Memanggil Pedang Suci

Berdansa dengan Para Iblis



Berdansa dengan Para Iblis

0Suara pemberitahuan sistem terdengar oleh Rhode.     

Ketika berdiri di balik terowongan yang runtuh tersebut, Rhode tersenyum sambil menikmati suara pemberitahuan sistem itu. Kemudian, dia memeriksa berapa poin EXP yang dia dapatkan. Dari 15 orang yang dia 'kubur' di dalam terowongan itu, Rhode mendapatkan 8000 poin EXP.     

Cukup banyak. Pikirnya.     

"Tinggal satu ekor lagi," Rhode bergumam pada dirinya sendiri sambil membalikkan badan.     

Sesosok manusia terlihat berjalan ke arahnya.     

-     

Frank mengerutkan alisnya.     

Jeritan-jeritan kesakitan yang nyaring bergema di dalam kepalanya. Itu adalah jeritan anak-anak buahnya yang terus terngiang dalam pikirannya secara per satu saat mereka tewas.     

Kemudian, Frank berhenti dan menggosok hidungnya.     

Dia tidak tahu kenapa dia menggosok hidungnya. Tapi setelah jeritan-jeritan itu berhenti, dia merasakan sebuah gelombang yang mengenai dirinya.     

Frank mengangkat kepalanya dan menatap Rhode yang berdiri di ujung terowongan. Rhode menghalangi jalannya.     

"Jadi, kita bertemu lagi, Tuan Rhode?" Frank bertanya kepada Rhode dengan suara yang luar biasa tenang.     

Frank sendiri bahkan terkejut mendengar suaranya yang terlalu tenang. Dia mengira bahwa dirinya akan dikuasai oleh kebencian saat berhadapan dengan Rhode. Tapi saat ini, Frank sadar bahwa dia sudah tidak peduli lagi dengan pemuda yang ada di hadapannya.     

Apakah dia telah merasa sangat putus asa sehingga saat ini pikirannya terasa begitu tenang? Frank tidak tahu. Yang jelas, dia belum pernah merasa setenang ini selama 10 tahun terakhir. Entah kenapa, perasaan ini terasa sangat menyenangkan.     

Frank tidak akan kecewa jika dia tidak berharap. Jika dia tidak memiliki tujuan, dia tidak akan berusaha. Dan jika dia tidak berusaha, dia tidak akan menyesal.     

Sesuatu yang terpendam di dalam jiwa Frank mulai bergejolak ketika dia memikirkan hal tersebut. Dia tidak bisa menahannya dan ingin segera mengeluarkannya secepat mungkin.     

"Lama tidak bertemu, Tuan Frank. Ah, tapi kalau kuingat lagi, ini baru pertemuan kita yang kedua, kan?"     

Frank mengangkat bahunya dan menghela napas. Kemudian, dia membalas ucapan Rhode dengan suara yang santai.     

"Tapi kau selalu berhasil membuatku terkejut. Apakah kau tahu itu?"     

Alis Rhode mengkerut.     

Dia heran melihat tingkah laku Frank. Rhode semula mengira Frank akan marah saat berhadapan dengannya. Tapi, sebaliknya, saat ini sikap Frank terlihat sangat tenang. Meskipun demikian, Rhode berusaha mengabaikannya.     

Itulah sebabnya dia tidak membalas ucapan Frank. Rhode hanya menarik pedangnya sambil membalas tatapan Frank. Bahkan tanpa peringatan dari Gillian, Rhode sudah bisa merasakan energi tidak suci yang terpancar dari tubuh Frank. Energi tersebut terpancar keluar berangsur-angsur dari dalam kulit Frank dan membentuk asap pekat berbau busuk yang menyelimuti tubuhnya.     

"Aku selalu penasaran."     

"Kenapa kau…selalu menghalangi jalanku?" Frank melirik ke atas selama beberapa saat sebelum bertanya pada Rhode, "Ah, tapi aku sudah tidak peduli lagi sekarang. Kau telah berhasil merusak rencanaku lagi. Dan kali ini, kelihatannya aku sudah tidak bisa melarikan diri."     

