Memanggil Pedang Suci

Petualangan Baru



Petualangan Baru

0

Angin kencang berhembus sepanjang tebing, menggoyangkan rerumputan di sepanjang padang rumput.

Sapi-sapi liar yang tadinya menundukkan kepala untuk memakan rumput di bawah, mendongakkan kepala mereka untuk melihat ke atas. Di atas sana, sebuah kapal kayu sepanjang sepuluh meter sedang terbang di udara. Kapal tersebut bergerak perlahan, layarnya berkibar-kibar tertiup angin.

"Mau dilihat darimana saja, pemandangan ini benar-benar indah."

Pria paruh baya yang terbalut dalam baju besi berbahan kulit berdiri di dek kapal, melihat keindahan padang rumput di bawahnya.

"Kesempatan yang langka untuk para pedagang seperti kita."

Di sebelah pria tersebut, ada pedagang yang berperawakan gemuk. Rambut keritingnya nampak aneh dan dia memakai jubah ala pedagang. Matanya terlihat menyipit seakan-akan dia merencanakan sesuatu sembari menikmati pemandangan di depannya. Dari tingkah lakunya, orang akan mengira kalau pedagang tersebut ingin menjual pemandangan indah yang sedang dilihatnya.

"Kalau bukan karena kapal ini, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya kita bisa memindahkan barang-barang dagangan ke daerah pusat dalam waktu secepat ini. Sejujurnya, aku tidak setuju dengan ide untuk membuka sebuah pasar, namun tampaknya keputusanku kali ini tepat."

"Maaf sebelumnya, tapi terus terang saja, jika kau tidak memilih rute yang aman dalam perjalanan ini dan lebih memilih untuk mencari jalan pintas, kemungkinan kita menghadapi bahaya juga semakin besar. Aku dengar di sisi lain daerah ini tidak seaman yang kita bayangkan, dan tentunya kau juga sudah mendengar peringatan kapten kapal yang mengatakan bahwa ada beberapa Wind Serpent di sekitar sini akhir-akhir ini, bagaimana kalau…"

Pria paruh baya tersebut bermuka masam. Dia menoleh, mengarahkan pandangannya pada sesuatu yang terletak tidak jauh dari pegunungan. Puncak-puncak gunung yang tinggi menutupi pandangannya, membuatnya tidak bisa melihat apa yang ada di baliknya. Namun dia bisa sedikit melihat bahwa langit yang ada di kejauhan terlihat lebih gelap.

DI situ adalah dunia yang harus kita hindari.

"Jangan khawatir. Uang juga datang dari bahaya. Lagipula, itulah alasanku mau menyewamu dengan harga yang mahal. Hanya beberapa Wind Serpent seharusnya bukan masalah bagimu kan?"

Sang pedagang meregangkan tangannya dan menepuk pundak sang pria.

"Oh ya, bagaimana kondisi anak muda yang kita selamatkan? Apa dia masih hidup?"

"Lize telah merawat luka-lukanya, dan sekarang dia sedang tertidur. Kondisinya tidak lagi mengkhawatirkan."

"Syukurlah."

Mendengar jawabannya, sang pedagang tersenyum puas, namun senyum itu segera menghilang dan digantikan dengan ekspresi muram.

"Tapi dari mana datangnya luka seperti itu? Lukanya terlihat seperti gigitan kadal besar, tapi memangnya apakah ada makhluk seperti itu di daerah utara Paphield?"

"Aku tidak tahu, tuan, tapi sepertinya monster buas yang menyebabkan uka seperti itu. Kuharap kita tidak bertemu dengan makhluk itu."

Saat berbicara, mata sang pria secara tidak sadar sesaatmengarah pada pintu kabin, namun dia segera menoleh ke depan lagi.

-

Rhode membuka matanya.

A-apa yang terjadi?

Dia menatap langit-langit; dia merasa pusing. Dia ingat kalau tadinya dia memimpin guildnya untuk bertempur dengan bos terkuat di Dragon Soul Continent, Void Dragon, dan berhasil membunuhnya. Dia tahu bahwa dia telah mendapat gelar sebagai penakluk pertama bos tersebut dari Pemberitahuan Sistem, tapi serangan terakhir dari Void Dragon juga berhasil membunuhnya.

