Datangnya Sang Penyihir

Pria yang Sungguh Luar Biasa



Pria yang Sungguh Luar Biasa

0Saat itu sudah sore, sekitar pukul empat, dan langit mulai gelap. Karena dedaunan yang lebat, Hutan Hitam menjadi sepekat malam. Semak-semak di tanah bergemerisik, dan empat pasang mata yang berpendar merah muncul di area terbuka di hutan. Terdapat tumpukan abu di tanah, dan di antara abu tersebut tergeletak empat mayat yang dibakar sampai hangus.     

Angin dingin menusuk melalui pepohonan.     

"Ini adalah pasukan kita," ujar salah satu dari mereka.     

"MI3 terkutuk tak mungkin memiliki kekuatan seperti ini," ucap yang lain. "Siapa yang membunuh mereka."     

"Mereka tidak berusaha menyembunyikan jejak mereka," sahut yang lain. "Lihat, ini jejak mereka. Kita harus mengejar dan mencari tahu siapa mereka. Sino, Finville, kalian berdua ikut denganku. Kita akan memburu mereka. Alan, kembali ke Benteng Tengkorak dan laporkan ini pada ketua!"     

"Siap, Tuan!"     

Kelompok tersebut kemudian terbagi menjadi dua. Salah satu dari mereka bergegas ke kedalaman Hutan Hitam, sementara yang lain mengikuti jejak ke arah lain. Sekitar tiga menit kemudian, ketika para sosok bayangan gelap itu menghilang sepenuhnya, sebuah suara muncul di kegelapan.     

"Mereka benar-benar tertipu, Tuan Mirose!" seseorang berbisik kegirangan.     

Sesaat kemudian, beberapa sosok muncul dari balik semak-semak. Mereka adalah Link dan kelompok pencari yang tersisa. Mereka tidak segera meninggalkan lokasi setelah membunuh kelompok ghoul pertama. Mereka menunggu di dekatnya dan menyergap kelompok ghoul kedua.     

Adapun jejak kaki yang ditemukan para ghoul merupakan jejak yang sengaja Link tinggalkan untuk mengelabui mereka. Ini adalah teknik serupa yang digunakan Peri Kegelapan Penyihir Lawndale Markins kepada dirinya sebelumnya. Link dan para pengintai telah mengelilingi area besar Hutan Hitam dan kemudian kembali ke lokasi semula. Itu berarti bahwa para ghoul yang telah mengikuti jejak mereka akhirnya akan kembali ke lokasi ini.     

Sedangkan ghoul yang kembali ke Benteng Tengkorak akan menunjukkan jalan kepada Link dan para pengintai menuju sarang utama Peri Kegelapan.     

Link melihat ke arah ghoul sendirian tersebut dan tersenyum.     

"Yah," ucapnya, "sekarang kita telah menemukan pemandu yang dapat diandalkan."     

Rencana ini merupakan pertaruhan besar yang sangat bergantung pada keberuntungan. Jika para ghoul ini tidak memutuskan untuk mengambil tindakan tersebut, maka semua akan sia-sia. Namun untungnya, para ghoul ini tidak begitu pintar, sehingga semua berjalan seperti yang Link rencanakan.     

Setelah berbicara, Link merapalkan mantra Cheetah Lincah kepada semua orang.     

"Ayo pergi!" ucapnya. "Aku harap keberuntungan kita cukup baik dan kita dapat menemukan kereta tahanan yang membawa Pendekar Pedang Fajar dalam perjalanan kita."     

Maka, sekelompok orang mulai bergerak secepat angin di hutan. Dalam sekejap, tujuh orang menghilang menuju kedalaman Hutan Hitam.     

…     

Ketika Link dan yang lain mengikuti ghoul ke dalam Hutan Hitam, beberapa pengintai telah diperintah oleh Link untuk membawa kembali para ghoul yang ditangkap ke Benteng Puncak Es.     

"Buka gerbangnya!" pengintai tersebut berteriak di luar tembok benteng. "Kami telah membawa kembali ghoul yang ditangkap!"     

Ghoul? Dan tertangkap juga?     

Para penjaga di dinding ketakutan. Berita yang mereka terima sejauh ini mengenai ghoul-ghoul tersebut adalah betapa menakutkan dan tak terkalahkannya mereka. Para penjaga selalu menyaksikan para Prajurit dan pengintai dikejar dan dibunuh oleh ghoul tersebut, bukan sebaliknya. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengalahkan makhluk menakutkan itu? Dan mereka bahkan berhasil menangkap satu ghoul hidup-hidup?     

Ini tidak mungkin... jebakan, mungkinkah?     

