Memanggil Pedang Suci

Rahasia Reruntuhan Kabut



Rahasia Reruntuhan Kabut

0

Kondensasi sihir?

Rhode sedikit kaget, dia bermain sebagai Spirit Swordsman selama tujuh tahun dan sudah menyaksikan banyak kejadian aneh. Tapi dia yakin bahwa dia tidak pernah berjumpa dengan situasi macam ini.

Kondensasi sihir mengacu pada kecocokan antara pemain dengan roh yang dipanggilnya dalam jangka waktu panjang. Mereka akan 'merawat' roh yang berada dalam proses evolusi. Menurut game, hal ini berarti jika mereka terlalu cepat berevolusi, kondensasi sihir dalam jumlah berlebihan akan terbentuk --- Dengan kata lain, kondensasi itu akan menjadi alat.

Di sisi lain, ketika pemain memiliki kompatibilitas yang tinggi dengan roh yang bersangkutan, mereka akan mendapatkan kejutan…

Hal ini umumnya bukanlah sesuatu yang realistis. Pertama-tama, level peralatan roh yang dipanggil tidak selalu tinggi, dan kedua, peralatan-peralatan ini biasanya hanyalah ilusi yang diciptakan oleh para Spirit Swordsman. Jika peralatan ini dibuang, mereka akan hilang tanpa jejak. Akibatnya, alat ini tidak bisa ditukar ataupun diberikan kepada pemain lain, jadi bisa dibilang mereka setengah 'tidak berguna.'

Rhode tidak terkejut kalau rohnya mengalami kondensasi. Bagaimanapun juga, pedang ini telah berada di sampingnya selama ini. Yang mengagetkannya adalah --- bukankah pedang suci itu hanya dianggap sebagai senjata?

Biasanya, hanya makhluk yang memiliki kesadaran diri saja yang memiliki karakteristik kondensasi sihir?

Apa-apaan ini?

Tidak salah lagi, seharusnya pedang suci itu bukanlah makhluk hidup.

Rhode tenggelam dalam pikirannya beberapa saat, namun dia tidak dapat menarik kesimpulan apapun karena pemberitahuan sistem tidak memberinya konfirmasi apapun. Sistem tersebut hanya memberi tahunya apa yang sedang terjadi, tanpa penjelasan apapun. Teks emas tersebut kemudian menghilang secepat tadi saat muncul. Dia melihat ke arah tangannya, menyadari bahwa dek kartu di telapak tangannya juga menghilang entah bagaimana.

Lize dan Matt saling memandang satu sama lain. Faktanya, mereka masih tidak tahu pasti identitas Rhode. Walaupun dia hanya terlihat seperti Swordsman biasa, tapi selain skill – skill pedangnya, dia juga melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan Swordsman biasa.

Tapi mereka berdua tidak menanyakan apapun. Lize adalah seorang petualang, dan gadis itu tahu banyak prajurit berpedang yang memiliki kemampuan-kemampuan unik dan warisan-warisan eksentrik. Di sisi lain, Matt cukup yakin bahwa Rhode adalah salah satu keturunan klan kuno, karena hanya mereka lah yang memiliki aura luar biasa seperti ini.

Walaupun dia merasakan tatapan Lize dan Matt, Rhode merasa tidak perlu menjelaskan hal tersebut kepada mereka. Sebagai pemimpin guild, dia paham bahwa dia tidak perlu mengatakan apapun dan berbuat hal yang tidak perlu. Dia ingat ketika orang-orang di internet memulai berdebat, suasananya bakal menjadi sangat tegang. Satu kata saja salah, musuh akan mengambil kesempatan untuk membalikkan keadaan.

Hal ini sangat penting bagi Rhode ketika dia menjadi pemimpin guild untuk pertama kalinya. Seperti pepatah, angin kencang berhembus melalui bukit yang tinggi. Musuhnya akan memanfaatkan kata-kata dan tindakannya demi keuntungan mereka. Semakin banyak penjelasan yang kau berikan, semakin banyak pula celah yang kau berikan. Jadi lebih baik kau diam dan membiarkan mereka salah paham. Dia mengeluarkan kartunya dan mulai menata barang-barangnya yang lain.

