Datangnya Sang Penyihir

Dengarkan Suara Kembang Api



Dengarkan Suara Kembang Api

Dua puluh ghoul bergegas maju ke atas bukit.     

Sayangnya, mereka tidak memiliki pengalaman dalam berurusan dengan mantra Tangan Titan. Ditambah dengan kecerdasan rendah yang mereka miliki, mereka lantas bergegas maju dalam posisi yang sangat dekat satu dengan lainnya, membentuk sebuah kumpulan dan membuat mereka menjadi sasaran empuk untuk mantra.     

"Tinju Titan!"     

Tangan Titan yang baru saja memusnahkan Prajurit Naga Hitam segera berubah menjadi tinju, dan dengan suara ledakan keras, tinju itu menyerang tanpa ampun ke arah formasi ghoul.     

Bang! Bang! Bang!     

Serangkaian suara bentrokan bisa didengar. Semua ghoul berada di Level 6 dan tidak bisa menahan dampak dari mantra Level 7. Dengan demikian mereka secara instan terlempar ke udara oleh efek mantra yang mengerikan itu.     

Adegan ini entah bagaimana mirip dengan sesuatu yang bisa dilihat orang dalam sebuah arena bowling. Saat bola mengenai pin di ujung jalur, pin akan tersebar ke segala arah dari benturan yang berat.     

Wuussh! Tinju Titan sekali lagi berubah menjadi tangan dan mulai meraih semua ghoul di udara. Saat tangan itu menangkap ghoul, maka ia akan melepaskan gelombang panas suhu tinggi untuk langsung melelehkan makhluk terkutuk itu.     

"Ahh! Ya,Tuhan! Arrghh!" Tangisan keputusasaan terdengar melewati padang salju.     

Pada saat itu, Link benar-benar menggunakan kekuatan penuhnya.     

Di matanya, waktu tampak bergerak lebih lambat dari sebelumnya. Para ghoul yang terlempar ke udara bergerak perlahan melalui atmosfer seolah-olah mereka adalah balon helium, yang memungkinkannya untuk memilih balon mana yang ingin ia lontarkan terlebih dahulu.     

Di bawah pengaruh fokus dan perapalan mantra kecepatan tinggi, mata Link menjadi jauh lebih terang dan tak bisa dimengerti. Jika dilihat lebih dekat, maka akan terlihat cahaya perak samar yang mengelilingi iris matanya. Itu adalah kecemerlangan jiwa yang telah lolos dari rantai tubuh fisik setelah jiwanya beroperasi pada kapasitas maksimumnya.     

Dari sudut pandang orang lain, mereka hanya bisa melihat banyak bayangan tangan biru raksasa yang berjarak 150 kaki. Gerakan tangan itu terlalu cepat untuk ditangkap dengan mata telanjang. Tangan itu bahkan tampak tidak nyata, dan melalui tipu daya tersebut, tangan itu menghancurkan ghoul dengan kecepatan yang tidak pernah bisa dibayangkan oleh siapapun.     

Dalam tiga detik, bayangan tangan biru itu tiba-tiba menghilang dan terbentuk kembali menjadi sosok tangan yang utuh, mengambang tak bergerak di udara. Semua ghoul yang terlempar ke udara juga tidak pernah mendarat kembali ke tanah lagi. Mereka semua berubah menjadi abu dalam waktu singkat saat mereka mengudara.     

Kau tampaknya bangga pada kekuatan jiwamu yang kuat? Bagaimana dengan persediaan Aura Tempur-mu yang tidak terbatas? Aku bisa dengan mudah membakarmu menjadi abu dengan suhu yang bahkan dapat melelehkan zat logam!     

Setelah pemusnahan ghoul-ghoul ini, tim pengintai dari Tangan Kematian adalah yang berikutnya.     

Mereka adalah tim pengintai elit yang setidaknya memiliki kekuatan Level 4, pasukan yang sangat kuat menurut standar apapun. Namun, di hadapan Penyihir yang menakutkan, mereka semua sama tak berdaya seperti bayi yang sedang menangis.     

"Atas nama Wanita Kegelapan, ini tidak terjadi!"     

"Ini tidak mungkin! Bagaimana manusia bisa mendapatkan kekuatan seperti itu!"     

"Lari! Kita bukan tandingannya!"     