Kapten penjaga berdiri di celah dinding benteng dan menjulurkan leher mengintip orang-orang di luar gerbang. Dia melihat sekitar selusin pengintai, yang dari pakaiannya, dia yakin bahwa mereka memang anggota MI3. Bahkan ada satu atau dua wajah yang dia kenal, yang sempat dia lihat beberapa jam sebelumnya ketika mereka meninggalkan benteng dengan kelompok pencari untuk Pendekar Pedang Fajar.     

Mereka tak mungkin mata-mata yang bekerja untuk Peri Kegelapan.     

"Di mana para ghoul itu?" Dia bertanya. "Biarkan aku melihat lebih dekat!" Masih ada kemungkinan bahwa pengintai ini berada di bawah kendali ghoul.     

Para pengintai kemudian mengangkat para ghoul yang telah diikat seperti budak sehingga kapten bisa melihat mereka lebih jelas.     

Kapten penjaga itu membungkuk dan melihat ke bawah. Beberapa tentara pun penasaran, sehingga mereka juga ikut membungkuk dan mencoba untuk melihat sekilas.     

Sebenarnya, ghoul terlihat tak jauh berbeda dengan Peri Kegelapan biasa. Satu-satunya ciri pembeda ghoul adalah tangan. Tangan Peri Kegelapan biasa tampak mirip dengan tangan manusia normal, namun tangan ghoul penuh cakar, bukan kuku.     

Sang kapten nampak masih ragu-ragu, sehingga para pengintai mengangkat tangan ghoul untuk agar kapten dapat lebih mudah membedakan mereka.     

Setelah pulih beberapa jam, para ghoul ini telah mendapatkan kekuatannya kembali dan seketika berjuang untuk membebaskan diri dan bahkan menggeram dengan suara mereka yang dalam.     

"Apakah kau melihatnya sekarang?" tanya seorang pengintai. "Yang ini hatinya hancur dan dikalahkan telak oleh Penyihir, tetapi bajingan-bajingan ini masih hidup dan menolak untuk mati."     

Kapten penjaga telah melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri sekarang, dan ketika dia tersentak kaget, semua keraguan dalam pikirannya lenyap. Dia memerintahkan jembatan gantung untuk diturunkan.     

"Laporkan ini kepada para jenderal segera," dia berbisik ke salah satu prajurit di sekitarnya. "Katakan kepada mereka para pengintai telah menangkap beberapa ghoul."     

Terlepas dari apa yang telah terjadi baru-baru ini, hal ini masih merupakan berita bagus bagi pasukan Kerajaan Norton.     

Ketika jembatan gantung diturunkan dan para pengintai membawa tiga ghoul ke dalam benteng, sekelompok besar tentara mulai berduyun-duyun ke arah mereka. Para tentara mendengar berita tentang ghoul sepanjang hari setiap hari, namun hanya beberapa dari mereka yang pernah melihat seperti apa rupa ghoul tersebut. Sekarang kesempatan itu datang, dan mereka harus menemukan cara untuk melihat ghoul tersebut walau hanya sekilas.     

Bahkan kapten penjaga mendatangi mereka. Dia tidak terlalu peduli pada ghoul tersebut sekarang. Mereka tampak seperti Peri Kegelapan biasa kecuali dengan cakar di tangan mereka. Sebaliknya, ada sesuatu yang lebih penting yang harus dia temukan dari para pengintai.     

"Bukankah kau pergi mencari Pendekar Pedang Fajar?" dia bertanya kepada salah satu pengintai yang dia tarik ke samping. "Mengapa kau di sini? Di mana sang putri? Mengapa dia tidak ada di sini?"     

Dalam situasi seperti ini, tampaknya skenario yang paling mungkin adalah bahwa kelompok pencari menemukan para ghoul dalam perjalanan mereka dan berhasil mengalahkannya. Namun pada saat yang sama, pasti ada beberapa pengintai yang tewas terbunuh dalam pertempuran tersebut. Fakta bahwa sang putri tak berada di sini bisa saja berarti bahwa dia mati dalam pertempuran!     

Sang putri adalah anak satu-satunya dari Duke Besi. Jika dia mati dalam pertempuran, hal tersebut akan menciptakan masalah besar.     

Pengintai tersebut menggelengkan kepalanya.     

"Putri baik-baik saja," ucapnya. "Dia pergi menyelamatkan Tuan Karnose bersama Tuan Mirose."     

"Tuan Mirose?" tanya seorang tentara di sana. "Siapa dia?"     

"Seorang Penyihir!" jawab pengintai lain yang mendengar pertanyaan tersebut. Nada suaranya penuh kekaguman dan rasa hormat. "Dia adalah seorang Penyihir yang sangat kuat!"     

"Beri jalan!" teriak seorang tentara. "Beri jalan untuk Duke Besar!"     