Rhode mengangkat pedangnya.     

"Kalau kau punya kata-kata terakhir, aku akan mendengarkannya dengan senang hati."     

Pedang Blood Tears di tangan Rhode mulai bersinar.     

"Heh, tidak perlu. Lagipula, aku tidak memiliki seseorang yang sangat berharga dalam hidupku." Frank menggelengkan kepalanya.     

Suasana terowongan tersebut mendadak hening.     

Kemudian, sosok Rhode berubah menjadi bayangan hitam yang menerjang ke arah Frank. Dia mengarahkan pedangnya pada Frank. Setelah itu, pedang-pedang kecil keluar dari pedang Blood Tears dan melesat ke arah Frank secara bersamaan.     

Saat menghadapi serangan tersebut, Frank juga mengeluarkannya senjatanya. Kemudian, dia mengayunkan senjata tersebut secara vertikal. Kegelapan keluar dari pedangnya dan membentuk sebuah cambuk yang menghalau serangan Rhode dengan mudah.     

Tch---!     

Rhode memasang kuda-kuda bertahan untuk menangkis serangan cambuk tersebut. Cambuk itu bergerak luwes seperti ular. Seluruh terowongan bergetar akibat benturan antara pedang milik Rhode dengan cambuk milik Frank.     

Rhode tiba-tiba mengulurkan tangan kirinya.     

Burung Roh melayang keluar dari telapak tangannya dan melesat ke arah Frank. Frank agak mengernyit saat melihat roh tersebut. Dia segera menarik cambuknya yang berubah bentuk menjadi jaring besar. Frank pun segera melemparkan jaring itu ke arah Burung Roh.     

Di luar dugaan, Burung Roh mendadak hilang sebelum terperangkap oleh jaring tersebut. Di tempatnya, sebuah bintang yang terang muncul dari balik jaring Frank. Bintang itu berubah menjadi pedang yang mengeluarkan cahaya suci. Cahaya suci tersebut mampu menembus jaring itu dengan mudah dan melesat ke jantung Frank.     

"Hmph!"     

Frank hanya mendengus dan mundur untuk menghindari serangan tersebut. Serangan semacam ini tidak akan mempan kepadanya.Frank yakin bisa menembus pertahanan Rhode selama dia terus menekan Rhode dengan kekuatannya. Meskipun demikian, dia bertanya-tanya serangan seperti apa yang akan dikeluarkan oleh Rhode…     

Sebuah bayangan besar mendadak muncul di udara. Pedang Suci Tanda Bintang telah berubah menjadi Celia. Celia membentangkan sayapnya yang indah dan mengayunkan pedangnya sekuat tenaga.     

Frank tidak mengira bahwa Celia akan muncul tiba-tiba di hadapannya. Dia tidak bisa bereaksi terhadap serangan Celia.     

Dengan pedangnya, Celia berhasil menembus pertahanan Frank dan bersiap memberikan serangan terakhir. Sementara itu, Rhode bergegas menuju sisi Frank untuk membantu Celia menghabisinya.     

Namun, mereka terlambat.     

Mata Frank berkilat merah saat menghadapi serangan Celia dan Rhode. Setelah itu, seluruh tubuhnya berubah menjadi kabut hitam yang bergerak mundur. Kabut tersebut berubah menjadi Frank saat mencapai sudut terowongan.     

"Anak buahmu tangguh juga."     

Frank berkomentar dengan tenang. Ekspresinya terlihat datar saat dia menatap Rhode dan Celia.     

"Jujur saja, kau membuatku terkejut. Aku belum pernah bertemu dengan seseorang yang menjadikan malaikat sebagai anak buahnya. Bahkan prajurit-prajurit paling elit di Asosiasi Prajurit Bayaran hanya bisa bermimpi untuk bertemu dengan malaikat. Apalagi menjadikan mereka sebagai anak buahnya. Tapi kau…entah bagaimana caranya kau berhasil menjinakkan gadis malaikat yang cantik itu. Kau benar-benar membuatku iri."     

