Datangnya Sang Penyihir

Kita Mati Bersama!



Kita Mati Bersama!

0Gua yang suram.     

Dengan puf lembut, Howler Bersayap Level 7 tiba-tiba bergetar dan jatuh. Matanya bergulir ke belakang kepalanya. Ia kejang beberapa kali dan kemudian tewas.     

Ada lubang seukuran kepalan tangan di belakang kepalanya. Cairan perak mengalir darinya — Perak Suci. Di belakangnya, sesosok kecil bersembunyi di kegelapan seperti hantu.     

Sosok itu adalah Nana.     

"Sial, aku tadi mengatakan untuk berhati-hati ketika kau berbelok. Berhati-hatilah! Orang-orang idiot ini tidak peduli." kutuk Howler Bersayap Level 8.     

Ketika musuh hendak melakukan serangan gerilya, ia jelas merasakan tanda-tanda itu. Sayangnya, ia berada di garis paling depan dan tidak bisa berbalik tepat waktu. Pada saat ia melakukannya, Nana sudah menyerang dan kemudian mundur.     

"Ketua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ada Howler Bersayap Level 7 lainnya di grup ini. Ia kini gemetar ketakutan.     

Hanya dua Howler Bersayap yang tersisa di grup sekarang. Jika musuh menyerang lagi, ia sama saja dengan mati.     

Howler Bersayap Level 8 merenung sejenak. Ia juga merasa takut. Tempat kacau ini terhubung ke segala arah, dan musuh tampaknya benar-benar akrab dengan terowongan tersebut. Mereka akan dipermainkan hingga mati sebentar lagi. "Ayo, kita keluar dari gua!"     

Misi terkutuk dan Penyihir terkutuk! Ia ingin tetap hidup.     

Dua Howler Bersayap berbalik arah menuju jalan semula.     

Untungnya, mereka meninggalkan tanda di sepanjang jalan. Kalau tidak, mereka mungkin akan tersesat saat berbalik. Setelah melewati jalan yang membingungkan sekitar 1.000 kaki jauhnya, sebuah persimpangan lainnya muncul. Persimpangan ini berbeda dari sebelumnya — lebih luas, tanpa banyak tempat untuk bersembunyi.     

"Aku akan maju, dan kalian ikuti aku. Hati-hatilah kali ini!" kata Howler Bersayap Level 8.     

"Baiklah."     

Howler Bersayap Level 8 menghunuskan pedang besarnya dan berjalan maju dengan hati-hati. Setelah berbelok, ia melihat ke depan dan ke belakang, lalu beralih ke Howler Bersayap Level 7. "Lorong aman."     

Jalan setapak setelah belokan sangat lebar dengan pandangan yang tidak terhalang. Tampaknya sangat aman.     

Tapi, saat itu terdengar suara kecil. Benar-benar nyaris tak terdengar. Saat berikutnya, nampak sesuatu yang terlempar ke arah kepala Howler Bersayap Level 8.      

Pelipisnya tiba-tiba meledak dan pupilnya, daging, tulangnya patah, dan otaknya berhamburan ke segala arah. Tubuh Howler Bersayap Level 8 tersebut terlempar ke samping. Ia menabrak dinding batu dan kemudian berguling kembali. Kemudian Ia mulai kejang-kejang di tanah.     

Setengah kepalanya hilang, dan bahkan seorang iblis tak bisa bertahan dengan luka tersebut.      

Melihat hal ini ini, Howler Bersayap Level 7 mulai gemetar. Ia tidak tahu siapa yang menyerang mereka dan jelas tidak tahu bagaimana cara mereka melakukannya. Yang bisa ia lakukan hanyalah merasa takut.     

Ada golem sihir di belakang mereka, dan sekarang ada pembunuh misterius di depan mereka. Ia bahkan tidak tahu harus lari ke mana. Raksasa setinggi 14 kaki ini praktis meringkuk di sisi terowongan. Ia memeluk lututnya, melingkarkan sayapnya ke sekelilingnya, dan gemetaran ketakutan.     

