Memanggil Pedang Suci

Pencarian Dimulai



Pencarian Dimulai

0

Klang…Klang…Klang

Itu adalah dentingan sebuah bel.

Suara itu menggema di tengah kegelapan rumah. Rasanya suara bel itu seperti berdenting dalam hati orang-orang. Rhode berdiri dan mengamati keadaan sekelilingnya dengan cermat sambil meremas kartu merah di tangannya.

"Lize."

"Ah, iya!"

"Kau masih ingat dengan apa yang kita lakukan di kota sebelumnya?"

"Aku ingat!"

Saat dia mengingat pertarungan sebelumnya, Lize tiba-tiba teringat dengan apa yang harus dia lakukan. Postur tubuh Lize terlihat tegap saat dia membungkus udara di sekitar mereka dengan bola cahaya yang hangat. Seakan-akan bereaksi dengan kehadiran bola cahaya itu, angin kencang tiba-tiba berhembus, menyebarkan percikan api ke segala arah.

"Tuan Rhode, apakah musuh kita kali ini mirip dengan sesuatu yang kita hadapi sebelumnya?"

"Yah, bisa dibilang bahwa karakteristik mereka cukup mirip."

"…"

Mendengar balasan Rhode yang datar, Lize merasa jauh lebih tenang. Dirinya di masa lalu mungkin saja akan sulit bersikap tenang. Tetapi, setelah pengalamannya di Reruntuhan Kabut, Lize merasa gembira karena kekuatannya ternyata bisa digunakan untuk melawan monster-monster mengerikan itu. Tidak mengherankan, mengingat sebelumnya gadis itu selalu bertarung di garis belakang pertempuran, hanya sebagai pendukung.

Tapi sekarang semuanya berbeda. Dalam situasi khusus, dia bisa mengikuti langsung sebuah pertempuran dan tidak hanya bergantung kepada perlindungan kawan-kawannya. Hal ini membuat Lize mendapatkan kepercayaan diri yang besar. Begitu dia diingatkan oleh pengalaman mereka di Reruntuhan Kabut oleh Rhode, rasa takutnya agak berkurang.

Karena Rhode mengingatkan pengalaman mereka di Reruntuhan Kabut, dia pasti punya rencana!

Secara tidak sadar, Lize mulai mempercayai dan bergantung pada Rhode yang belum lama dikenalnya.

Pertarungan itu sudah dimulai.

Rhode meningkatkan kewaspadaannya. Dia mengarahkan pandangannya ke sekelilingnya dengan hati-hati, tapi tanpa peringatan, dengan gerakan cepat pemuda itu membalik tangan kanannya. Pedang Tanda Bintang muncul di tangan Rhode, dan dia segera membelah kegelapan di depan tanpa ragu. Kemudian dengan cepat dia melemparkan pedangnya. Mendadak, gelombang api muncul di tempat pedangnya terlempar, dan seekor anjing hitam yang terbalut dalam kobaran api keluar.

Pembunuh Api.

Anjing itu memasang kuda-kuda bertarung. Dia melengkungkan tubuhnya ke belakang dan mencengkram tanah dengan cakar-cakarnya. Anjing itu pun menggeram pelan. Sebagai makhluk elemental, Pembunuh Api memiliki indra yang tajam untuk mendeteksi bahaya, dan secara insting, anjing itu pun mulai menggonggong.

"Lize, berikan sihir pelindung untuk dirimu. Dan ingat, jika kau berhadapan dengan bahaya, hal pertama yang harus kau lakukan adalah menggunakan sihir penyembuh…Aku pikir kau sudah mengerti caranya."

"Aku mengerti."

Mendengar suara Rhode yang penuh dengan keyakinan diri, Lize merasa kembali tenang. Rhode mengangguk puas. Dengan pengamatan yang tajam, Rhode merasa bahwa Lize merupakan kawan yang hampir sempurna dengan sifatnya yang teliti, walaupun sangat disayangkan gadis itu tidak memiliki mimpi atau tujuan tertentu. Jadi ketika Rhode memberinya perintah, kepribadian Lize seakan-akan langsung berubah, dan dia bukanlah gadis yang ketakutan seperti tadi.

"Ikuti aku."

Keheningan yang mematikan menyelimuti koridor luar.