Pemimpin mereka, Maule, sudah mati. Mereka juga menyaksikan Penyihir memusnahkan Prajurit yang diberkati oleh Wanita Kegelapan. Peri Kegelapan telah kehilangan semua kemauan untuk bertarung dan berlari demi hidup mereka.     

Di sisi lain, Prajurit Tengkorak hanya mempertahankan keterampilan kognitif paling dasar dan tidak tahu apa itu ketakutan. Karena itu, mereka terus maju menelusuri bukit dengan gerakan mekanis.     

Setelah memusnahkan ghoul, Link merasa sangat lega. Ia memusatkan perhatiannya untuk membasmi ghoul-ghoul itu. Jika pertarungan berlarut-larut dan ia tidak berhasil membunuh mereka semua, hasil pertarungan ini mungkin sama sekali berbeda.     

Namun, ghoul-ghoul itu sudah menjadi bagian dari masa lalu.     

Setelah membunuh makhluk-makhluk terkutuk ini, Link kemudian menarik diri dari kondisi perapalannya yang ekstrem dan membatalkan mantra Level 7, Tangan Titan.     

Bukan karena kekuatan mantranya terbatas, tetapi karena mantra itu menghabiskan mana dalam jumlah yang gila. Selama pertempuran tadi, konsumsi Mana puncak Link melonjak hingga 220 Mana Poin per detik dan rata-rata 55 Mana Poin per detik. Jika Link terus menggunakan mantra itu, ia hanya akan bertahan selama sekitar dua menit.     

Meskipun Tangan Titan sudah dibatalkan, Link terus merapal mantra lain. Ia mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Peri Pengintai yang melarikan diri dan berteriak, "Ledakan Api!"     

Jubah Sihir Pengendali Api meningkatkan kecepatan merapal mantra elemen api miliknya hingga 50%. Tongkat Gejolak Murka Surga miliknya akan meningkatkan kecepatan pengisian elementalnya hingga 200%. Efek gabungan dari kedua peralatan ini memberi Link kecepatan merapal yang luar biasa bahkan tanpa Kristal Domingo.     

Hanya butuh 0,7 detik untuk mantra Ledakan Api Level 4. Lantas, muncul bola api pijar dengan diameter lebih dari empat kaki memancarkan cahaya yang menyilaukan.     

"Meledak!"     

Peningkatan kekuatan 150% pada mantra Ledakan Api sangat signifikan. Kekuatan mantra itu sekarang sebanding dengan yang ia buat di Gladstone ketika berada di bawah pengaruh ramuan Bisikan Sihir.     

Dalam sekejap, bola api terbang ke tengah kelompok pengintai Peri Kegelapan.     

Boom!     

Suara ledakan penghancur bumi bergema melalui padang salju. Api menjalar tak terkendali dan gelombang panas terlihat menyapu area tempat ledakan terjadi. Lapisan salju yang tebal di tanah juga terlempar ke udara bersama dengan potongan-potongan tubuh yang terputus akibat ledakan.     

Mantra Ledakan Api masih merupakan mantra ofensif yang mengerikan meskipun mantranya dianggap agak rendah untuk level Penyihir Link.     

Kontrol Link atas Mana Poinnya telah meningkat pesat sejak di Kota Gladstone. Ia hanya menggunakan 260 Mana Poin saja dibandingkan dengan saat ia menggunakan mantra Ledakan Api dengan konsumsi sejumlah 320 Mana Poin dengan skala kekuatan yang sama.     

Serangan tunggal ini setidaknya mengirim setengah dari pengintai Peri Kegelapan musnah.     

Link lalu memeriksa Poin Mana yang tersisa di tubuhnya. Ia memperkirakan sejumlah 5.100 Mana Poin yang tersisa, jumlah yang cukup untuk setiap pertempuran. Jika ia hanya menggunakan mantra Ledakan Api, ia seharusnya masih bisa menggunakan 20 mantra itu.     

Ia kemudian memandang Benteng Tengkorak yang jauh dan berpikir, aku tidak percaya kau masih bisa merasa aman di dalam benteng setelah aku membuat keributan seperti ini.     

Ia kemudian bergerak maju dan melemparkan mantra Ledakan Api saat pergi.     

Bum! Ledakan yang menghancurkan bumi lainnya menggema melalui medan terbuka. Siapapun yang berada dalam radius sepuluh mil harus pastilah mendengar suara keras dan mengganggu tersebut.     