Para Mage biasanya kaya.

Matt dan Lize tidak hanya menemukan alat pengontrol itu di gereja, tapi mereka juga menemukan tumpukan kecil permata berharga dan kristal sihir yang sudah tidak lagi mengandung sihir. Rhode mengambil semua barang ini berhubung pekerjaanya yang lain adalah alkemis, dan benda-benda itu akan berguna untuknya nanti.

Yang membuatnya terkejut adalah penemuan Lize atas buku harian di atas meja. Buku tersebut memuat catatan kehidupan Mage dari legenda tersebut setelah mendatangi kota kecil ini.

Buku tersebut menarik perhatian Rhode. Bahkan saat dia di sini sebagai pemain, dia hapal dengan jelas jalan masuk dan jalan keluar dari dungeon Reruntuhan Kabut. Tapi ini pertama kalinya dia memandang tempat itu dari sudut pandang seorang NPC.

Kebanyakan isi buku harian itu tidak bisa dibaca karena sudah sangat usang termakan usia, tapi ada beberapa catatan yang bisa dibaca.

Tahun Keramat, hari ke-5 dari bulan Guntur.

Aku berhasil! Dengan mengorbankan banyak jiwa yang tidak bersalah, akhirnya aku dapat melihat bayangannya di tengah-tengah lingkaran sihir. Dia tersenyum padaku. Itu adalah senyum lembut yang sama, dan aku begitu senang hingga aku memanggilnya, tapi dia tidak dapat mendengar seruanku. Sihirnya masih belum sempurna, namun harapan tumbuh dalam diriku karena terbukti bahwa ideku memang benar adanya!

Tahun Keramat, hari ke-15 dari bulan Guntur.

Puji Tuhan! Akhirnya aku dapat bertemu dengannya lagi. Aku telah medapatkan kekuatan yang cukup untuk menaklukkan semuanya! Dengan membangkitkan jiwanya yang telah mati, dia akhirnya bisa bertemu denganku! Aku dapat menyentuhnya dan merasakan tubuhnya yang hangat, dia memelukku dan memanggil namaku. Pada saat itu, aku merasa bahwa segala sesuatu yang aku lakukan akhirnya terbayar sudah. Ah…Hina, cintaku, dia benar-benar lembut, cantik dan perhatian persis saat dia masih hidup dulu.

Dilema menghantuiku, tapi aku masih bertekad mengaku padanya, ku beritahu padanya apa yang telah aku lakukan. Tapi dia memaafkanku. Dia masih sama seperti biasanya, dia tersenyum dan memaafkanku. Pada saat itu, aku merasa bahwa hidup ini benar-benar indah, bahkan matahari terlihat cantik di luar sana. Aku memutuskan untuk membawanya pergi dari sini dan hidup normal. Aku tidak akan melakukan hal jahat yang lain, dan aku juga tidak akan menggunakan sihir lagi selama hidupku. Kami akan pindah ke sebuah desa terpencil di pegunungan, menikah, punya anak dan meninggal seperti orang biasa.

Aku tidak tahu apakah aku berhak akan kebahagiaan ini, tapi aku akan berusaha, semoga Tuhan memberkatiku.

Tahun Keramat, hari ke-3 dari bulan Penistaan.

Dia bukan Hina. Aku punya…perasaan ini…Walaupun penampilan dan ingatannya mirip dengan wanita itu, aku punya perasaan bahwa dia bukan Hina. Ketika aku memberitahunya rencanaku, dia hanya tersenyum dan mengangguk setuju. Sungguh aneh mengingat bahwa walaupun Hina adalah gadis yang pintar, dia juga tegas. Dia tidak selalu menurut padaku.