Angin dingin terus berhembus melalui jendela-jendela yang rusak. Bingkai jendela tersebut terus menerus berbenturan dengan ambang jendela, menimbulkan suara yang mengerikan.

Pada pandangan pertama, sepertinya tidak ada yang berbeda.

Namun, kelihatannya musuh mereka sudah bergerak.

Rhode menangkap gerakan bayangan, yang sekarang bersembunyi di sudut. Pembunuh Api juga menggeram senang. Di balik giginya yang tajam, cahaya terang berkumpul di tenggorokan anjing tersebut, dan jilatan-jilatan api berkelip di sekitar mulutnya.

Mendadak, sebuah patung manusia yang kehilangan setengah tubuhnya muncul dari dalam kegelapan dan melayang kea rah Rhode, seolah-olah dilempar oleh seseorang.

Dia datang!

Menghadapi serangan tersebut, Rhode mengayunkan pedangnya ke arah patung tersebut, memotongnya dengan rapi menjadi dua bagian.

Bum!

Patung itu hancur lebur ketika mendarat di lantai. Di saat bersamaan, Lize merasa bulu kuduk di punggungnya berdiri.

Dia berbalik tidak sadar dan melihat sebuah sosok manusia berwarna kebiruan di tangga.

Mereka adalah roh jahat yang mendiami Dragon Soul Continent. Sebuah jiwa menyedihkan yang tidak dapat meninggalkan dunia ini karena kekuatan jahat telah menodai mereka. Mereka hanyalah sekadar cangkang kosong dari diri mereka sebelumnya yang tidak memiliki perasaan. Walaupun begitu, mereka memendam kebencian yang mendalam terhadap makhluk hidup. Dan sebagai seorang Spirit Master, tentunya Lize memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang mereka.

Saat ini Lize memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi mereka, setelah pengalamannya di Reruntuhan Kabut. Lize pun membuat sebuah strategi dalam pikirannya sebelum menyerang roh jahat itu tanpa ragu.

Namun, sebelum dia menyerang, Rhode menyentuh pundaknya.

"Tuan Rhode?"

Merasakan kejanggalan dalam tingkah laku Rhode, dia berbalik dengan terkejut.

"Ada cara yang lebih baik, Lize."

Menangkap tatapan ragu dari Lize, ekspresi Rhode masih terlihat tenang. Dia menundukkan kepalanya dan berbisik kepada gadis itu. Ketika mendengar bisikan Rhode, perlahan ekspresi Lize berubah dari ragu, menjadi terkejut, dan akhirnya senang. 

"Akan kucoba sebisa mungkin, tuan Rhode."

"Bagus, kalau begitu serahkan sisanya padaku."

Lebih dari satu lusin roh jahat muncul dan mengepung dua orang tersebut. Wujud mereka yang terlihat halus melayang di udara sambil menjulurkan tangan dan menjerit-jerit. Mereka bergegas ke arah Rhode dan Lize, berniat untuk mencabik-cabik tubuh mereka.

Tapi sia-sia saja.

Dari samping, seekor anjing hitam yang haus akan pertarungan, melompat dan menyemburkan lautan api dari mulutnya ke arah roh-roh tersebut.

Kelemahan utama mayat hidup seperti mereka adalah elemen suci, selain itu juga ada elemen api. Dalam pertarungan ini, musuh mereka memiliki dua elemen tersebut. Karena itulah Rhode tidak takut untuk mengambil misi ini. Kalau dia hanya sendirian, dia jelas tidak akan mengambil resiko tersebut dengan membayar 500 koin emas.

Terkena oleh skill Fire Breath dari Pembunuh Api, roh-roh itu menjerit kesakitan. Tubuh mereka memang kebal terhadap serangan fisik, namun lain halnya dengan serangan sihir. Dua dari tiga roh jahat itu menghilang setelah terkena serangan elemen api tadi. Skill Fire Breath tidak bisa membeda-bedakan target, dan karenanya ada beberapa perabotan yang ikut terbakar.

Formasi yang rapat dari roh jahat yang mengepung mereka mulai kendor, dan Rhode pun mengaktifkan skill Shadow Flash.

Dalam sekejap, layaknya seekor burung layang-layang yang terbang di atas pagar, sebuah bayangan hitam melewati dinding api tanpa hambatan. Sebelum roh-roh tersebut menyadari apa yang sedang terjadi, sebuah pedang putih menusuk bagian vital mereka. Satu per satu, mereka jatuh seperti lalat.

