Memanggil Pedang Suci

Tempat yang tersegel (4)



Tempat yang tersegel (4)

3Badai angin dan petir yang dikeluarkan oleh Burung Roh segera menahan serangan bertubi-tubi dari gerombolan monster kadal tersebut. Saat itu, Rhode segera mengaktifkan skill Shadow Flash dan Thousands Shadow. Rhode segera sampai di mimbar bagian atas dimana musuh-musuhnya berada. Pedang Blood Tears berkilat ketika Rhode menyerang gerombolan monster kadal di hadapannya dengan skill Blade of Destruction. Di sisi lain, serangan Burung Roh dan juga kemunculan Rhode yang mendadak, telah membuat kumpulan monster kadal itu menjadi panik sekaligus takut. Skill Blade of Destruction sebenarnya tidak berpengaruh pada monster-monster kadal itu. Namun mereka panik dan segera menghindar ketika melihat serangan tersebut melesat ke arah mereka. Formasi mereka pun menjadi kacau. Mereka bahkan tidak lagi bergerak untuk melindungi sosok penyihir kadal yang berada di tengah formasi dan segera berlari sejauh mungkin.     

Rhode berlari melewati monster-monster kadal tersebut.     

Rhode semula berpikir bahwa mereka adalah musuh yang merepotkan tapi dia tidak menyangka bahwa ternyata musuh-musuhnya penakut. Meskipun demikian, dia tidak mengeluh.     

Ketika Rhode tiba di hadapan penyihir kadal, monster itu segera melompat ke belakang sambil memegang tongkat besinya. Monster itu mengayunkan tongkatnya sambil menggoyangkan tubuhnya seolah-olah sedang menari. Sepertinya dia terkejut dengan kemunculan Rhode sehingga dia langsung melompat ke belakang. Namun Rhode tidak ingin membiarkannya lolos begitu saja.     

Ketika monster itu melompat, Rhode sudah mengayunkan pedangnya. Ketika melihat pedang tajam di depannya, monster itu menggigil ketakutan. Dia segera berguling ke belakang. Kemudian, yang membuat Rhode takjub, dia melemparkan tongkat besinya ke arah Rhode demi menyelamatkan nyawanya!     

Rhode sebelumnya tidak pernah bertemu dengan boss yang melempar senjatanya sendiri di dalam sebuah pertarungan…Apakah ini jebakan? Sayangnya, Rhode tidak punya waktu untuk memikirkan hal tersebut. Dia menghindari tongkat itu dan bergegas maju.     

"Whoa!!"     

Namun, monster itu ternyata beruntung. Ketika melompat ke belakang, dia tersandung dan terjatuh ke tanah sehingga serangan Rhode tidak mengenainya.     

Apa-apaan ini?     

Rhode sedikit terkejut ketika menyadari bahwa serangannya gagal. Dia tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Sayangnya, sebagai pemain veteran, Rhode sudah terbiasa menghadapi berbagai situasi yang tak terduga. Walaupun pedangnya meleset dari target, dia segera bergegas maju dan menendang perut monster kadal tersebut sekuat tenaga. Monster kadal itu pun menjerit kesakitan dan pingsan.     

Saat ini, Rhode tidak sempat memastikan apakah monster itu masih hidup atau tidak. Para monster kadal lainnya telah kembali saat mendengar jeritan penyihir kadal tersebut. Mereka pun bergegas menyerang Rhode sambil mengayun-ayunkan senjata mereka.     

Meskipun dia sangat kuat, Rhode tentu saja tidak ingin dikepung oleh segerombolan monster kadal.     

Rhode pun mengangkat tangan kanannya tanpa ragu dan memunculkan kartu putih di telapak tangannya. Sebuah cahaya terang tiba-tiba muncul. Di saat yang bersamaan, Rhode mengayunkan pedangnya ke arah gerombolan monster kadal itu. Beberapa monster kadal tumbang terkena serangan tersebut. Ketika melihat kematian teman-teman mereka, gerakan monster-monster kadal yang lainnya mulai melambat.     

Namun, serangan Rhode belum berakhir.     

Celia tiba-tiba muncul dari dalam cahaya tersebut. Dia merentangkan sayapnya sambil mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Kemudian, Celia segera melesat ke arah musuh-musuhnya.     

"Sekarang!"     