Aku pun curiga. Bagaimana kalau sebelumnya terdapat masalah pada sihir itu?

Kenapa dia tidak meragukan kata-kataku?

Aku ingin mencobanya sekali lagi, untuk memastikan bahwa perasaanku benar atau tidak. Berkati aku, Tuhan, kuharap aku salah…

Tahun Keramat, hari ke-4 dari bulan Penistaan.

Ya Tuhan, mengapa hal ini terjadi!

Dia bukan Hina! Dia hanyalah monster yang mengambil tubuh Hina! Kuberitahu padanya bahwa aku akan membunuh orang-orang demi dia. Entah mereka orang tua, anak-anak mapun wanita. Kuberitahu bahwa dia sendiri tidak cukup bagiku, aku membutuhkan wanita lain di sisiku. Jika dia adalah Hina yang asli, jelas saja dia akan marah! Tapi anehnya, dia hanya duduk tenang di kasur. Dia tersenyum dan mendengar kata-kataku lalu mengatakan ya dengan lembut!

Tidak mungkin! Dia bukan Hina! Dia bukanlah Hina yang kuingat! Siapa dia? Siapa dia? Siapa dia? Tulisannya menjadi kabur.

Tahun Keramat, hari ke-9 dari bulan Penistaan.

Semoga Tuhan mengampuni perbuatanku.

Ini…mungkin adalah hukuman atas perbuatanku. Karena aku berniat membangkitkan jiwa orang yang telah mati. Tapi aku gagal, dan ini adalah hukumanku. Dia bukan Hina. Dalam dirinya tidak ada jiwa manusia murni, dia hanyalah cangkang kosong. Dia hidup atas dasar insting dan mengintip ke dalam jiwaku...Aku ingin membunuhnya, tapi aku tak bisa, dia menyerap semua kekuatanku perlahan-lahan…

Aku akan mati; Aku tidak bisa menghentikannya.

Biarlah…Hina, karena kau tidak bisa kembali ke pelukanku, maka akulah yang akan menyebrangi sungai kegelapan demi menemukanmu,,,

Semoga Tuhan bisa mengampuni jiwaku yang penuh dosa…

Buku harian itu berhenti di sini; halaman-halaman selanjutnya kosong. Rhode menutup buku harian itu dan menggelengkan kepalanya.

Sepertinya penyihir ini benar-benar jatuh cinta sesuai kisanya…Tapi jika dia memilih untuk bunuh diri lebih cepat, tidak ada orang perlu menjadi korbannya…

Tapi sesuatu mengganggunya. Pikiran itu melintas di kepalanya tanpa peringatan.

Apa yang salah?

Rhode mengkerutkan dahi dan dia berpikir dalam waktu yang lama. Tapi dia masih belum menemukan jawabannya. Dia pun segera melupakan masalah tersebut dan menutup matanya, segera tidur dengan nyenyak.

Ini hanyalah bagian kecil dari perjalanan mereka. Ketiganya beristirahat malam itu dan melanjutkan perjalanan mereka melalui Reruntuhan Kabut esok harinya.

"Wuuussshh!"

Cahaya putih menyilaukan bersinar terang, diikuti oleh jeritan dari beberapa Will – o – Wisp.

Dibandingkan dengan sebelumnya, Tanda Bintang yang telah mengalami evolusi menjadi lebih indah. Sebuah pola berongga yang indah dan halus terukir di bilah pedang putih itu. Sayap putih di pedang tersebut mulai merentang. Garis perak tipis melingkari gagang pedang itu. Benda itu lebih terlihat seperti karya seni daripada senjata. Senjata seperti ini harusnya tidak boleh digunakan di medan perang, melainkan dipajang di museum atau kumpulan harta.

"Benar-benar mahakarya yang fantastis."

Menatap pedang berkilau di tangan Rhode, Matt hanya bisa memujinya.

"Mohon maaf, tuan Rhode. Aku telah hidup sebagai pedagang dalam waktu yang lama, tapi aku tidak pernah melihat senjata seindah ini…"

Matt berkata sambil menyipitkan matanya.