Tadinya Rhode berencana untuk segera keluar dari game setelah dia hidup kembali. Tapi di saat serangan Void Dragon menewaskannya, tiba-tiba semuanya menjadi gelap, seakan-akan dia dipaksa untuk keluar dari game. Dan dia kehilangan kesadaran setelah itu.

Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah aku terkena bug dalam game?

Rhode hampir tidak bisa menggerakkan kepalanya, tapi dia masih bisa melihat langit biru dan awan putih di luar walaupun hanya sekilas.

Dimana dia? Tempat macam apa ini? Apa yang terjadi? Apakah ini mimpi? Ataukah dia masih berada dalam game? Setidaknya dia tahu kalau ini bukanlah apartemen sewaan. Rasa waswas memenuhi kepalanya.

Kemudian dia mencoba untuk berdiri.

Tiba-tiba, rasa sakit yang hebat menyerang dadanya. Rhode menggigit bibirnya untuk menahan kesakitan dan berhenti bergerak. Bahu kiri dan dadanya terbalut perban. Meskipun dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, melihat dari noda-noda darah yang ada di perban, sepertinya lukanya cukup serius.

Ini jelas bukan dalam game.

Tak ada keraguan lagi. Rhode tahu bahwa walaupun teknologi sekarang telah berkembang pesat, dan sebagai game virtual reality pertama, Dragon Soul Continent Online juga menggunakan berbagai teknologi canggih di dalamnya, tapi seharusnya para pemain game ini tidak bisa merasakan sakit. Alasannya agar pemain bisa membedakan kenyataan dan game. Mereka juga mengurangi ambang kesakitan dalam game ini demi kenyamanan dalam bermain. Jika pemain terluka dalam game, mereka tidak akan merasa sakit, namun kecepatan karakter mereka akan berkurang dan diikuti dengan pandangan pemain yang memerah sesaat. Hal itu berguna sebagai peringatan bagi para pemain, sebagai pengganti dari rasa sakit. Ketika teknologi simulasi virtual reality pertama kali dikenalkan, banyak kontroversi bermunculan. Dan pengembang dari Dragon Soul Continent tentunya mengetahui hal tersebut.

Rhode menundukkan kepalanya dan melihat tangan kanannya. Bentuknya tidak terlihat seperti karakternya dalam game; tubuhnya juga tidak berotot ini. Sebaliknya, lengannya terlihat kecil dan ramping. Karena Rhode hampir tidak pernah keluar ruangan, kulitnya yang jarang terkena sinar matahari masih terlihat sedikit pucat. Dia yakin kalau ini adalah tubuhnya yang asli.

Tapi bagaimana dia bisa terluka separah ini? Apakah ini rumah sakit? Rhode mengamati sekelilingnya; ruangan itu terlihat seperti kabin – tanpa lampu, telepon maupun bel. Di ruangan itu hanya ada sebuah meja kayu, dua kursi dan satu lemari yang menempel di dinding. Rhode merasa pernah melihat ruangan ini sebelumnya, tapi dia tidak yakin darimana perasaan itu berasal.

Saat dia sedang memperhatikan ruangan itu dengan teliti, tiba-tiba pintunya terbuka.

Seorang gadis berambut pirang dan berjubah putih memasuki ruangan. Dia memandang Rhode yang terlihat kaget dengan mata membelalak.

"Oh kau sudah sadar? Syukurlah!"

Gadis itu tidak berbicara dengan bahasa Cina maupun Inggris, namun Rhode tetap memahaminya. Dia terkejut karena dia juga mengenali bahasa itu.

Ini bahasa Nimus, salah satu bahasa resmi yang ada di Dragon Soul Continent!

"Apa yang kamu rasakan?"

Gadis tersebut tidak menghiraukan ekspresi terkejut Rhode. Dia berjalan dengan cepat ke sisi Rhode, memeriksa bahu kiri dan dadanya dengan teliti.

