dia juga bisa mendengarkan apa yang didengarkan oleh Celia. Secara umum, kata-kata dan ambisi pemuja iblis itu tidak penting. Tapi Rhode mengerti apa yang direncanakan oleh musuhnya. Metode yang digunakan oleh pemuja iblis itu sebenarnya terbilang efektif, tapi sayangnya dia harus bertemu dengan Rhode. Setelah itu, Rhode memerintahkan Celia bertahan di sana sementara dia mengurus mayat-mayat hidup yang ada di alun-alun desa.     

Berbeda dengan Spectre yang mereka hadapi sebelumnya, Ghoul yang mereka hadapi kali ini punya tubuh fisik yang menyusahkan para prajurit bayaran. Tubuh mereka yang sudah membusuk mampu menahan serangan prajurit. Penampilan mereka yang menjijikkan membuat para prajurit bayaran sulit berkonsentrasi ketika melawan mereka. Hal ini membuat para prajurit bayaran tidak bisa bertarung dengan maksimal. Untungnya, Marlene dan Lize mampu membalikkan keadaan dengan sihir mereka.     

"Heeeahhhh!"     

Shauna berseru sambil menangkis serangan salah satu Ghoul. Shauna mengutuk dalam hati dan mundur selangkah. Kekuatan Ghoul itu lebih besar dari dugaannya sehingga dia terkejut. Kemudian Shauna menebas Ghoul dan meninggalkan luka dalam di dadanya. Dari luka itu, cairan hijau berlendir yang menjijikkan dan berbau busuk, keluar. Sayangnya, Ghoul bukanlah manusia. Serangan seperti itu tidak akan bisa mengalahkannya. Ghoul itu hanya berhenti bergerak ketika api di pedang Shauna membakarnya tapi dia masih hidup. Untungnya, sebuah pisau berapi tiba-tiba melesat dari samping dan menembus kepala Ghoul tersebut. Api di pisau itu tiba-tiba bertambah besar dan membakar kepala Ghoul tersebut. Akhirnya, monster itu tumbang.     

Shauna menghela napas lega. Dia menoleh pada Joey yang ada di sampingnya. Thief muda itu mengacungkan jempolnya kepada Shauna.     

"Terima kasih, Joey."     

"Sama-sama."     

Joey tersenyum. Kemudian, dia mengeluarkan dua pisau lain dan menoleh ke depan.     

"Aku tidak mengira bahwa monster-monster ini ternyata lemah. Entah kenapa rasanya mereka tangguh sekali dulu."     

"Mereka memang tangguh."     

Berbeda dengan Joey, Shauna pernah memimpin kelompoknya melawan para mayat hidup sehingga dia tahu seberapa kuat mereka. Saat ini, mereka bisa melukai para mayat hidup berkat bantuan ramuan yang dibuat oleh Lapis. Kalau tidak, situasinya mungkin akan lebih buruk daripada saat ini.     

Namun….     

"Posisi kita masih jauh dari ketua dan lainnya."     

Shauna mengangkat kepala dan memandang Rhode.     

Berbeda dengan mereka, Rhode tidak menggunakan ramuan apapun untuk menghadapi para mayat hidup. Rhode punya cara bertarung sendiri. Ketika pandangan Shauna tertuju pada Rhode, dia melihat Rhode mengangkat dan mengayunkan pedangnya ke bawah.     

Entah bagaimana, serangan Rhode memunculkan beberapa palu raksasa yang menghantam Ghoul-Ghoul di depannya terus menerus. Dalam sekejap, mereka semua terlumat menjadi seonggok daging cincang. Bahkan, efek hantaman palu tersebut memunculkan gelombang kejut yang menerbangkan Ghoul-Ghoul lain di sekitarnya. Tanah di sekitar tempat itu retak dan pecah setelah terkena serangan Rhode yang luar biasa.     

Bisa dikatakan bahwa sebagian besar Ghoul yang mereka hadapi akhirnya takluk di tangan Rhode. Para prajurit bayaran di belakangnya hanya bertugas menghabisi Ghoul-Ghoul lain yang berhasil kabur dari jangkauan Rhode. Tapi mereka tidak bisa bermalas-malasan karena Rhode memberikan tugas kepada mereka untuk melindungi Lize dan Shauna.     

Sedangkan di pihak Marlene….     

Sebuah raungan keras terdengar.     

Lewat ujung jarinya, Marlene tiba-tiba menembakkan cahaya terang ke arah kegelapan. Setelah itu, cahaya tersebut berubah menjadi seekor 'ular petir' yang melesat ke arah Ghoul di balik kegelapan. Kemudian, ular petir itu menyebar di antara Ghoul-Ghoul tersebut dan meledak. Mereka semua terbang saat terkena efek ledakan dan terjatuh di tanah dengan percikan-percikan api di tubuh mereka. Pemandangan itu terlihat seperti hujan meteor.     