Tim Pengintai Peri Kegelapan pada dasarnya sudah dimusnahkan. Hanya ada beberapa dari mereka yang masih hidup. Bahkan, mereka yang selamat sudah kehilangan keinginan untuk bertarung, dan hanya berteriak sambil melarikan diri sejauh-jauhnya.     

Ketika Prajurit tengkorak melihat pemandangan yang mengerikan itu, mereka semua mulai bergerak menuju Link, termasuk mereka yang awalnya menjaga Benteng Tengkorak.     

Hal ini kemudian menciptakan banyak ruang yang tak terjaga di perbatasan, memberikan kesempatan untuk menyusup ke dalam benteng yang sebelumnya tidak bisa ditembus.     

Di lereng bukit, Felina kemudian berbisik pada yang lainnya, "Aku akan pergi sekarang. Ikuti aku dari belakang!"     

Link sudah melakukan apa yang ia bisa. Ia tidak akan menyerah.     

Annie kemudian bertukar pandangan dengan para pengintai dan mengangguk, "Ayo, pergi! Kita harus bertindak sekarang."     

Para pengintai kemudian merangkak keluar secara diam-diam dari tempat persembunyian dan menyelinap ke dalam Benteng Tengkorak.     

Di sisi lain, Link berlari untuk mencegah dirinya dikelilingi oleh Prajurit tengkorak. Ia menembakkan mantra Ledakan Api ke tempat-tempat di mana Prajurit tengkorak berkumpul.     

Bum! Bum!     

Setiap sepuluh detik atau lebih, mantra Ledakan Api akan muncul dan menghancurkan ratusan Prajurit tengkorak yang rapuh.     

Ini belum semuanya.     

Link tidak hanya menyerang Prajurit tengkorak tetapi ia juga mendekati jarak antara dirinya dan Benteng Tengkorak. Ia tampaknya langsung menuju kamp utamanya.     

Gerakan agresi ini jelas dapat dengan mudah dilihat dan bahkan didengar oleh orang-orang di sekitarnya.     

Iblis Prajurit Bruttan adalah salah satu dari orang-orang itu. Ia telah menyaksikan seluruh adegan pertempuran dari jauh di atas lereng.     

Ia melihat sosok Maule yang hiperaktif diubah menjadi tumpukan abu. Ia juga melihat Penyihir itu membunuh 20 ghoul, sekelompok lawan yang menakutkan yang bahkan ia sendiri kesulitan menghadapinya, hanya dalam waktu kurang dari lima detik. Penyihir itu membantai para Peri Kegelapan dan Prajurit Tengkorak seolah-olah mereka adalah hewan ternak.     

Ini benar-benar tidak bisa dimengerti.     

"Haruskah aku terjun ke dalam pertempuran?" Bruttan mempertanyakan dirinya sendiri. Beberapa detik kemudian, jawabannya muncul di benaknya, "Aku lebih suka tidak. Aku pasti akan mati jika aku maju sekarang."     

Namun, itu juga bukan pilihan. Jika gadis muda di dalam Benteng Tengkorak melihat ketidakacuhannya, ia pasti akan dalam kesulitan. Ia lantas dengan cepat memikirkan sebuah rencana dan berteriak ke ghoul dan pengintai Tangan Maut di sebelahnya, "Penyihir ini terlalu sombong, untuk berpikir bahwa ia akan berani menyerang Benteng Tengkorak. Ayo pergi dan bunuh dia!"     

Ia mengacungkan pedang di tangannya dan mengarahkannya pada arah Link.     

Para ghoul dan Peri Kegelapan di belakangnya bertukar pandang. Mereka juga turut menyaksikan seluruh adegan pertempuran sebelumnya dan tahu secara langsung kekuatan tidak manusiawi dari Penyihir manusia itu. Bukankah ini tindakan bunuh diri?     

Namun, sang pemimpin sudah maju ke depan. Mereka tidak punya pilihan selain mengikutinya walau mereka tidak mau. Namun, setelah beberapa saat, mereka semua merasa ada sesuatu yang salah. Sang Pemimpin tampaknya berjalan lambat hari ini. Mereka dapat menyusulnya dengan mudah. Ini aneh. Oh, ia berlari pelan-pelan untuk menghindari pertempuran dengan Penyihir... pikir para pengintai.     

Tak ada yang berani mengungkap trik kotor Bruttan dan mereka hanya mengikuti di belakangnya, berjalan perlahan tapi pasti menuju Penyihir.     

...     