"Tuanku, ada sesuatu yang tidak beres dengan orang itu! Tuanku harus segera menghabisinya sebelum dia berubah!"     

Suara Gillian terdengar sedikit panik. Dia tidak seperti biasanya.     

Kening Rhode berkerut mendengar ucapan Gillian. Dia juga ingin segera menghabisi Frank tapi area terowongan yang sempit ini membuat Rhode sulit bertarung. Selain itu, dia khawatir tempat ini akan ambruk jika dia bertarung. Sikap Frank yang aneh juga membuatnya heran sekaligus ekstra waspada.     

Rhode mengangkat pedangnya dan menerjang Frank sekali lagi.     

Tiba-tiba, Frank memanggil lima makhluk-makhluk kecil dari balik kegelapan. Mereka terlihat sangat buruk.     

"Imp!"     

Ekspresi Celia berubah ketika melihat makhluk-makhluk yang dipanggil oleh Frank. Celia segera mengepakkan sayapnya dengan kencang dan membentuk penghalang enam sisi. Penghalang itu menghalau bola-bola api yang dilemparkan oleh para Imp yang mendecit seperti monyet.     

Bola-bola api tersebut menghilang saat membentur penghalang yang dibuat oleh Celia. Ekspresi Celia terlihat murka.     

"Kau!! Demi apa kau rela membiarkan kekuatan jahat seperti ini mengontrol dirimu?! Sebagai manusia, kau tidak seharusnya menggunakan kekuatan seperti ini!"     

"Sudahlah, tutup mulutmu dan segera habisi dia, gadis bodoh! Kau bisa bertanya kepadanya sampai kau puas setelah kita menghajarnya!"     

Rhode pun menyerang sekali lagi.     

Rhode mengayunkan pedangnya dan menebas ke arah gerombolan Imp itu.     

Serangan itu berhasil membelah semua tubuh Imp tersebut menjadi dua. Kemudian, pancaran cahaya suci melesat dan menghabisi mereka. Namun, Frank hanya tersenyum ketika melihat anak-anak buahnya dihabisi oleh Rhode. Kemudian, Rhode bergegas maju dengan menggenggam pedang dan menyerang Rhode. Kemudian, Pedang Frank beradu dengan pedang Blood Tears di tangan Rhode sehingga timbul percikan api di antara mereka berdua.     

Sesaat kemudian, Rhode mengangkat tangan kiri dan memunculkan sebuah kartu hitam di telapak tangannya.     

Kemudian, kartu tersebut berubah menjadi Ksatria Centaur yang melaju ke arah Frank.     

Dengan menggunakan perisainya, roh itu melucuti senjata Frank ke samping. Kemudian, Ksatria Centaur menghantam tubuh Frank dengan perisainya. Serangan tersebut membuat tubuh Frank terlempar jauh dan membentur dinding terowongan. Dan sebelum tubuhnya terjatuh ke tanah, Rhode dan Celia sudah ada di samping Frank dan menusukkan pedang mereka ke tubuh Frank lalu menjepitnya ke dinding.     

"Bam!"     

Sebagai serangan terakhir, Ksatria Centaur menghantam tengkorak Frank. Darah mengucur keluar dari kepala Frank, bersama dengan potongan-potongan daging dan otaknya.     

Tidak mungkin ada manusia yang bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti itu.     

Meskipun demikian, ekspresi Rhode dan Celia tidak terlihat senang.     

"Hati-hati, tuanku! Dia akan segera berubah!"     

Bersamaan dengan peringatan dari Gillian, tubuh Frank tiba-tiba berubah menjadi gumpalan debu. Kemudian gumpalan itu berubah menjadi sesosok manusia di hadapan Rhode.     