Para prajurit bayaran di depan Marlene hanya bisa menganga ketika melihat kejadian tersebut. Saat ini, mereka tidak tahu harus menjauh atau mendekat kepada Marlene agar aman dari sihirnya.     

Sepertinya Marlene baik-baik saja.     

Rhode mengangguk puas dan mengalihkan pandangannya pada bagian tengah zona pertahanan. Dia melihat Anne mengangkat perisainya sambil melindungi Christie. Anne terlihat sangat waspada sambil mengamati keadaan sekitarnya.     

Semuanya berjalan sesusai dengan rencana.     

Setelah mengamati keadaan kelompoknya, Rhode tersenyum dingin.     

Memanggil mayat hidup dalam jumlah yang besar bukanlah pekerjaan mudah. Entah apakah mereka adalah Ghoul ataupun mayat hidup biasa, hanya Necromancer sajalah yang punya kemampuan untuk memanggil mereka. Bagaimanapun juga, Necromancer menggunakan kekuatannya untuk memanggil mereka sehingga dia mampu memanggil mayat hidup sebanyak apapun yang dia inginkan. Rhode mungkin tidak akan menghadapi pasukan mayat hidup di depannya dengan cara seperti ini jika musuhnya adalah seorang Necromancer.     

Namun, kali ini musuhnya hanyalah seorang pemuja iblis. Berbeda dengan Necromancer, mereka hanyalah 'budak' dari para iblis. Mereka memerlukan bantuan para iblis untuk mengubah mayat biasa menjadi mayat hidup melalui sebuah ritual. Jika para iblis itu bersedia, tidak ada masalah. Intinya, jumlah mayat hidup yang bisa dipanggil oleh pemuja iblis lebih terbatas daripada seorang Necromancer.     

Oleh karena itu, Rhode yakin bahwa pemuja iblis itu pasti akan menunjukkan dirinya cepat atau lambat. Sepengetahuannya, pemuja iblis itu membutuhkan kekuatan para mayat hidup untuk memperlebar lubang neraka dan mengirimkan Christie secara langsung ke kampung halaman para iblis. Dengan kata lain, semakin banyak jumlah mayat hidup yang ditaklukkan oleh Rhode dan kawan-kawan, maka pemuja iblis tersebut semakin sulit untuk mencapai tujuannya. Saat ini, pemuja iblis itu sudah kehilangan setengah pasukannya. Sementara di pihak Rhode, tidak ada korban sama sekali. Rhode menduga bahwa musuhnya pasti akan marah saat menyadari bahwa pasukannya telah mati sia-sia.     

-     

Dan dugaan Rhode memang benar.     

"Sial! Dasar sial!"     

Saat ini, sebuah bayangan yang bersembunyi di sudut mulai mengucapkan sumpah serapah. Dia memandang Rhode yang ada di hadapannya dengan penuh amarah.     

Tidak mengherankan karena semua rencananya rusak gara-gara Rhode.     

Terus terang saat Rhode dan kelompok prajurit bayarannya datang ke desa High Cliff, dia tidak terlalu mempedulikan mereka. Sebagai pemuja iblis, prioritasnya adalah melaksanakan perintah-perintah majikannya. Oleh karena itu, walaupun operasinya di desa ini terlalu menarik perhatian, dia tidak mempermasalahkannya. Awalnya dia justru merasa beruntung dengan kedatangan para prajurit bayaran tersebut. Semakin banyak 'mayat' yang bisa dia persembahkan maka akan semakin bagus.     

Tapi, kemampuan Rhode dan kawan-kawan jauh melebihi dugaannya. Selain itu, Rhode juga melindungi targetnya, Christie. Yang lebih parah lagi, dia membawa seorang malaikat bersamanya! Rentetan kejadian ini membuatnya gugup dan ragu.     

Meskipun demikian, dia tetap harus menyelesaikan misinya. Oleh karena itu, walaupun resikonya besar, dia terus mengerahkan pasukan mayat hidup untuk menyerang mereka. Di saat yang bersamaan, dia juga sengaja memecah pasukannya untuk menyerang para penduduk desa demi mengacaukan kelompok prajurit bayaran Rhode.     

Dia tentu saja paham bahwa prajurit-prajurit bayaran tersebut bukanlah orang-orang yang mudah dikalahkan. Dibutuhkan usaha lebih banyak untuk mengalahkan mereka. Namun, dia yakin bahwa mengalahkan mereka akan membawa banyak keuntungan.     

Awalnya, dia hanya berniat mengamati keadaan terlebih dahulu. Namun, kedatangan Celia membuatnya tergoda karena tubuh dan jiwa seorang malaikat adalah persembahan terbaik untuk para iblis. Jika dia mampu membunuh Celia dan mempersembahkannya kepada para iblis, dia yakin majikannya pasti akan memberikan hadiah besar kepadanya. Bahkan, dia bisa dijadikan sebagai anak buah favorit majikannya.     

Ketika memikirkan hal tersebut, dia pun menyerang malaikat itu.     

Sayangnya, semuanya tidak berjalan sesuai dengan harapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.