Begitu mereka mendengar himbauan tersebut, para prajurit segera menyingkir, memberi jalan bagi sang duke.     

Kenyataannya, sang duke tidak datang sendiri. Para jenderal, perwira, Penyihir Tempur, dan bahkan para pejabat mengikutinya.     

Bagi para prajurit, ghoul hanyalah makhluk yang menakutkan dalam kegelapan hutan. Mereka hanya penasaran ingin tahu seperti apa wujud ghoul tersebut. Namun bagi mereka yang menduduki jajaran atas dalam militer, para ghoul yang ditangkap ini mewakili sebuah sentimen yang sangat signifikan!     

Duke Abel menerobos kerumunan dan akhirnya melihat para ghoul tersebut. Dia kemudian mencari di antara kelompok pengintai, putus asa berusaha mencari putrinya.     

Namun tak ada tanda-tanda sang putri di antara para pengintai. Penemuan ini menghantamnya hebat, dan dia langsung tenggelam dalam keputusasaan. Apakah putrinya, yang sering memberontak dan sangat keras kepala, namun juga merupakan buah hati kesayangannya, benar-benar pergi selamanya?     

Untuk sesaat, mata Duke Abel berubah menjadi sangat panas. Dia menemukan bahwa sulit baginya untuk bernapas dan rasanya seolah-olah dia akan pingsan. Jika ajudannya tak segera menahannya, dia pasti pingsan di tengah kerumunan.     

Setelah sekitar sepuluh detik, sang duke akhirnya mampu menenangkan emosinya dan berbicara kepada para pengintai.     

"Kalian telah melakukan pekerjaan dengan sangat baik," dia memuji para pengintai dengan suara serak. "Sekarang pergilah beristirahat."     

Dia tidak punya keinginan untuk menanyakan detail pertempuran tersebut kepada mereka. Terlalu cepat baginya untuk mendengar bagaimana brutal putrinya mati, dan dia tak berniat untuk meneteskan air mata di depan para prajurit ini.     

Untungnya, para pengintai sepenuhnya memahami apa yang dirasakan oleh Duke. Salah satu dari mereka dengan cepat melangkah untuk memberi tahu Duke tentang apa yang sebenarnya terjadi.     

"Tuanku," ucapnya, "Sang putri aman. Dia sekarang bersama Tuan Mirose, dan mereka sedang dalam perjalanan ke Hutan Hitam untuk mencari Tuan Karnose."     

"Hah?" jawab Duke Abel tidak percaya. "Apa katamu?"     

"Putri Annie masih hidup, Tuanku," ulang pengintai itu. "Dia masih melanjutkan misi pencarian dan penyelamatan. Kami hanya diperintahkan untuk mengirim para ghoul ini kembali ke benteng."     

Duke Abel menghela napas panjang; lalu dia menghirup napas segar ke paru-parunya. Entah bagaimana, dunia tampak cerah dan indah lagi. Dia kemudian tertawa lebar.     

"Luar biasa! Luar biasa!" dia berseru. "Ini benar-benar kabar baik! Sekarang, ceritakan padaku secara detail bagaimana pertempuran itu berlangsung. Aku ingin tahu bagaimana kau menangkap makhluk terkutuk ini!"     

Kemudian, pengintai yang sama mulai menjelaskan secara detail apa yang terjadi, dari mulai mereka menghadapi ghoul dan kemunculan seorang Penyihir secara tiba-tiba, dan bagaimana mereka akhirnya mengalahkan ghoul dan menangkapnya. Dia menceritakan dengan panjang lebar bagaimana Penyihir mengatur agar mereka membawa para ghoul tersebut kembali sementara sisanya pergi untuk menyelamatkan Pendekar Pedang Fajar. Tidak ada satu detail pun yang terlewat.     

"Dia sangat kuat," ucap pengintai mengenai Link. "Dia hanya mengayunkan sedikit tongkatnya di udara, dan dada ghoul itu meledak!"     

"Dia mengetahui cara untuk mencegah para ghoul dari kematian," ujar pengintai lainnya. "Lihatlah dada yang satu ini. Diisi dengan cairan keperakan yang dinamai Perak Suci oleh sang Penyihir."     

"Dia menyebut dirinya Mirose," kata pengintai lain. "Aku akan menghormati dia selama sisa hidupku. Aku merasa bahwa setiap kata yang dia ucapkan itu benar."     

"Itu benar," pengintai lain menyetujuinya. "Aku rasa aku rela mati untuknya!"     

Kelompok pengintai berbicara secara bersamaan, dan suara mereka tercampur aduk hingga cukup sulit untuk memahami apa yang mereka katakan. Namun Duke Abel tidak menghentikan mereka. Dia telah memahami gambaran besar mengenai apa yang telah terjadi di dalam pikirannya.     