"Mungkinkah kau…"

Rhode tiba-tiba melambaikan tangannya, tapi bukan untuk menjawab pertanyaan Matt. Dia memfokuskan perhatiannya ke jalan di hadapannya dan membalas.

"Kita hampir sampai."

"Apa?"

Mendengar kata-katanya, Matt dan Lize segera melirik ke atas, mengikuti arah pandangan Rhode. Mereka melihat alun-alun yang penuh dengan rerumputan liar. Di sisinya, terdapat dua pintu kayu rusak yang samar-samar terlihat di balik kabut.

"Saat kita melalui pintu tersebut, kita akan mencapai pintu masuk menuju gunung Araga. Dan setelahnya, kita bisa keluar dari pegunungan."

Rhode merasa sedikit lega setelah berkata demikian. Bagaimanapun juga, sejak dia terbangun di dunia ini, dia selalu berada dalam situasi yang menegangkan. Walaupun para pemain suka berpetualang di dunia ini, jika saja mereka sendiri yang terluka berat dan menerima banyak tekanan, maka mereka pun akan kehilangan motivasi.

Belum lagi fakta bahwa ini bukanlah dalam dunia game. Dia tidak dapat keluar sesuka hati dari game untuk minum atau bermain mahjong kapanpun yang dia mau.

Tapi sebelumnya, masih ada beberapa tantangan berat yang harus dilalui.

Rhode merengut, mengamati kabut di depannya dengan waspada. Dia mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhati-hati pada dua orang di belakang.

"Ada apa, tuan Rhode?" Melihat isyarat Rhode, Lize segera merespon dan berjalan mendekati Rhode.

"Hati-hati. Pertempuran ini belum berakhir. Kita masih belum berhadapan dengan bos paling merepotkan."

"…Bos?"

"Ehmm…maksudku monster."

Rhode menggelengkan kepalanya. Dia sudah terbiasa dengan istilah dalam game, dan belum bisa mengubah kebiasaan tersebut. Sayangnya saat ini bukan waktu yang tepat untuk mempedulikan detail kecil ini. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berbalik, menghadap Lize dan Matt.

"Kalian tahu bagaimana asal-usul dari Reruntuhan Kabut?"

Mendengar pertanyaannya, dua orang lainnya terkejut dan menggelengkan kepala mereka.

"Dulunya ini kota yang ramai dan sejahtera. Tapi setelah teknologi transportasi udara mulai berkembang, tempat ini secara perlahan mulai ditinggalkan – Setelahnya, ada penyihir yang datang kesini, berusaha menemukan kekasihnya yang telah meninggal. Dia melakukan eksperimen sihir terlarang tapi akhirnya gagal."

Rhode berhenti dan mengamati kabut yang menyelimuti kota tersebut.

"Sejak saat itu, kota ini menjadi kota mati."

"Jadi, tuan Rhode, monster yang kau maksud adalah…"

Alis Matt mengkerut. Dia berpikir bahwa kedua Gargoyle sebelumnya sudah cukup merepotkan, tapi ternyata ada musuh yang lebih mengerikan dari mereka?

"Shadow."

Kata yang keluar dari mulut Rhode terdengar tidak penting. Tapi caranya menyebutkan nama itu membuat bulu kuduk dua orang lainnya berdiri.

"Monster ini lahir dari hasil eksperimen gagal sang penyihir. Monster tersebut sangat mengerikan. Jika kita tidak berhati-hati, mungkin kita akan mati disini."

"Apakah monster tersebut cukup kuat, tuan Rhode?"

Walaupun Lize bingung bagaimana Rhode mengetahui semua hal ini, tapi baginya, situasi sekarang adalah yang terpenting. Dengan tidak terduga, Rhode menggelengkan kepalanya.

"Terus terang, monster ini lemah. Serangan dan pertahanannya lemah dan hampir sama dengan Will – o – Wisp."

