Memanggil Pedang Suci

Di Kedalaman Reruntuhan



Di Kedalaman Reruntuhan

0

"Haahhh…"

Melihat tanah yang tertutup oleh debu di sana-sini, Rhode menyeka keringat di dahinya, merasa sedikit lelah. Di sepanjang perjalanan, mereka melawan sekitar lima belas atau enam belas monster Will – o – Wisp. Jika kelompok mereka terdiri dari lima orang, akan lebih mudah bagi mereka, tapi saat ini hanya ada satu orang lain yang bisa bertarung selain Rhode. Jadi, tidak ada cara lain untuk menaklukkan dungeon ini dengan mudah. Tidak ada kawan dengan status pertahanan tinggi yang bisa menahan serangan para monster dan memberi mereka ruang untuk menyerang. Saat ini, yang bisa dilakukan Rhode hanyalah beraksi sebagai umpan dan meminta Lize untuk melemahkan musuh-musuhnya dengan skill Healing Lightnya sebelum menghabisi mereka secepat mungkin. Will – o – Wisp merupakan monster level 10 tipe Elite, jadi walaupun Lize dapat melemahkan pertahanan mereka, monster-monster tersebut masih cukup tangguh. Untuk memberikannya pukulan telak, Rhode tidak bisa mengandalkan pedang Tanda Bintangnya sendirian, dia juga harus menyerang titik lemah monster-monster itu.

Bagaimanapun juga, Rhode bukanlah NPC. Bahkan dalam game, untuk mengeluarkan serangan telak, pemain harus menghabiskan banyak energi. Belum lagi fakta bahwa Rhode menggunakan tubuh aslinya di dunia ini sekarang. Dalam game, dia bisa mencoba lagi jika dia gagal. Tapi jika dia gagal di sini, maka itu akan menjadi akhir bagi Rhode.

Tekanan besar seperti ini memberikan beban yang benar-benar berat di pundak Rhode. Dia mengangkat kepalanya, mengamati kabut yang mengelilingi reruntuhan tersebut. Setelah memastikan bahwa tidak ada monster yang terlihat, dia menghembuskan napas.

"Tuan Rhode, bagaimana kalau kita istirahat sebentar?"

Lize melihat Rhode dengan penuh rasa khawatir. Sebagai seorang Cleric, dia tidak tahu apa yang ingin Rhode lakukan, namun dia bisa merasakan bahwa pemuda itu sedang tertekan.

"Tidak sekarang…"

Rhode menggelengkan kepalanya. Walaupun mereka telah membereskan monster-monster yang ada di sekitar sini, Rhode masih tidak mampu mengusir perasaan bahwa ada bahaya yang sedang mengintai mereka. Dia mengamati sekelilingnya dengan teliti, namun tetap tidak bisa memastikan dari mana perasaan ini berasal. Menurut ingatannya, saat ini mereka belum mencapai area Bos, jadi seharusnya belum ada bahaya besar yang mengancam mereka. Dan dia sudah kenal betul dengan monster-monster yang ada di sini, dan mereka semua seharusnya sudah dibereskan.

Jadi dari mana asalnya perasaan ini?

Rhode melemparkan pandangan ke sekelilingnya sekali lagi, tapi dia tidak dapat menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Pada saat itu, Matt tiba-tiba memekik.

"Ah!!"

"Apa yang terjadi?"

Rhode dan Lize segera berbalik dan melihat wajah Matt yang pucat. Salah satu tangannya memegang tas, dan satunya menunjuk ke arah kabut di belakang mereka, sedikit gemetar.

"Barusan, ada bayangan hitam terlihat di sana?"

"Bayangan hitam?"

Lize melihat ke arah yang ditunjuk Matt, namun selain cahaya redup yang bersinar di balik kabut, dia tidak melihat apapun.

"Jangan-jangan…"

"Tiarap!"

Pada momen itu, sesuatu melintas di benak Rhode; dia akhirnya mengerti dari mana perasaannya tadi berasal. Kemudian dia berseru sambil menundukkan kepala Lize, memaksanya untuk meringkuk.

"Wuuusshhh!"

Secara hampir bersamaan, sebuah bayangan hitam melesat di udara. Rhode bisa merasakan cakar dingin yang menyerempet kepalanya, menimbulkan rasa sakit.