Ketika melihat cahaya tersebut, Kavos segera bersiul. Saat mendengar siulan Kavos, para prajurit bayaran segera keluar dari tempat persembunyian mereka dan bergegas maju.     

Celia mengayunkan pedangnya yang terselubung dalam api suci. Beberapa monster kadal terpaksa mundur untuk menghindari serangan tersebut. Pada saat itu, monster-monster kadal lainnya segera menyerang Rhode dan Celia. Sayangnya, mereka lupa memperhatikan bagian belakang. Saat ini, para prajurit bayaran telah berlari menuju mimbar bagian atas. Ketika tiba di tempat itu, mereka melihat punggung para monster kadal yang terlihat seperti sasaran empuk.     

Walaupun jumlah monster kadal-kadal itu lebih banyak, namun mereka tidak begitu pintar. Setelah pemimpin mereka, si penyihir kadal, tumbang di tangan Rhode, formasi mereka menjadi kacau dan mereka bingung bagaimana harus bertarung. Oleh karena itu, mereka menjadi lengah dan tidak menyadari kedatangan anak-anak buah Rhode dari belakang.     

Sesaat kemudian, pertempuran itu hampir berakhir.     

Tempat itu dipenuhi dengan mayat-mayat monster kadal. Mayat-mayat itu terbaring di tanah, darah mengalir dari tubuh mereka. Para prajurit bayaran pun segera memungut mayat-mayat tersebut dan menjarah batu permata dari dahi mereka. Seperti biasa, mereka juga sesekali mencuri pandang ke arah Celia yang berdiri di samping Rhode.     

Mereka merasa terkejut dengan kemunculan Celia yang tiba-tiba. Walaupun mereka pernah bertemu dengannya sebelumnya, namun para prajurit bayaran tahu bahwa Celia bukanlah anggota kelompok Starlight. Dia adalah anak buah Rhode. Sebagai malaikat, Celia dianggap sebagai sosok yang paling misterius di antara mereka karena mereka jarang melihatnya. Seperti sekarang, mereka tidak tahu bagaimana caranya Celia tiba-tiba datang ke tempat ini walaupun mereka tidak pernah melihatnya sepanjang perjalanan.     

Meskipun demikian, para prajurit bayaran sudah terbiasa dengan hal itu setelah mengikuti Rhode beberapa waktu. Mereka sudah sering melihat hal aneh seperti ini dan mereka sudah terbiasa tidak terlalu memikirkannya.     

Para prajurit bayaran terus melirik Celia dengan gelisah karena mereka khawatir Celia akan berprasangka buruk atas perbuatan mereka yang tidak terpuji. Musuh mereka memang bukanlah manusia. Namun mengambil batu permata dari mayat mereka bukanlah tindakan terpuji. Oleh karena itu, mereka takut Celia akan marah karena hal tersebut. Untungnya, Celia tidak berkomentar apa-apa atas tindakan mereka. Dia hanya berdiri di samping Rhode sambil memejamkan matanya.     

…     

Di sisi lain, wajah Rhode terlihat campur aduk.     

Walaupun dia berhasil menghabisi monster-monster kadal tersebut, dia masih merasa gelisah. Rhode mengerutkan keningnya saat berdiri di tengah mimbar bagian atas tersebut. Dia sedang melihat ke arah dinding batu yang ada di depannya. Tingginya sekitar delapan hingga sembilan meter. Dinding itu terlihat biasa-biasa saja. Namun, Rhode menganggap bahwa tempat ini sangatlah aneh.     

Dia ingat bahwa gerombolan monster kadal tersebut adalah boss dari tempat ini. Dalam game, setelah pemain membunuh mereka, maka mereka bisa melanjutkan perjalanan melalui sebuah gua yang mengarah pada reruntuhan bawah tanah sambil terus berhadapan dengan musuh-musuh yang lainnya. Tapi….dinding batu di depannya tidak terbuka.     

Lalu dimana gua itu? Bagaimana cara dia memasukinya?     

Rhode merasa bingung. Tapi hal ini setidaknya memastukan dugaannya bahwa reruntuhan ini telah dijelajahi oleh seorang NPC sebelum dimasuki oleh para pemain. Tapi…di mana letak gua itu?     