"Kalau begitu…"

Mendengar penjelasan Rhode, Lize sedikit bingung. Jika monster itu selemah Will – o – Wisp, bagaimana bisa monster itu dianggap berbahaya?

"Karena Shadow memiliki skill spesial."

Rhode merasa ragu, tapi akhirnya dia mengungkapkan kebenaran.

"Monster ini bisa membaca isi hatimu dan berubah wujud menjadi sosok yang akrab denganmu. Jika kau tidak bisa bangun dari mimpi buruknya dan menguatkan keyakinanmu, maka kau akan mati."

Rhode tidak begitu yakin saat menjelaskan hal tersebut pada Matt dan Lize. Dalam game, bos ini hanya muncul ketika semua kelompok petualang berkumpul. Monster itu selanjutnya akan mengambil wujud salah satu avatar pemain untuk membingungkan pemain lain.

Ketika para pemain pertama kali berhadapan dengan bos ini, mereka sangat kerepotan, dan banyak kelompok petualang yang gugur. Tapi tidak lama kemudian, beberapa pemain menemukan cara untuk melawannya. Mereka sadar bahwa kekuatan Shadow sangat lemah. Selain meniru penampilan pemain lain, monster ini tidak terlalu berbahaya.

Hal ini berarti bahwa jika hanya ada satu pemain yang menghadapinya, maka monster itu bisa meniru penampilannya dengan mudah. Tentu saja, pertarungan satu lawan satu bukanlah sesuatu yang rumit. Jadi, setelah cara mengalahkannya ditemukan, banyak pemain yang memanfaatkannya sebagai lawan berlatih untuk mengasah kemampuan 'solo bossing' mereka…Benar-benar memprihatinkan.

Tapi…

Darimana asal perasaan yang menghantuinya saat ini?

Rhode memrengut. Instingnya berkata bahwa hal ini tidak akan berjalan dengan mudah, namun dia tidak dapat mencari tahu saat itu.

Kabutnya mulai menebal.

Bahkan kekuatan maksimal cahaya suci masih sulit menembus lautan kabut ini.

Rhode mendadak menghentikan langkahnya.

Dia dapat merasakan tatapan kawan-kawannya yang khawatir. Tapi hanya ini satu-satunya cara yang paling efisien.

"Wuuussshh!"

Sebuah ujung pedang putih muncul di udara. Awan mulai bergejolak namun segera kembali normal. Kemudian awan tersebut mulai berputar-putar di sekitar Rhode, menyapu semua yang ada di sekelilingnya, meninggalkan Rhode di tengah.

Udara bertambah berat dan lembab.

Dia datang.

Rhode memulihkan jiwanya dengan menggerakkan jari-jarinya. Cincin Ring of Will yang dipakainya memberikan sensasi sejuk yang membuatnya tenang. Dia memahami kekuatan musuh, atribut, pola dan jarak serangannya. Rhode mengira bahwa pertempuran ini tidak akan sulit.

Tapi mungkin tidak demikian.

Sebuah siluet mulai muncul dari dalam kabut. Diikuti oleh kemunculannya, udara di sekitarnya mulai berisik. Kabut yang turun mencerminkan siluet yang terus menerus bergerak. Pemandangan tersebut terlihat tak masuk akal. Tiba-tiba, aroma ledakan memenuhi udara sekitar, tercampur dengan bau aneh.

Itu adalah bau disinfektan.

Rhode memincingkan matanya. Dia merasa bahwa bau tersebut terasa familiar, tapi dia tidak punya waktu berpikir. Kabut di depannya tiba-tiba tersingkap, menunjukkan sosok yang bersembunyi di dalamnya.

Rhode tiba-tiba membeku. Dia menatap siluet di depannya dengan ekspresi tidak percaya. Pikirannya menjadi kosong. Ingatan yang tertidur di kepalanya tiba-tiba muncul di dalam benaknya dan bergema di dalam hatinya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.