Memanggil Pedang Suci

Giant Skeleton



Giant Skeleton

0Wuushhh! Panah yang ditembakkan oleh Walker melesat di udara dan menabrak tumpukan batu yang dekat dengan Giant Skeleton tersebut. Saat suara panah itu terdengar oleh Giant Skeleton, monster itu segera membalikkan badan dan menyelidiki sumber suara tersebut. Matanya yang menakutkan memancarkan sinar yang menyilaukan. Sinar tersebut menerangi tumpukan batu di dekatnya.     

Astaga…reaksinya cepat sekali!     

Tanpa sadar, Walker menelan ludah. Pria tua itu berpikir bahwa dirinya siap secara mental tetapi kecepatan reaksi Giant Skeleton itu melampaui dugaannya.     

Bagaimana bisa kerangka tulang raksasa seperti itu memiliki indra yang tajam? Sungguh menakutkan!     

Saat dia ingin menarik napas dalam-dalam, suara Rhode terdengar dari samping.     

"Mundur."     

Mereka berdua mundur sejauh sepuluh langkah secara perlahan. Kemudian, Walker sekali lagi menembakkan panahnya ke area lain sesuai dengan perintah Rhode.     

Giant Skeleton kembali berjalan ke arah panah tersebut.     

Dari kejauhan, sepertinya gerakan monster itu sangat lambat. Tetapi itu hanya kelihatannya saja karena ukuran tubuhnya memang besar. Hanya beberapa langkah saja, Giant Skeleton tersebut sudah memperpendek jaraknya dengan rombongan Rhode. Monster itu membuka mulut dan kegelapan terlihat dari dalam mulutnya. Kemudian, dia mencondongkan tubuh dan mengamati keadaan sekelilingnya dengan kedua matanya yang berapi-api.     

Rhode mengacungkan salah satu jarinya.     

Itu adalah kode.     

Marlene mengangkat tongkat sihirnya dan sebuah cahaya abu-abu melesat menuju Giant Skeleton. Dalam waktu kurang dari sedetik, cahaya tersebut membentuk penghalang setengah bulat yang memerangkap tubuh Giant Skeleton. Monster itu seperti burung yang terjebak dalam sangkar. Penghalang itu kemudian mengkilat lalu menghilang dengan cepat. Tetapi, sebuah garis tipis terhubung antara tongkat sihir Marlene dengan Giant Skeleton itu. Dalam sekejap, suasana menjadi hening.     

"Waktu kita 30 detik!"     

Marlene memegang tongkat sihirnya dengan erat. Dia mempertahankan sihir tersebut. Kemudian, gadis itu segera memberikan peringatan kepada kelompoknya tentang durasi sihir Silence. Untuk monster sebesar ini, 30 detik adalah batas waktunya.     

Tapi 30 detik cukup bagi Rhode, Celia dan Sereck untuk mengalahkan Giant Skeleton tersebut.     

"---!!!"     

Indra tajam milik Giant Skeleton seketika membuat monster itu menyadari keberadaan musuhnya dan mengangkat kepalanya. Tatapannya yang tajam bertemu dengan Aura Suci Celia sehingga membuatnya marah. Dalam sekejap, monster itu mengangkat tongkat raksasanya dan meraung ke arah musuh bebuyutannya itu.     

Bagaikan sedang memegang palu mainan, Giant Skeleton itu mengayunkan tongkat tulangnya dan menghancurkan beberapa batu besar di dekat tebing. Beberapa batu yang goyah berguling dari arah tebing dan menabrak tanah di bawahnya tanpa mengeluarkan suara. Itu adalah pemandangan yang sangat aneh…agak mirip dengan pertunjukan pantomim.     

Celia mengayunkan pedang peraknya untuk menghalau tongkat tulang Giant Skeleton tersebut. Benturan kedua senjata itu tidak menimbulkan suara apapun. Tetapi beberapa percikan api yang timbul dari kedua senjata menggambarkan seberapa kuatnya pertarungan tersebut. Kekuatan luar biasa dari Giant Skeleton semula mampu menyebabkan Celia kepayahan. Tapi gadis malaikat itu segera mengepakkan sayapnya untuk melepaskan aliran udara yang mendorongnya ke depan. Itu membuat posisi mereka terkunci. Namun, Giant Skeleton tersebut jelas tidak ingin menyerah begitu saja dan mengambil langkah ke depan sambil mengangkat tongkatnya untuk menyerang lagi. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanyalah menghabisi serangga kecil di hadapannya secepat mungkin.     

Tapi dia gagal.     

Sebuah pedang berputar mengiris lengan Giant Skeleton itu. Hal itu mengubah lintasan serangannya sehingga agak meleset dari Celia. Meskipun hembusan angin kencang keluar dari senjata itu membuat gadis malaikat tersebut agak goyah, dia bisa selamat dari serangan musuhnya. Kemudian, Giant Skeleton tersebut mengalihkan perhatiannya pada Rhode yang mendadak muncul di kakinya.     

"---!!!"     

Sebagai bawahan Death Knight, monster itu bukanlah makhluk yang cerdas. Tujuan keberadaanya hanyalah untuk membunuh makhluk hidup yang dapat membuatnya merasa puas. Namun, setelah sekian lama, tidak ada yang terjadi. Hal itu membuat Giant Skeleton merasa marah sekaligus putus asa. Sekarang, setelah akhirnya dia menemukan kesempatan untuk melampiaskan kemarahan dan kebenciannya, dia tidak berhenti sampai musuh-musuhnya atau dirinya yang mati.     

