Memanggil Pedang Suci

Masalah Datang



Masalah Datang

Di balik semak-semak, wajah Orlando merengut saat dia menyadari bahwa kepala para pengawal yang dilihatnya menunduk ke bawah.

"Kamu yakin itu kereta kuda yang kita cari?" Dia berbisik pada orang di sebelahnya.

"Benar, tuan. Kami telah membuntuti mereka sejak kedatangan mereka di kota Riverwood. Anda bisa yakin bahwa nona Helen dari keluarge Keller memang ada di kereta kuda itu."

"Kalau begitu jelaskan padaku, mengapa jumlah orang yang ada di dalam kereta tersebut berbeda dengan laporan awal yang aku terima?"

"Ada tiga petualang lain yang ada di kereta itu, tuan. Walaupun kami tidak tahu identitas mereka, mereka seharusnya tidak memiliki hubungan dengan keluarga Keller, dan kekuatan mereka juga seharusnya tidak seberapa."

"Baiklah, aku mengerti. Sampaikan perintahku pada yang lain untuk bersiap-siap menyerang mereka dan selalu waspada. Kegagalan tidak akan diampuni."

Orlando berhenti berbicara. Setelah dia menerima info bahwa Helen telah meninggalkan kota, dia sangat senang. Akhirnya mereka memiliki kesempatan menangkap gadis itu hidup-hidup. Bagi Orlando, ini bukanlah tugas yang sulit.

"Baik, tuan."

Orang itu segera berbalik dan menghilang di balik dedaunan. Sesekali, Orlando akan mengangkat kepalanya dari semak-semak dan mengintip kereta tersebut, tapi kali ini, pintu kereta terbuka dan seorang pemuda keluar dari dalam kereta.

Itukah dia?

Orlando mengerutkan alis. Dia tidak mengerti kenapa dia merasa akan terjadi sesuatu yang buruk.

Rhode berjalan keluar dari kereta.

Di bawah cahaya bulan, hutan tampak lebih gelap daripada biasanya. Dia melirik ke arah suara itu berasal, dan mukanya berubah serius.

Ada beberapa orang yang bersembunyi di sana.

Sebenarnya, saat dia sadar bahwa mereka sedang diintai, dugaan pertama tentang pelaku adalah orang-orang yang mengejar mereka di hutan Twilight. Tapi setelah berpikir lebih jauh, jika mereka adalah orang-orang tersebut, maka dia tidak akan bisa mendeteksi keberadaan mereka semudah ini. Bagaimanapun juga, mata-mata adalah profesi tingkat lanjut. Tidak peduli seberapa tinggi status awal, hal tersebut tidak bisa dibandingkan dengan profesi tingkat lanjut. Satu-satunya kemungkinan lain yang ia pikirkan adalah mereka sedang ceroboh.

Setelah berjalan keluar dari kereta, Rhode memastikan dugaannya. Karena panca indranya bisa mendeteksi lokasi mereka dengan mudah, ternyata dalang di balik penghadangan tersebut bukanlah seorang Spy – ataupun profesi level tinggi lainnya.

Tetap saja, situasinya benar-benar aneh. Sejak Rhode muncul di dunia ini, dia tidak pernah memancing perkara dengan orang lain dengan sengaja. Atau mungkin targetnya bukan dia?

"Ada apa, tuan Rhode?"

Saat Rhode melangkah keluar kereta, Lize terbangun. Sebagai prajurit bayaran yang sudah berpengalaman, dia telah belajar untuk menjaga sekaligus meningkatkan kewaspadaannya hingga tingkat tertentu.

"Hanya beberapa ekor tikus," balas Rhode dengan dingin.

Lize merasa sedikit terkejut mendengar ketenangan suara Rhode.

"Apakah mereka orang-orang yang mengejar kita sebelumnya?"

Rhode menggelengkan kepala."Bukan, sepertinya target mereka bukan kita."

Lize merasa kaget mendengarnya, namun sebelum dia membalas, seorang pengawal berjalan ke arah mereka dan bertanya,

"Halo, tuan. Ada apa ini?"