"Kalian pikir serangan seperti itu akan mempan untukku? Sungguh naïf sekali…"     

Suara Frank terdengar tenang seperti biasa. Namun, sekarang wujudnya sudah tidak terlihat seperti manusia. Otot-otot bersisik hitam pekat terlihat di bagian dalam tubuhnya. Di balik kulitnya yang terlihat rusak, terlihat sejumlah pembuluh darah yang membengkak dan menonjol keluar. Selain itu, tengkorak Frank juga terlihat membengkak seperti bola karet dan suaranya terdengar jauh lebih berat.     

"Tapi menarik juga. Coba saja membunuhku jika kalian bisa!"     

Sosok Frank terlihat seperti lalat raksasa yang menghalangi terowongan di depan Rhode. Dia membuka mulutnya dan mengeluarkan suara mendesis yang nyaring. Dua mata yang terlihat tidak normal membumbung keluar di kedua sisi kepalanya dan memancarkan kilatan hijau dari bagian lensa matanya. Potongan-potongan rambut yang hitam menonjol keluar dari sela-sela sisik tubuh Frank. Beberapa lengan tentakel menjulur keluar dari anusnya dan taring-taring yang tajam mencuat dari empat kaki depannya.     

Makhluk yang tadinya adalah sosok manusia bernama Frank tersebut mengeluarkan bau busuk yang memenuhi terowongan.     

"Iblis…!"     

Celia mulai mengepakkan kedua sayapnya dengan kencang saat melihat perubahan wujud Frank.     

"Gawat. Sepertinya kita bertemu dengan musuh yang kuat, tuanku."     

Suara Gillian yang terdengar serius kembali bergema di dalam kepala Rhode.     

"Pria bodoh itu telah terkontaminasi oleh kekuatan non tidak suci di dalam tubuhnya. Dia telah menjelma menjadi reinkarnasi iblis. Sudah tidak ada lagi kemanusiaan yang tertinggal dalam dirinya. Bayangkan saja, dia pasti sangat membenci tuanku sehingga rela mengubah dirinya menjadi seperti ini hanya demi membalas dendam. Berhati-hatilah, Tuanku. Dia tidak akan mudah dikalahkan."     

"Ya, aku tahu."     

Rhode mengangkat pedangnya sambil menatap monster tersebut.     

Kemudian, dia mengambil satu langkah mundur sambil menggenggam pedangnya dengan kedua tangan. Rhode memutar tubuhnya dan melesat ke arah Frank. Di saat yang bersamaan, dia mengembalikan Ksatria Centaur dalam wujud kartu agar roh itu aman dari serangan monster itu.     

Serangan mendadak dari Rhode membuat Frank terkejut. Kemudian, monster itu menjerit dengan nyaring dan memunculkan segumpal asap hitam yang mengalir dari dalam tubuhnya. Asap hitam itu menyebar ke segala arah.     

"Itu…itu napas neraka! Tuanku, jangan sampai kau terperangkap dalam asap itu. Monster itu bisa bergerak kemana saja. Tolong jangan bertarung dengannya atau kita semua akan mati!"     

Bahkan tanpa peringatan dari Gillian, Rhode juga tahu bahwa asap gelap itu sangat berbahaya. Kalau bisa, dia juga tidak ingin bertarung dengan Frank. Tapi sepertinya sudah tidak ada pilihan lain saat ini.     

Tanpa menengok ke belakang, Rhode segera berlari ke bagian dalam terowongan. Asap hitam yang dikeluarkan Frank mengejarnya secara perlahan dan memadamkan semua obor yang ada di terowongan tersebut. Suasana terowongan pun menjadi gelap karena tidak ada sumber cahaya sedikit pun. Celia merentangkan sayapnya dan berusaha melindungi Rhode dari belakang.     

"Kita harus segera menemukan altar ritual tersebut dan memutuskan hubungan antara tempat ini dengan neraka!"     

Setelah mendengar peringatan dari Gillian, Rhode segera berbelok ke kanan di persimpangan depan. Asap hitam itu terus melaju ke depan dan menyebar ke dua arah saat tiba di persimpangan tersebut. Tapi, salah satu cabangnya tetap mengejar Rhode tanpa henti dan memunculkan beberapa Imp yang juga ikut mengejar Rhode dari belakang. Mereka mengeluarkan beberapa bola api yang melaju ke arah Rhode. Untungnya, Celia berhasil menghalau serangan itu dengan mudah.     