Dalam game, terowongan gua itu terlihat bagus seperti buatan manusia sehingga para pemain tidak terlalu merasa heran. Mereka hanya berasumsi bahwa mimbar bagian atas ini terhubung dengan bagian dalam reruntuhan. Tapi Rhode tidak melihat apa-apa saat ini. Apakah ini artinya para cendekiawan Ophenia itu menggali jalan mereka sendiri? Para kurcaci yang dianggap sebagai ras penggali terbaik bahkan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menggali gua seperti itu…     

Rhode merasa agak kecewa karena mimbar bagian atas ini telah dirusak oleh gerombolan monster kadal tersebut. Tempat itu benar-benar terlihat kotor walaupun bagian luarnya masih terlihat megah. Dia telah mengelilingi tempat ini selama setengah hari karena tidak sabar untuk segera menemuklan rancangan Composition Adornment. Namun dia menghadapi halangan seperti ini.     

"Semuanya, berpencarlah dan periksa keadaan sekeliling."     

Rhode pun memberikan perintah kepada anak buahnya. Para prajurit bayaran mengangguk saat mendengar perintah Rhode. Mereka segera berpencar. Pada saat itu, Rhode sedang melihat ke arah sebuah terowongan gelap dan menggunakan telepati untuk berkomunikasi dengan Gillian. Sejak dilakukan, komunikasi telepati mereka lebih terbatas. Jika Gillian ingin berkomunikasi dengan Rhode, maka Rhode akan merasakan gelombang pikirannya.Itu mirip dengan nada dering sebuah telepon genggam. Ini adalah salah satu alasan mengapa Rhode memilih Gillian sebagai Kartu Intinya. Dia merasa tidak tahan dengan sikap Gillian yang senang membuatnya terkejut. Untungnya, Gillian sudah tidak bisa melakukannya lagi saat ini.     

Rhode menyerah. Dia tidak bisa menemukan jalan masuk ke dalam gua tersebut. Dia memberitahu Gillian untuk mengizinkan cendekiawan-cendekiawan Ophenia tersebut memasuki tempat ini karena dia tidak bisa menemukannya sendiri. Rhode ingin melihat apakah cendekiawan-cendekiawan ini mampu menemukan jalan masuk tersebut.     

Tidak lama kemudian, Gillian, Shauna dan anak-anak buahnya memasuki tempat itu.     

Para cendekiawan Ophenia terlihat tidak nyaman saat menatap mayat-mayat monster kadal tersebut. Wajah mereka terlihat jijik. Namun mereka hanya diam. Si pemimpin cendekiawan berjalan ke samping Rhode.     

"Anu…Tuan Rhode."     

"Ada apa?"     

"Begini."     

Cendekiawan tua itu terlihat ragu. Di saat yang bersamaan, dia juga melirik Celia yang berdiri di belakang Rhode. Para penduduk Negara Ophenia mengagumi ras malaikat. Oleh karena itu, dia tertarik dengan keberadaan Celia. Namun, dia tidak tahu bagaimana caranya malaikat itu bisa muncul di sini. Sekarang juga bukan waktu yang tepat untuk bertanya.     

"Mohon maaf atas kelancanganku sebelumnya. Tapi aku harap kau bisa menyuruh anak-anak buahmu untuk membersihkan tempat ini dan…menyingkirkan mayat-mayat monster ini. Bisakah?"     

Oh?     

Rhode agak terkejut saat mendengar permintaan tersebut. Kemudian dia menatap permukaan mimbar itu.     

Menurut Rhode, mimbar berbentuk lingkaran ini hanyalah bekas tempat ritual biasa yang diukir dengan berbagai simbol yang misterius. Tempat ini terlihat berantakan namun entah kenapa cendekiawan ini memintanya untuk membersihkannya. Jangan-jangan tujuan sebenarnya adalah…     

"Tidak masalah."     

Rhode tidak berpikir panjang dan segera menyetujui permintaan cendekiawan tua itu. Setelah itu, dia melambai pada Shauna.     

"Shauna, beritahu prajurit bayaran yang lainnya untuk membersihkan tempat ini."     

"Di sini?"     

Shauna terkejut saat mendengar perintah Rhode. Namun dia hanya mengangguk dan berbalik menuju prajurit bayaran lainnya. Cendekiawan itu berterima kasih pada Rhode. Dia segera kembali ke arah cendekiawan lainnya untuk memulai pekerjaannya.     

Namun, Rhode masih memiliki urusan lain.     

Sekarang, dia harus mencari tahu apa yang telah terjadi pada Lapis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.