Setelah berkelana bersama selama sehari, tentu saja Rhode mengenali kapten pasukan pengawal nona Helen, yang bernama Ben. Walaupun seharusnya hanya orang yang terampil yang mengambil jabatan kapten pengawal, terlihat jelas bahwa kekuatan Ben tidak seberapa. Menurut standar di dunia ini, Ben hanyalah seorang Swordsman level 7 yang baru saja naik tingkat dari Apprentice Swordsman. Alasan mengapa dia mampu memperoleh jabatan ini adalah karena pengaruh keluarganya, yang telah setia melayani keluarga Keller dalam waktu yang lama. Karena itulah, mungkin lebih tepat menganggapnya sebagai pengikut tuan putri daripada seorang pengawal yang bertugas melindunginya.

Bagi Ben, Rhode adalah sosok yang pantas dihormati. Walaupun kesan pertamanya pada Rhode tidak begitu baik karena Rhode mmeiliki wajah yang feminin, yang membuatnya menduga bahwa pemuda ini adalah seorang playboy, kekuatan Rhode jelas tidak main-main. Di usianya, tidaklah mengherankan jika kebanyakan bangsawan muda tidak bisa menghunuskan pedang, apalagi bertarung dengannya. Namun, Rhode dapat mengalahkan dua pengawal lain dengan mudah. Tidak peduli bagaimana caranya mengalahkan mereka, Ben tidak dapat membayangkan seberapa kuat pemuda tersebut. Bahkan setelah hidup di kota Deep Stone selama 20 tahun, selain pewaris muda dari keluarga Felix, dia tidak pernah melihat orang setangguh Rhode.

Jauh di dalam lubuk hati mereka, setiap pria bermimpi untuk menjadi orang yang kuat dan tangguh. Dan Ben, tak perlu diragukan lagi, termasuk orang yang kuat dan tangguh. Dalam Dragon Soul Continent, hanya mereka yang kuat yang berhak menerima penghormatan. Karenanya, walaupun dia tidak begitu senang akan perselisihannya dengan Rhode, setelah menyaksikan sendiri kekuatan luar bisa pemuda itu, tingkah lakunya langsung berubah menjadi penuh hormat.

Menghadapi tingkah laku Ben yang terlalu sopan, Rhode hanya melambaikan tangan untuk memberinya isyarat diam. Dari balik dedaunan yang tebal, Rhode bisa merasakan keberadaan tujuh orang yang bersembunyi di sekitar mereka.

Dua orang di kiri, kanan dan depan. Satu orang di belakag.

Dengan mudah, Rhode mendeteksi lokasi mereka. Namun, dia sedikit kesulitan melacak pergerakan orang di belakang. Gerakannya terasa agak tidak teratur, seolah-seolah dia bisa menghilang kapan saja. Di sisi lain, dia bisa mendeteksi pergerakan enam orang lainnya dengan mudah.

Sepertinya orang yang ada di belakang adalah orang terkuat di antara mereka bertujuh.

Rhode berpikir sejenak, dan mendadak, sebuah ide muncul di kepalanya.

"Suruh orangmu untuk mundur."

"Maaf?"

Ben mendengar perkataan pemuda itu dengan sangat jelas, tapi dia tidak bisa bereaksi tepat waktu saat Rhode mencabut pedangnya.

Tanda Bintang pun mulai muncul.

Sebuah cahaya putih yang indah menembus langit malam dan serangan berbentuk bulan sabit, muncul dari cahaya itu. Ben merasa sebuah balok cahaya melewatinya sebelum menembus ke dalam hutan yang gelap. Dalam sepersekian detik, dedaunan dari pohon di sekitarnya berayun keras seolah-seolah dihempaskan oleh angin puyuh.

Dua pria malang berjubah hitam tidak menyangka bahwa musuh akan menyerang terlebih dahulu. Ketika mereka tersadar, sudah terlambat karena Moonbeams telah menyapu tubuh mereka yang terpaku.

Selembut angin musim semi, skill Moonbeams Rhode melewati mereka tanpa suara dan menghilang ke dalam hutan.

Dua bayangan jatuh ke dalam semak-semak seperti boneka yang talinya terputus.

Keheningan melanda hutan. Orlando, yang bersembunyi di belakang, terdiam melihat serangan itu.

Musuh mereka adalah seorang ahli pedang!?

Seseorang yang dapat mengkondensasi energi pedang untuk melancarkan serangan jelas akan sulit dilawan. Biasanya, orang-orang yang dapat menggunakan skill semacam ini adalah seseorang dengan jabatan yang tinggi – seseorang yang cukup kuat mencapai tingkat lanjutan suatu kelas. Contohnya seperti para bangsawan dari keluarga-keluarga yang megah itu. Tidak peduli siapa dia, yang jelas lebih baik mereka tidak berurusan dengan orang itu.