Seorang Penyihir muda tiba-tiba muncul ketika kelompok pencari berada dalam bahaya besar. Kemudian, dia berhasil membunuh tiga ghoul kuat dalam sekejap. Jika dia tidak mendengar cerita ini dari mulut pengintai, dia akan berpikir bahwa cerita ini hanyalah dongeng belaka dan bukan peristiwa nyata.     

Tetapi semua yang mereka katakan itu tentu saja benar. Dan ini membuktikan bahwa Penyihir yang sangat kuat datang ke utara. Tapi siapakah Penyihir itu? Kenapa dia tidak diberi tahu mengenai hal ini?     

Sang duke kemudian berbalik menghadap sang Penyihir Marco dan menatap matanya seolah-olah menanyakan pertanyaan tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

"Tuanku," bisik Marco, "kita harus berbicara secara pribadi."     

Duke Abel mengangguk pelan sebelum kembali ke pengintai.     

"Kalian semua telah bekerja sangat keras," ucapnya. "Pergilah beristirahat. Nanti, akan ada hadiah untuk kalian. Ayo, bawa ghoul-ghoul ini ke kapel dan biarkan para pendeta melihat mereka."     

Beberapa tentara kemudian melangkah maju dan membawa para ghoul itu ke kapel. Para pengintai merasa lega dan bahagia saat mereka kembali ke barak mereka untuk beristirahat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang apa yang terjadi di hutan dan tentang Penyihir kuat yang disebut Mirose.     

Duke Abel dan semua pejabat kembali ke ruang komando. Sesampai di sana, sang duke dan Penyihir terus berjalan hingga mereka mencapai ke sebuah ruangan pribadi di lantai dua.     

"Apakah kau akan memberi tahuku mengenai identitas sang Penyihir sekarang?" tanya sang duke dengan nada mencela.     

"Tuanku," ucap Marco pelan, "bukan maksudku untuk menyembunyikannya darimu. Dia baru saja tiba, aku juga baru saja mengetahuinya."     

"Kau baru tahu?" tanya sang duke. "Kau pasti sudah tahu setidaknya sejak tiga jam yang lalu. Kenapa aku tak diberi tahu sepanjang waktu?" Duke Abel hampir marah. Bagaimanapun juga dia adalah komandan pasukan kerajaan. Bagaimana mungkin dia tidak diberi tahu tentang kedatangan sosok yang begitu kuat? Ini keterlaluan!     

"Bukan niatku, Tuanku," lanjut Marco. Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain selain memberi tahu kebenarannya kepada Duke. "Ini adalah perintah dari guruku, dekan Akademi Sihir East Cove. Beliau berpikir bahwa semakin sedikit orang yang mengetahui identitas Penyihir ini, semakin baik, karena dia tidak datang ke sini untuk bergabung dengan tentara, namun untuk misi rahasia..."     

Duke Abel melambaikan tangannya untuk menghentikan si Penyihir.     

"Baiklah" tegasnya. "Sekarang katakan padaku, siapa dia sebenarnya?"     

"Baron baru dari Gurun Ferde, Tuanku," jawab Marco.     

Mata Duke Abel membelalak, dan dia terdiam cukup lama.     

"Tak kukira dia sendiri yang datang ke sini," akhirnya dia berkata.     

Dalam satu gerakan, ia mengalahkan tiga ghoul yang sebanding dengan Prajurit Level 6 dan bahkan memiliki kekuatan untuk mencegah para ghoul dari kematian.     

Ketika dia memikirkannya, Duke Abel akhirnya menghela napas lega. Sekarang putrinya akan menyelamatkan Pendekar Pedang Fajar dengan Penyihir yang sangat kuat, maka dia tak perlu terlalu khawatir mengenai keselamatan putrinya lagi.     

Namun, semua masih jauh dari aman.     

"Pemuda itu memiliki masa depan yang menjanjikan," ucap Duke Abel setelah pemikiran panjang. "Dia tak boleh mati di Hutan Hitam. Kita harus melakukan apa yang kita bisa. Setelah kita mengecilkan garis pertahanan, kita harus meluncurkan serangan penuh dari semua garisan!"     

"Tapi, Tuanku, apakah itu bijaksana?" tanya Marco, terkejut. "Ancaman dari ghoul masih belum bisa kita singkirkan."     

Sang Duke tersenyum.     

"Ini hanya sebuah cara untuk mengalihkan perhatian Peri Kegelapan," ujarnya. "Apa yang kau khawatirkan?"     

Marco akhirnya mengerti maksud sang duke dan tersenyum.     

"Kau benar, Tuanku," ucap si Penyihir. "Aku tadi belum memahami tujuanmu sebenarnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.