Di sisi lain persimpangan, Melinda bersembunyi di balik batu setinggi tiga kaki. Melihat iblis di tanah, ia mengayunkan tinjunya dengan penuh semangat.     

Kucing hitam akhirnya bisa berguna juga. Setelah dimodifikasi, senapan miliknya setidaknya lima kali lebih kuat dan nyaris tidak membuat suara! Dahulu senapannya hanya dapat membuat luka goresan pada iblis-iblis besar, dan mereka akan pulih segera setelah itu. Kali ini ia dapat meledakkan setengah kepala iblis dengan satu peluru!     

"Master Link, aku dapat membantumu sekarang!"     

"Oke, kita pergi sekarang," desak si kucing hitam. "Pergilah ke terowongan kiri!"     

Melinda segera berdiri dari batu. Sambil memeluk senapan, ia tertatih-tatih menyusuri terowongan. Karena suasana hatinya yang baik, ia cukup cepat dan bergegas seperti tikus kecil.     

...     

Di sisi lain.     

Setelah menemukan kesempatan untuk membunuh beberapa Howler Bersayap, Nana kembali ke sisi Link. Ia menjemputnya dan mulai bergerak maju lagi.     

"Lewat sana," kata Link, menunjuk ke sebuah terowongan. Ini adalah jalan menuju jantung api pusat gunung. Itu sangat berbahaya, dengan segala macam binatang elemen api dan suhu yang sangat tinggi. Tapi untuk beberapa alasan, tujuan Link semakin jelas. Ia ingin pergi ke suatu tempat yang panas sekarang.     

Alih-alih membuatnya tak nyaman, hawa panas membuatnya merasakan kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan.     

Nana jelas tidak peduli karena ia tidak bisa merasakan panas dengan tubuhnya. Bahkan jika ia melompat ke lava sekalipun, ia hanya akan merasa seperti terjun ke sungai biasa.     

Semakin jauh mereka pergi, semakin lebar terowongan dan semakin tinggi suhunya. Kini suhu sudah mencapai 120 derajat, dan terlihat cahaya merah samar muncul di ujung terowongan.     

Link sebenarnya merasa lebih nyaman. Ia jelas bisa merasakan gelombang panas menggali ke dalam kulitnya, meresap ke dalam tubuhnya dan bergabung dengan arus hangat yang misterius.     

Setelah itu, arus hangat semakin membesar. Kecepatannya juga menjadi lebih cepat. Link merasakan suhu tubuhnya terus meningkat seperti sedang terbakar, tetapi ia tidak merasakan ketidaknyamanan sama sekali. Sebaliknya, ia ingin merasakan hawa udara yang lebih panas lagi. Ia merasa tidak akan pernah cukup.     

Ini hanyalah percikan api semata. Terlalu lemah. Aku membutuhkan api yang menyala-nyala!     

"Nana, cepatlah bergerak maju. Berjalanlah ke kanan dinding dan hati-hati. Ada salamander berperut api di sebelah kiri. Apakah kau melihatnya?"     

Terowongan itu sangat luas sekarang. Lebarnya sekitar 100 kaki dan tinggi mencapai 65 kaki. Di sana terlihat salamander dengan panjang enam serta kaki yang melengkung di poros lava kecil tanpa bergerak. Binatang itu tampak seperti pohon layu.     

Nana bergerak semakin cepat.     

Salamander yang mudah terbakar itu mudah ditangani, tetapi pasti akan menyebabkan suara keributan besar yang bisa membuat iblis-iblis mengetahui keberadaan mereka.     

Setelah menempuh jarak lebih dari 150 kaki, Nana akhirnya dapat membawa Link setengah jalan menuju Gunung Berapi Azzaro. Tempat itu sangat luas dan besar. Di mana-mana dipenuhi dengan cahaya merah gelap. Ada bercak lava, dan juga kolam lava di tengah-tengah.     