Benteng Tengkorak     

Di aula gelap pengap di ruang bawah tanah, sesosok bayangan ular anggun nampak melilit seorang manusia dengan kuat. Pria itu ditelanjangi sepenuhnya, dan tangan serta kakinya terikat oleh tali, tergantung berbentuk bintang di dinding.     

Sosok itu perlahan merayap di sepanjang tubuh pria itu seiring dengan suara menyeramkan tapi lembut, "Kanorse, dengar! Seseorang sedang menyalakan kembang api. Makhluk-makhluk fana yang menyedihkan itu datang untuk mengirimmu pergi."     

Kanorse mendesah dan terengah-engah. Matanya merah darah, dan ia dikelilingi aura hitam tak menyenangkan, mengalir masuk dan keluar dari tubuhnya, tampak seolah-olah ular hitam kecil yang tak terhitung jumlahnya sedang merayapi seluruh tubuhnya.     

Setelah mendengarkan suara menjijikkan itu, ia menggelengkan kepalanya sedikit untuk tetap sadar dan berbicara dengan suara teredam, "Aku tidak akan menyerah! Aku tidak akan pernah menyerah dan menjadi iblis! Aku tidak akan pernah...tidak pernah..."     

"Oh. Haha! Dasar manusia bodoh! Kau benar-benar berpikir bocah kembang api itu akan bisa menyelamatkanmu? Tidak, tidak, tak lama lagi jiwanya akan menjadi pertunjukan kembang api yang indah juga."     

Ketika ia berbicara, ia meluncur turun dari tubuh Kanorse dan menuju pintu keluar aula.     

Ketika ia keluar dari aula dan berjalan ke tingkat pertama dari Benteng Tengkorak, ia mengangkat suaranya sedikit dan berteriak, "Sayangku, apakah kau lapar?"     

Sssssss     

Desisan berbisa menjawab suaranya. Setelah itu, seekor ular raksasa bersisik hitam dengan lebar setidaknya tiga kaki dan panjang 80 kaki merayap keluar dari sudut gelap aula. Saat ular raksasa mencapai sosok wanita itu, terlihat kecemerlangan yang menyilaukan bersinar dari sisiknya. Pada saat cahaya ini menghilang, cambuk hitam dengan kepala ular di ujungnya telah muncul di tangan sosok itu.     

Dengan cambuk itu di tangan, wanita itu langsung menuju pintu masuk benteng. Saat itulah ia melihat Penyihir berjubah hitam menunggu kedatangannya.     

Penyihir berjubah hitam terkikik ketika melihatnya dan berkata, "Master, orang di luar adalah Si Pembunuh Iblis."     

"Oh, Talon. Apa kau yakin?"     

"Aku yakin. Aku telah melihatnya dalam pertempurannya dengan Tarviss di Akademi Sihir Tinggi East Cove. Aku sangat akrab dengan fluktuasi sihirnya." Orang yang sedang berbicara dengannya adalah Penyihir Darah Talon, tahanan yang melarikan diri dari Menara Azura."     

"Apakah kau yakin bisa mengalahkannya?" Sosok itu bertanya.     

"Sebelumnya, aku tidak bisa. Namun, sekarang setelah aku menerima berkat dari Wanita Kegelapan, ditambah dengan kekuatan tongkat sihir yang kuat ini, aku lebih dari percaya diri dalam melakukannya."     

"Baiklah, kalau begitu. Silahkan, sementara aku mendukungmu dari benteng." Sosok itu tersenyum pada Talon dengan ekspresi memikat.     

"Tunggu kabar baikku!"     

Setelah mengucapkan kalimat itu, racun darah merah menyelimuti tubuh Talon. Ia kemudian terbang dengan kecepatan sangat tinggi dari Benteng Tengkorak.     

Sosok itu menyaksikan Talon bersiap-siap untuk pertempuran, bergerak ke atap Benteng untuk mendapatkan pemandangan yang lebih baik.     

Setelah mencapai atap, ia melihat miasma bola racun darah merah berjarak satu mil jauhnya dari tempatnya. Bola itu dengan cepat mendekati jarak antara dirinya dan Si Pembunuh Iblis.     

Ia kemudian terkikik, dan berkata, "Oh, manusia. Kau selalu menganggap lebih kemampuanmu. Aku akan menunggu dan melihat siapa yang lebih kuat, dan lebih cocok untuk menjadi pelayanku."     

Suaranya masih terdengar menggoda seperti biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.