Beberapa skenario melintas di dalam benak Orlando saat dia berusaha menemukan solusi yang tepat untuk keluar dari masalah ini. Dia benar-benar ingin membunuh orang yang memberinya informasi palsu. Dia bahkan berani memberitahu Orlando bahwa kekuatan orang-orang itu 'tidak seberapa'.

Apa-apaan? Tidak seberapa?! Omong kosong. Apa kau ingin memberitahuku bahwa seorang ahli pedang bukanlah seseorang yang harusnya aku khawatirkan?

Bukannya Orlando bersikap berlebihan, hanya saja, di Dragon Soul Continent, NPC dan pemain benar-benar berbeda. Jika NPC mencapai level 10, mereka akan membuka skill level 10 mereka. Tapi pemain tidak demikian. Pemain dapat menggunakan poin skill mereka untuk mengembangkan kemahiran skill mereka. Jika seorang pemain level 10 bekerja dengan keras, mereka dapat mencapai kemahiran tingkat lanjut. Bahkan ada beberapa pemain gila yang dapat memperoleh kemahiran skill tingkat lanjut dan sekaligus skill level master. Sekarang, telah diketahui bahwa semakin tinggi level skill, semakin banyak kekuatan yang diperlukan untuk menggunakannya. Karena itulah, ketika seorang pemain bisa mendapatkan level master dari skill-skill mereka namun tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menggunakannya, orang-orang hanya akan menertawakan mereka.

Situasi yang tak terduga ini menyebabkan rencana Orlando gagal total. Rencana awalnya adalah mengirim pasukannya untuk membunuh tiga pengawal lyang lemah dan menculik nona Helen sebelum kabur tanpa meninggalkan jejak. Tapi sekarang, bahkan sebelum dia memulai rencananya, dia sudah harus kehilangan dua orang pasukannya. Apalagi, musuhnya adalah seorang Advanced Swordsman. Walaupun dia sendiri cukup tangguh, tapi dia belum mencapai level yang sesuai untuk melawannya. Karena itulah, tindak-tanduk lawannya membuat Orlando berkeringat dingin.

Tapi…

"Ahh, terserahlah! Aku akan bertarung!"

Orlando menggigit bibirnya dan meletakkan dua jarinya di mulut, bersiul dengan keras.

Sesaat setelah mendengar siulan itu, beberapa bayangan melompat keluar dari semak-semak dan bergegas ke arah kereta kuda!

"Lindungi tuan putri!" Ben berteriak pada semua bawahannya.

Meskipun dia terkejut dengan perintah aneh Rhode, setelah menyadari apa yang sedang terjadi, dia segera bertindak. Dia meneriakkan perintah sambil mencabut pedangnya dan dua pengawal lain berlari ke arah kereta kuda dengan cepat. Tanpa ragu Lize pun memunculkan sebuah perisai untuk melindungi ketiga pengawal tersebut.

*Wuusshh*

Perisai pelindung Lize membungkus ketiga orang itu. Tidak lama setelah dia mengeluarkan perisai itu, lima hingga enam anak panah melayang dari semak-semak dan menyerang para pengawal yang tak berdaya tersebut. Namun, sebelum anak-anak panah itu dapat menembus tubuh mereka, begitu mereka menyentuh perisai pelindung berwarna emas itu, mereka terjatuh ke tanah.

"Waspadalah! Hati-hati dengan pemanah yang bersembunyi!"

Ben merasa gugup meskipun dia bisa berteriak dengan keras. Ini pertama kalinya pemuda itu mengalami penyergapan di tengah alam. Nona Helen selalu berada di kota Deep Stone, jadi dia tidak pernah merasa khawatir kalau hal yang seperti ini akan terjadi. Begitu dia pergi ke kota lain, tanpa diduga, dia malah bertemu dengan situasi seperti ini. Nasibnya sedang buruk!

Walau begitu, percuma saja dia mengeluhkan keadaannya sekarang. Dia menatap orang-orang berjubah hitam yang menyerang ke arahnya dengan penuh amarah.

Ben menggertakkan giginya dan berseru saat dia berlari ke arah mereka.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.