Lava menggelegak dan berdeguk, memuntahkan gumpalan api dan asap. Kadang-kadang terdapat ledakan panas keluar beserta dengan muntahan lava putih-panas seperti permukaan matahari. Suhu di sini luar biasa, seolah mendistorsi udara. Gelombang api ada di mana-mana. Jubah Pengendali Api Link dan baju pelindung kulit Nana tidak tahan dengan suhu ini. Mereka mulai menyusut dan terasa panas. Kemudian bola lava menyembur, dan setetes jatuh ke pakaian mereka, membakarnya.     

Nana kelihatan baik-baik saja. Anehnya, Link juga tidak merasakan sakit. Kulitnya bahkan tidak terbakar. Lava yang jatuh ke atasnya terasa seperti air.     

"Master, apakah kau baik-baik saja?" tanya Nana.     

"Aku baik-baik saja. Apakah kau melihat podium tinggi?"     

Nana mengangguk. Podium itu 150 kaki jauhnya. Ada batu yang menonjol dari danau lava, dan warnanya memerah akibat terpanggang oleh suhu ekstrem. Panasnya benar-benar tak terbayangkan.     

"Tidak ada monster elemen api di sepanjang jalan. Letakkan aku di sana, dan aku akan beristirahat sebentar." Link kini merasa jauh lebih baik daripada saat mereka memasuki gua.     

"Baiklah." Nana mulai bergerak.     

Tetapi sebelum ia berjalan 60 kaki, terdengar sebuah suara di belakang mereka. "Link, kau mau pergi ke mana?"     

Link berbalik. Itu adalah Misamier. Ia berada ratusan kaki jauhnya dengan dua iblis Level 8 di sampingnya. Ketika ia melihat Link, ia mengeluarkan cambuknya yang panjang dan melangkah ke depan.     

Suhu di tempat ini sangat panas, namun tidak ada artinya bagi iblis.     

Di sini kekuatan Misamier telah pulih banyak. Meskipun ia jauh dari kekuatan puncak Level 9, kekuatannya masih di sekitar Level 8. Dengan dua pembantu iblis Level 8-nya, mereka sudah lebih dari cukup untuk berurusan dengan Link.     

"Abaikan dia dan terus maju. Taruh aku di podium itu dahulu."     

Ketika ia berbicara, Link mengambil tongkatnya. Sambil menahan rasa sakit yang membakar kepalanya, ia merapalkan mantra tingkat 0 pada hiu api yang sedang berenang di lava.     

Setelah itu, ia segera memberikan mantra tembus pandang Level 0 yang lebih rendah pada dirinya dan Nana.     

"Ah!" Teriakan itu membuat takut hiu besar sepanjang 15 kaki di dalam kolam lava. Secara naluriah, hiu itu keluar dari kolam dan langsung melihat Misamier yang sedang berlari kencang.     

"Grr!" Hiu api segera menyerang si penyusup.     

"Sial, hentikan dia!" Misamier berkata kepada iblis bawahannya.     

Segera setelah ia berbicara, seorang Howler Bersayap Level 8 yang berdiri di pintu masuk melangkah ke depan dan kemudian berhenti bergerak dalam seketika. Ada lubang menganga di bagian belakang kepalanya.     

Pupil mata Misamier mengerut. Ini buruk. Link memiliki bala bantuan—bala bantuan yang kuat!     

Ia mengertakkan gigi. Pada titik ini, ia tidak punya jalan kembali. Ia harus membunuh Link!     

Howler Bersayap Level 8 lainnya ketakutan. Ia mendengar suara itu dan asalnya datang dari terowongan di belakang mereka. Ia segera meninggalkan pintu masuk dan berlari ke arah Misamier.     

Hiu api datang hendak menerkam saat ini. Howler Bersayap melambaikan pedangnya, menghadapi hiu.     

Hiu itu hanyalah Makhluk Sihir Level 6. Misamier tahu bahwa bawahannya dapat dengan mudah membunuhnya, jadi ia hanya memperingatkannya, "Hati-hatilah terhadap serangan diam-diam mereka! Aku akan membunuh Penyihir itu!"     

Ia lalu berjalan ke arah Link.     

Saat ini Nana sudah meletakkan Link di podium tinggi. Link terbaring di tanah, dan baginya, batu itu tidak terasa panas. Sebaliknya, rasanya hangat — sangat hangat.     