Kemudian, sosok Frank muncul dari dalam asap hitam tersebut dan mengejar Rhode dengan cepat.     

"Kemarilah dan bunuh aku! Kenapa kau malah kabur? Bukankah kau datang kesini untuk membunuhku? Habisi aku seperti kau menghabisi anak-anak buahku!"     

Rhode tidak menggubris perkataan Frank dan terus berlari. Dia berusaha sekuat tenaga menjauhi Frank dan asap hitam tersebut.     

Itu bukanlah hal yang mudah.     

Asap hitam itu dapat menjangkau mana saja dan mengisi celah sekecil apapun. Singkatnya, di dalam terowongan ini, tidak ada tempat yang aman dari jangkauan asap hitam tersebut. Yang bisa dilakukan Rhode hanyalah berlari secepat mungkin agar tidak terkejar oleh Frank dan asap hitamnya. Rhode tidak ingin membayangkan apa akibatnya jika dia tertangkap oleh mereka. Untungnya, Rhode bisa menjauh.     

Sialnya, kecepatan Frank dan asap hitamnya tidak menurun sedikitpun. Meskipun Celia dan Rhode telah berusaha menyerang Frank berkali-kali, monster itu sama sekali tidak terpengaruh oleh serangan mereka. Rhode bahkan mencoba memanggil Pembunuh Api untuk menghentikannya tetapi hasilnya sama saja.     

"Percuma saja!"     

Tiba-tiba suara Gillian kembali terdengar saat Rhode menghindari serangan Frank dari arah belakang.     

"Monster itu berada di bawah pengaruh napas neraka! Serangan kita tidak akan bisa melukainya. Cepatlah tuanku, kita harus segera menghancurkan altar tersebut!"     

"Seberapa jauh kita dari altar itu?"     

"Sudah dekat!"     

Pandangan Rhode tertuju kepada terowongan di depannya dan dia melompat. Tiba-tiba, asap hitam itu mengalir dengan cepat di bawah tubuh Rhode. Sejumlah tentakel gelap melesat keluar dari asap tersebut dan berusaha menangkap tubuh Rhode.     

Kobaran api suci berwarna keperakan segera membakar habis tentakel-tentakel itu.     

"Hati-hati, Tuan!"     

Celia terbang ke depan sambil memeluk tubuh Rhode dari belakang. Beberapa saat kemudian, mereka berdua terjatuh dan berguling di tanah. Mereka berdua segera berdiri kembali dan terus berlari. Tidak jauh di belakang, suara dentuman keras terdengar. Butiran-butiran pasir mulai berjatuhan dari langit. Tanah di bawah mereka juga mulai agak bergetar.     

Sosok Frank kembali muncul dari dalam asap hitamnya. Monster itu meraung sambil mengulurkan lengan depannya.     

Di saat yang bersamaan, Rhode akhirnya menemukan air mancur misterius di tempat itu.     

Tidak salah lagi, itu pasti altar ritual yang dimaksudkan oleh Gillian!     

"Celia!"     

Celia segera terbang menuju air mancur itu setelah mendengar teriakan Rhode. Celia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan bersiap-siap menghancurkan altar ritual tersebut.     

"Tidak! Hentikan!"     

Suara Frank terdengar panik dan dia melaju keluar dari asap hitam. Frank meraung sambil menerjang ke arah Celia serta berusaha mencegahnya.     

Saat itu, sosok Rhode tiba-tiba muncul di hadapannya. Rhode menggertakkan gigi sambil mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.     

Cahaya putih menyilaukan berkumpul di ujung pedangnya.     

Kemudian, Rhode mengayunkan pedangnya sekuat tenaga.     

Celia dan Rhode berteriak bersamaan saat menyerang target mereka. Celia menusukkan pedangnya ke arah patung yang terletak di atas air mancur tersebut.     

Kemudian, sebuah kobaran api suci muncul dan melahap segalanya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.