"Lukamu benar-benar parah. Jujur saja, tadinya aku tidak yakin apakah kau akan selamat atau tidak…"

"Ini…"

Dia mengernyitkan dahi, tidak lagi mampu berkata-kata. Dia menolehkan kepalanya, melihat ke arah cermin di dinding, yang menunjukkan bayangan wajahnya. Wajahnya memang wajahnya yang asli, tidak ada keraguan lagi, namun seharusnya wajah tersebut tidak muncul di sini.

"Apa kau lupa?"

Gadis berambut pirang itu mengedipkan matanya dengan rasa ingin tahu, rambutnya yang dikuncir dengan gaya ekor kembar berayun seiring dengan gerakannya. Mata birunya terlihat bening dan transparan, memancarkan rasa ceria.

"Dua hari lalu, kau jatuh dari Padang Rumput Paphield dan menderita luka parah. Kalau bukan karena kapal milik Kelompok Pedagang Silver Libra yang kebetulan melewati padang itu, aku tidak tahu hal buruk apa yang akan terjadi padamu. Aku juga tidak tahu monster macam apa yang kau hadapi, tapi bagian kiri tubuhmu mengalami luka berat, yang membahayakan nyawamu."

Tunggu, bahu kiri…

Rhode membeku sesaat, terkejut. Dia kemudian mencoba mengingat saat-saat terakhir pertarungannya dengan Void Dragon, bukankah bahu kirinya yang terserang? Tapi yang terkena serangan adalah avatar gamenya, dan seharusnya bukan dia yang terluka kan? Tapi sekarang, kenapa dia menderita luka tersebut?

Walaupun situasi tersebut membingungkan baginya, Rhode segera menenangkan dirinya. Sebagai pemain top dan pemimpin guild terkuat, mentalnya tangguh, dan melalui percakapannya dengan si gadis pirang, dia dapat memahami situasinya sekarang. Dia terluka berat di Padang Rumput Paphield, dan kebetulan kapal Kelompok Pedagang Silver Libra melewati padang tersebut dan mereka menyelamatkannya. Menurut apa yang dia dengar dari gadis pirang tersebut, lukanya cukup parah, tetapi dia mampu pulih dalam waktu yang.

"Namaku Lize Noir, dan aku adalah anggota Grup Petarung Bayaran Crescent Star. Aku adalah seorang Cleric. Panggil saja Lize."

Gadis tersebut mengenalkan dirinya pada Rhode.

"Namaku Rhode Alander."

Walaupun dia masih belum paham sepenuhnya tentang apa yang terjadi, setelah ragu, dia tetap mengenalkan dirinya dengan nama ID dalam game.

"Aku adalah petualang yang berasal dari daerah Timur."

"Oh jadi kau seorang petualang. Pantas saja kami menemukanmu sendirian di padang tersebut."

Mendengar jawaban Rhode, Lize tidak merasa kaget sama sekali, karena di benua ini memang banyak petualang yang suka menjelajah sendirian.

"Tapi monster macam apa yang kau hadapi? Bagaimana kau bisa menderita luka separah itu? Seingatku tidak ada monster berkemampuan tinggi di daerah tersebut."

Mendengar pertanyaannya, Rhode tersenyum kecut. Bisakah dia menceritakannya? Haruskah dia bercerita tentang dirinya yang terluka parah karena berhadapan dengan salah satu dari 5 naga pencipta, yaitu Void Dragon?

"Aku tidak tahu apa yang menyerangku, karena aku diserang saat malam hari. Jumlah mereka banyak dan mereka gesit sekali. Mungkin mereka makhluk dari 'dunia lain'."

"Begitu."

Walaupun Rhode tidak menjelaskan lebih jauh, tapi nampaknya Lize mengerti dan menganggukkan kepalanya. Dia pun selesai memeriksa luka Rhode, jadi dia berdiri.

"Kau belum makan selama dua hari, kau pasti lapar sekarang. Tunggulah. Aku akan membawakan makanan. Ah ya, aku juga akan melaporkan ini pada ketua, kurasa dia ingin menemuimu segera."

Setelah berkata begitu, dia mengangguk pada Rhode dengan sopan dan meninggalkan ruangan itu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.