Wuuushhh.

Sebuah roh jahat yang mencoba menahan serangan itu terbelah dua layaknya mentega yang terbelah oleh pisau panas. Roh-roh jahat lainnya pun sadar bahwa mereka sedang berhadapan dengan musuh yang tangguh, dan mereka segera kabur dengan cepat. Mereka melayang ke arah dinding dan menghilang.

Tangga-tangga mulai terguncang.

Baju baja pelindung tiba-tiba mengeluarkan suara berderit. Baju itu mengangkat pedang besar dan mengayunkannya ke arah Rhode.

Tapi sebelum baju itu menyelesaikan serangannya, Pembunuh Api menyadari serangannya dan menyembur benda itu dengan apinya.

[EXP 360/2500]

Belum cukup.

Rhode melirik pemberitahuan sistem yang muncul dan melihat bahwa EXP yang didapatkannya masih terlalu sedikit. Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan EXP yang ia dapatkan saat berada di dalam hutan Twilight. Hal itu sebenarnya tidak terlalu mengherankan, karena roh-roh jahat tersebut bukanlah monster elit dan Rhode bisa membunuh mereka dengan mudah. Karena itu, EXP yang dia terima cukup sedikit. Tapi bagi Rhode, ada hal yang lebih penting.

Dia mengalihkan pandangan dan menatap Lize di tangga.

Rhode dapat mendengar jeritan para roh jahat dengan jelas.

Mengamati sosok yang sudah mati dan dingin itu, Lize mengangkat tangan kanannya sambil mengingat kata-kata Rhode.

"Penggunaan skill Healing tidak terbatas pada penyembuhan saja. Ingat: Padatkan sihirmu, tindihkan dan kompres. Kemudian lancarkan sihir itu. Aku percaya kau bisa melakukannya."

Padatkan…

Dia dapat merasakan kekuatan suci bercampur dengan kehendaknya sendiri dan perlahan-lahan mencapai puncaknya. Biasanya, saat ini Lize sudah bisa melancarkan Healing Light, tapi dia menahannya.

Tindihkan…

Kekuatan suci tersebut terus memadat dan bergoyang. Lize sadar bahwa setelah melewati titik tertentu, konsentrasi yang dibutuhkan semakin kecil…

Padatkan…

Ketika dua tipe kekuatan suci itu mulai mencampur, kekuatan Jiwa Lize telah mencapai batasnya. Tangannya gemetaran dan ekspresi gadis itu menunjukkan bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi.

Pada saat ini, beberapa roh jahat mendekatinya saat proses sihir itu berlangsung.

Ketika Lize tersadar kembali, roh jahat dengan mata hampa yang penuh dengan kebencian mendalam tiba-tiba muncul di hadapannya. Lize tanpa sadar mengambil setengah langkah mundur dan energi sihir yang terkumpul di tangannya menghilang karena rasa takut. Saat itu, sebuah pedang muncul dari belakangnya dan menusuk roh jahat itu.

"Lagi," kata Rhode dengan tenang.

"Baik."

Lize menggigit bibirnya dan mengangkat tangannya lagi. Belajar dari kesalahan sebelumnya, dia memadatkan energi sihir di antara kedua tangannya. Menatap roh jahat tersebut dari jauh, Lize menggertakkan gigi dan menggerakkan tangan kanannya untuk maju ke depan.

Wuushh!!

Cahaya terang muncul di udara. Cahaya setebal pilar itu menyelimuti beberapa roh jahat dalam daerah serangannya dan sebelum roh-roh itu dapat bereaksi, mereka bisa berubah menjadi debu.

"Eh?"

Lize menarik tangannya dan menyaksikan hal tersebut dengan ekspresi kaget. Tentu saja, dia sekarang tahu bahwa sihir penyembuh bisa melukai mayat hidup, tapi dia tidak mengira bahwa efeknya akan sekuat itu.

Ya Tuhan…

Bisakah sihir ini disebut sihir penyembuh? Kekuatannya benar-benar melebihi skill Hammer of Trial uskup suci.

Namun, sebelum dia merasa senang, kata-kata Rhode yang tenang terasa seperti siraman air di mukanya saat pemuda itu menarik Lize kembali ke kenyataan.

"Bagus, terus lakukan seperti itu. Ini baru permulaan."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.