Sialan!

Hatinya bergejolak. Dia akhirnya menyadari sosok sebenarnya dari bayangan hitam itu. Seekor Gargoyle!

Menurut legenda, Reruntuhan Kabut dulunya adalah kota yang ramai dan megah, tapi setelah rute perdagangan mulai sepi, seorang Mage datang ke sini demi menyelamatkan orang-orang yang dicintainya. Dia memutuskan untuk mempelajari sihir mematikan yang terlarang di kota terlantar ini. Pada akhirnya, sihir tersebut gagal, dan Mage itu juga meninggal karenanya. Tapi sihir tersebut tidak berhenti di situ; sihir itu menimbulkan kabut tebal dan segerombolan monster-monster mayat hidup.

Makhluk paling berbahaya di dungeon ini adalah Gargoyle yang menetap di sini untuk melindungi barang milik Mage tersebut. Monster tersebut memiliki level 15 dengan tipe Rare Elite.

Jika ini di dalam game, Rhode bakal merasa sangat senang karena monster tipe Rare Elite itu – benar-benar langka. Bahkan apabila dia menjelajah dungeon ini beberapa kali, tetap hampir mustahil untuk menemukannya sekali saja. Yang jelas, dia tidak merasa senang sekarang karena musuhnya adalah monster berlevel 15 dan bahkan bisa terbang. Tidak hanya gerakannya saja yang cukup gesit, namun monster itu juga berada pada level yang berbeda dibandingkan dengan Will – o – Wisp karena skill Healing Light milik Lize tidak berpengaruh padanya. Terlebih, tubuh gargoyle itu sangat tebal, serangan biasa hanya akan menimbulkan luka lecet. Jelas bakal sulit untuk menghadapinya!

Dalam game, Rhode telah menjelajah dungeon Reruntuhan Kabut selama lebih dari tiga puluh kali dan dia sama sekali tidak pernah bertemu Gargoyle, jadi dia hampir lupa dengan monster tersebut. Dan sekarang ketika dia sudah tidak berada dalam game dan memasuki dungeon ini dengan tubuh aslinya baru dia berjumpa dengan Gargoyle ini?

Entah apakah ini adalah nasib baik atau nasib buruk.

Sayangnya, Rhode tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh karena bahaya yang ada di hadapannya sudah mengancam.

Serangan langsung jelas tidak berguna karena level Rhode yang masih di bawah 10. Menantang monster berlevel 15 merupakan hal yang hampir mustahil baginya. Bahkan dengan pedang Tanda Bintangnya, serangannya masih terbatas.

"Lari, cepat!"

Tanpa ragu dia memerintahkan dua temannya, kemudian dia memegang tangan Lize sambil berlari.

"Ikuti aku! Tundukkan kepalamu dan apapun yang terjadi, jangan mendongak!"

Mustahil untuk kabur sekarang. Satu-satunya jalan saat ini adalah dengan menemukan alat pengontrol Gargoyle tersebut dan menghancurkannya. Walaupun secara teknis masih mungkin menghindari jarak serangan Gargoyle itu, sayangnya saat ini tidak ada seorang pun di timnya yang mampu menarik perhatiannya tanpa terluka. Jika saja ada seorang Ranger atau Thief di tim mereka…

Lize dan Matt menundukkan kepala mereka dan terus berlari. Kabut di sekitar mereka juga mulai menebal. Sepertinya keributan yang mereka timbulkan telah menarik perhatian beberapa Will – o – Wisp; sekarang bahkan ada empat hingga lima dari monster tersebut yang berlari ke arah mereka.

"Lize, keluarkan Healing Light! Jangan berhenti!"

"Baik!"

Walaupun tidak mudah bagi Lize untuk mengeluarkan sihir sambil berlari, tapi dia masih berusaha sebaik mungkin dan merentangkan tangannya. Sesaat kemudian, garis-garis cahaya putih muncul berputar-putar di udara dan mengenai seekor Will – o – Wisp, yang langsung ditusuk oleh Rhode. Monster tersebut menjerit dan berubah menjadi debu, menghilang. Sebuah pemberitahuan sistem muncul secara tiba-tiba di hadapan Rhode.