Monster raksasa itu mengangkat tongkat pemukulnya sekali lagi. Dia mencoba melumat Rhode. Merasakan serangan tersebut, Rhode mundur beberapa langkah untuk menghindarinya.     

Sementara itu, sorotan cahaya sihir Holy Light jatuh dari langit dan membungkus tubuh Giant Skeleton.     

Lize mengangkat kedua tangannya. Dia menggigit bibir dengan gugup sambil berkonsentrasi mengerahkan sihirnya. Di samping gadis itu, ada empat Cleric lain yang juga mengerahkan sihir Divine Brilliance untuk melemahkan Giant Skeleton.     

Marlene masih bertahan di posisi yang sama. Dia menggenggam tongkatnya dengan perasaan tidak senang karena tidak bisa membantu kelompoknya. Menurut penjelasan Rhode, gadis itu memang tidak diizinkan menggunakan sihir elemennya yang kuat karena bisa menarik perhatian monster lainnya. Itu adalah posisi yang tidak menyenangkan baginya.     

"20 detik!"     

Tongkat pemukul Giant Skeleton menghantam tanah serta melemparkan batu-batu kecil dan puing-puing ke segala arah. Beberapa dari puing-puing itu mengenai tubuh Rhode.     

Pemuda itu bisa saja mengelak, namun dia tidak mengelak karena sedang mengumpulkan kekuatannya. Energi pedang mulai memadat ketika dia menggunakan Kekuatan Jiwanya. Sesaat kemudian, Rhode mengambil setengah langkah ke depan dan mengangkat tangan kanannya sebelum mengayunkan pedangnya sekuat tenaga.     

Sekilas, serangan itu terlihat biasa saja. Namun ketika pedang itu setengah terayun, ujungnya tiba-tiba menyala. Dan ketika pedang tersebut menyentuh tanah, cahaya terang yang terpadatkan di ujungnya meledak. Tanah di bawahnya segera terbelah seolah-olah sebuah pedang raksasa itu baru saja membelah bumi. Semua orang terkejut ketika melihat cahaya itu menyebar dengan cepat ke sekeliling mereka.     

Inilah skill baru dari Swordsmanship 'Starfall'– Fury Trial.     

Dibandingkan dengan Moon Shadow dan Dark Dance yang bergantung pada status kecerdasan dan kecepatan, Starfall adalah Swordsmanship yang bergantung pada status kekuatan. Starfall tidak memberikan skill-skill yang mencolok atau cepat, tapi Swordsmanship ini memperlihatkan kekuatan penghancurnya. Meskipun kekuatan Giant Skeleton tersebut tidak main-main, Rhode yakin skill ini bisa menandinginya.     

Giant Skeleton yang sedang menyerang tersebut tidak bisa memblokir serangan Rhode tepat waktu. Tubuhnya yang besar kehilangan keseimbangan dan berbalik. Tetapi sebelum dia bisa menyeimbangkan tubuhnya, tembakan cahaya lain sudah melesat ke badannya yang sedang tidak terlindungi.     

Sihir Silence Marlene meredam semua suara. Saat ini, tubuh Giant Skeleton tersebut mulai hancur. Setelah serangan yang kuat tersebut mengenainya, tulang rusuknya retak dan tulang-tulang lainnya bergetar seakan-akan bisa patah kapan saja. Sepertinya, mereka segera bisa menaklukkan monster tersebut. Tetapi, Rhode tahu bahwa ini adalah saat yang paling berbahaya.     

"10 detik!"     

"Sereck!"     

Sereck, yang tadinya bersembunyi, akhirnya muncul setelah bersiap-siap. Seluruh tubuhnya diselimuti oleh cahaya dan dia bergegas maju. Pedang di tangannya mengeluarkan lingkaran-lingkaran cahaya terang yang melesat ke arah Giant Skeleton. Baik Rhode maupun Celia ikut menyerang. Mereka mengeluarkan dua tebasan pedang yang berbentuk bulan sabit menuju Giant Skeleton itu.     

Ketika monster tersebut mendeteksi aura seorang Swordsmaster, dia bereaksi. Dia mengulurkan tangan kirinya, berusaha menghadang serangan tersebut tapi gagal.     

Sebuah serangan dengan kekuatan penuh dari seorang Master Swordsman berlevel 40 bukanlah sesuatu yang bisa ditahan dengan mudah oleh monster mayat hidup level tengah seperti Giant Skeleton. Bahkan, sebelum pedang Sereck bisa menyentuh tangannya, tangan monster tersebut sudah mulai hancur. Pedang Sereck kemudian menembus mulutnya.     

Dalam sekejap, tengkorak raksasa itu hancur berkeping-keping. Bagian rahang bawah hingga dagu menghilang, dan sisa tengkorak tersebut dipenuhi dengan retakan. Soul Fire di dalamnya berkedip-kedip seolah-olah hendak melakukan sesuatu. Tetapi tebasan bulan sabit lain melesat ke arahnya pada saat itu dan berhasil memadamkan api tersebut.     

Setelah nyawanya menghilang, tubuh besar monster itu terjatuh ke tanah bersamaan dengan menghilangnya efek sihir Silence milik Marlene.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.