Nyaman tetapi masih belum cukup. Aku masih sedikit kedinginan. Link secara naluriah memandangi danau lava terpanas. Ia tiba-tiba memiliki keinginan untuk melompat, tetapi hal itu tentu bertentangan dengan logikanya. Ia masih agak ragu-ragu.     

Nana berbalik untuk menghentikan Misamier.     

Succubus itu mencibir. "Gadis kecil, kau bukan tandinganku lagi!"     

Meskipun terluka, kekuatannya jauh lebih kuat daripada terakhir kali mereka bertemu di Necropolis.     

Nana tidak berbicara. Baju pelindung kulitnya sudah rusak oleh lava. Ia merobeknya dan melemparkan pedangnya juga. Ia hanya membawa Belati Kehancuran di tangan.     

"Datanglah, serang aku!" Nana menghalangi jalan. Alih-alih menyerang lebih dulu, ia mulai memprovokasi.     

Krak! Misamier melemparkan cambuk pada Nana yang bereaksi biasa saja. Ia memotong ringan dengan Belati Kehancuran.     

Serangannya biasa, tetapi juga sangat mengancam. Misamier terpaksa menarik cambuknya kembali. Ia tahu seberapa tajam belati itu dan cambuknya dalam ancaman. Namun, ia punya solusi lain.     

"Heh, kau punya belati, tapi sayangnya kau hanya seorang Prajurit!"     

Saat ia berbicara, Misamier tiba-tiba meraihnya. Bola cahaya merah gelap muncul di telapak tangannya dan melemparkannya ke Nana, lalu meledak.     

Itu adalah mantra sihirnya!     

Merasa terkejut, Nana terpaksa mundur karena bola cahaya itu. Ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam lava.     

Pada saat itu, ia tahu ia telah melakukan kesalahan. Dengan reaksi yang sangat cepat, Nana melemparkan belati ke arah Misamier.     

Misamier baru saja hendak merapalkan mantra dan bereaksi sedikit lambat. Kaki kirinya tertusuk belati. Dengan suara retak, sebelah kakinya begitu saja jatuh dari tubuhnya.     

Pluk! Nana terlempar sejauh 150 kaki karena ledakan dan jatuh ke lava.     

Pluk! Tanpa betis kirinya, Miamier kehilangan keseimbangan dan juga terjatuh ke tanah.     

Tapi, ia tampak baik-baik saja. Sebelah kaki tidak terlalu berarti. Ia sekarang berada kurang dari 100 kaki jauhnya dari Link. Sebelum Nana kembali, ia bisa mengakhiri hidup Link sekarang bahkan jika ia harus merangkak sekalipun.     

Misamier pun mulai merangkak.     

Setelah sekitar 60 kaki, jantungnya tiba-tiba bergetar. Ia berguling ke depan tanpa melihat ke belakang. Jika tubuhnya tidak rusak, ia pasti bisa menghindarinya. Namun, sebelah kakinya sudah tidak ada, jadi ia bergerak lebih lambat.     

Puf. Punggungnya gemetar, dan ia memuntahkan seteguk darah. Ketika ia melihat ke bawah, ia menemukan lubang transparan di dadanya. Ia lalu melihat ke belakang dan di pintu masuk, terdapat sosok kecil menatapnya dengan senapan sihir.     

Suhu di tempat itu terlalu panas, dan Melinda tidak bisa masuk. Tapi tidak apa-apa karena senapannya dapat menembak jarak jauh. Ia bisa berdiri jauh dan menembakkannya.     

Itu wanita Yabba. Sialan! Misamier tidak berharap makhluk kecil yang ia abaikan akan menghancurkan segalanya.     

Ia melihat kembali kepada Link. Pria itu masih berbaring di podium tanpa bergerak.     

Sambil mengertakkan gigi, Misamier mengumpulkan kekuatan yang tersisa dan melompat ke depan. Ia meraih Link dan kemudian melompat ke lompat lava.     

"Kita akan mati bersama!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.