[EXP 1900/1800, Naik Level, Level 8]

Sayangnya dia tidak punya waktu untuk melihat pemberitahuan tersebut karena beberapa Will – o – Wisp lain telah muncul di dekatnya. Walaupun gerakan mereka melambat setelah terkena Healing Light, jumlah mereka yang banyak tetap saja membuat kewalahan.

Di sisi lain, Gargoyle tersebut tidak mempan dengan Healing Light sama sekali. Walaupun monster itu juga memiliki elemen kegelapan, sebagai pelindung Mage dari legenda reruntuhan tersebut, tubuhnya terbuat dari batu, yang membuatnya kebal terhadap sebagian besar sihir level rendah. Setelah serangannya tadi gagal, Gargoyle tersebut telah mengamati target-targetnya dan mengejar mereka bertiga sambil menunggu kesempatan yang bagus untuk menyerang. Dibandingkan dengan mayat hidup yang menyerang berdasarkan instingnya, mayat hidup yang memiliki AI (Artificial Intelligence/ Kecerdasan Buatan) jelas lebih sulit ditangani.

"Ah!"

Matt tiba-tiba kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Gargoyle tersebut telah menunggu kesempatan seperti ini dan makhluk itu pun terbang turun. Dua cakar depannya yang tajam menukik untuk menusuk tubuh gemuk sang pedagang. Ketika Matt berbalik, dia hanya dapat melihat bayangan makhluk yang berniat untuk merobek tubuhnya tersebut.

"Ya Tuhan…"

Tepat pada saat itu, sebuah cahaya emas yang redup muncul di udara dan menghalau cakar tajam Gargoyle itu. Setelahnya, cahaya dari pedang Tanda Bintang dan menghujani beberapa Will – o – Wisp mengelilingi mereka. Diikuti dengan suara kepakan sayap keras, Gargoyle tersebut menabrak sekumpulan Will – o – Wisp. Lize pun menarik tangan Matt yang berpikir bahwa dirinya akan bertemu dengan keluarganya di akhirat dan terus berlari.

"Ke sini!"

Setelah menghindari kepungan para Will – o – Wisp, Rhode mendongak dan akhirnya menemukan tujuannya. Sebuah gereja terbengkalai, tempat Mage dalam legenda melaksanakan eksperimennya. Kalau ingatannya benar, alat pengotrol Gargoyle itu harusnya ada di tempat ini.

Tapi tempat tersebut, tentu saja, sulit dimasuki.

Ketika Rhode berlari ke pintu masuk gereja, kegelapan memenuhi pandangannya. Dia segera mengaktifkan skill Shadow Flash dan menghindar – di tempatnya tadi berdiri sekarang terdapat Gargoyle lain yang terduduk , cakar tajamnya menembus lantai, menghancurkan batu hijau tempat Rhode tadi berdiri.

"Cih!"

Rhode mengumpat. Di saat yang bersamaan, dia mengalihkan pandangan dengan cepat dan melihat bahwa Gargoyle yang berada di kedua sisi pintu masuk gereja telah menghilang. Dia bisa menebak ke mana mereka telah pergi.

Dia ternyata bertemu dengan dua Gargoyle hari ini. Sepertinya dia baru saja memenangkan sebuah undian.

"Kalian berdua, cepat masuk dan temukan alat pengontrolnya!"

Dia menghadap Gargoyle tersebut sambil berseru ke arah Lize dan Matt.

"Para Will – o – Wisp tidak akan mengejar kalian berdua; aku akan menghadapi keduanya. Kalian ambillah kesempatan ini untuk masuk ke gereja. Temukan alat pengontrolnya dan hancurkan benda tersebut. Hati-hati terhadap perangkap."

"Tapi…tuan Rhode, kau…"

"Ini adalah perintah!"

Rhode memotong perkataan Lize dengan dingin. Dia memegang pedangnya dan mengayunkan senjata itu ke depan. Sebuah cahaya putih muncul di ujung pedang, membuat para Gargoyle berteriak saat mereka terbang menjauh, menghindari serangan Rhode. Tapi tindakan tersebut malah membuka jalan masuk ke gereja.

"Pergilah, cepat!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.