Datangnya Sang Penyihir

Aku Akan Membuatmu Mati Secara Terhormat



Aku Akan Membuatmu Mati Secara Terhormat

0Nozama menyeringai ketika ia melihat Link memblokir pukulan dari pedangnya. Ia kemudian bertanya, "Link, kau tidak mengenal pria itu. Apa gunanya menyelamatkannya?"     

Link sudah siap mati. Bahkan ketika ia nyaris hancur di bawah beban pedang Nozama, ia masih dapat tersenyum dan berkata, "Aku selalu berusaha untuk menghentikanmu di setiap tindakanmu sejak aku memasuki wilayah Firuman, bukan? Mengapa aku harus berhenti sekarang?"     

Nozama mengangguk, sedikit tertegun. Ia tidak mengharapkan balasan seperti itu dari Link dalam situasi tersebut. "Benar. Kau juga adalah suami putriku, yang tentu saja hal itu menjadikanku sebagai ayah mertuamu. Kalau kupikir-pikir, kau seharusnya berlutut di depanku beberapa waktu yang lalu."     

Ia mengucapkan setiap kata dengan tenang, yakin bahwa Link tidak akan dapat membalas serangannya dari posisi sulit saat ini meski ia menginginkannya.     

'Kurasa dia tidak salah,' pikir Link. "Sayang sekali, aku tidak bisa memberimu cucu."     

Amarah Nozama perlahan mulai meningkat. Ia menekan pedangnya lebih kuat lagi, membuat Link membungkuk ke belakang dengan canggung di bawahnya. Ia kemudian berkata dengan dingin, "Siapa yang tahu? Mungkin kau sudah menanam benihmu. Jika waktunya tepat, aku mungkin akan membawa kedua ibu dan anak itu ke istanaku. Jangan khawatir, aku mengurus mereka dengan baik."     

Link masih mampu mempertahankan sikap yang tenang. "Itu tidak terlalu buruk. Terlepas dari apakah mereka berakhir memiliki hati yang baik atau jahat, setidaknya aku akan memiliki keturunan. Mereka juga tidak harus menjalani kehidupan mereka sebagai rakyat jelata ketika aku tidak ada. Mungkin ketika mereka sudah cukup umur, mereka akan menggantikanmu sebagai Penguasa Kegelapan."     

"Cukup!" Nozama semakin menekan pedangnya. Muncul kilatan haus darah di matanya. "Tidak ada yang bisa menggantikanku! Tidak ada yang bisa menentangku! Aku adalah Penguasa Kegelapan abadi, dan segera aku akan mengklaim semua alam yang ada sebagai milikku! Dan, sedangkan kau..."     

Penguasa Kegelapan menurunkan pandangannya pada Link ketika pemuda itu berjuang untuk bertahan melawan berat pedangnya. Nozama pun lalu tersenyum kejam. "Aku tidak akan membunuhmu. Aku akan memberimu kesenangan mengalami siksaan kekal sebagai tawanan Dewa Kehancuran. Aku bahkan akan membiarkanmu menyaksikan aku menyiksa istrimu dengan berbagai macam siksaan mengerikan yang dapat kupikirkan ketika aku menjadi Penguasa Seluruh Dunia!"     

"Kau benar-benar sudah gila, Nozama," kata Link. Ia sekarang kesulitan berkata-kata. Kekuatan Nozama telah mencapai titik yang tak tertahankan olehnya. Namun, Link masih bisa tetap tenang di dalam hatinya. Seolah-olah ia telah melampaui segala kesulitan hidup dan karena itulah ia tidak lagi merasa takut terhadap ancaman Nozama.     

Melihat pandangan gila Nozama, Link lalu melanjutkan, "Master-Master Legendaris sepertimu dulu jumlahnya sangat banyak dalam zaman kuno Firuman. Seorang pria bijak pernah mengatakan kepadaku bahwa alam fisik hanyalah perpanjangan dari pikiran kita. Rasa sakit hanyalah ilusi semata. Naik turunnya hidup seseorang hanyalah bersifat sementara saja dan menjadikan hal itu sebagai pengalaman dalam hidup. Jika aku gagal sekarang, akan ada orang lain yang akan menggantikanku. Akan selalu ada Penguasa Ferde baru untuk menggantikanku ketika aku tidak ada. Nozama, kau tidak akan pernah menang."     

Nozama tertegun. Genggamannya di sekitar gagang pedang mengendur. Melalui cahaya keperakan mata Link, Nozama dapat melihat bahwa matanya tidak goyah sedikit pun. Link tidak mengatakan semua ini hanya untuk sekedar membesarkan hatinya sendiri. Ia benar-benar bersungguh-sungguh pada tiap katanya.     

"'Alam fisik hanyalah perpanjangan dari pikiran.' Apakah kau benar-benar sudah mencapai level itu? Bagaimana mungkin?" Nozama sekarang terlalu terkejut untuk mempertahankan cengkeraman pada pedangnya.     

Ia telah hidup jauh lebih lama dan melihat lebih banyak dari seorang manusia biasa. Meskipun ia telah menemukan konsep metafisik yang tak terhitung jumlahnya di masa hidupnya, ia sendiri belum pernah menciptakan salah satunya. Dia memang tidak bisa melakukannya walau dia menginginkannya.     

Misalnya, level pikiran yang disebutkan Link adalah sesuatu yang sudah lama ingin dicapai oleh Nozama. Sayangnya, semua upayanya selalu berakhir dengan kegagalan.     

Sebagai seseorang yang selalu cepat menggunakan kekerasan dan pertarungan, Nozama tidak pernah bisa mengendalikan emosinya. Hasrat keinginannya telah menjadikannya seperti sekarang ini. Namun, mereka juga merupakan penghalang terbesar dalam usahanya untuk mencapai pencerahan.     

Melihat ketentraman yang telah lama diidam-idamkannya di mata seorang lelaki berusia dua puluh tahun di hadapannya membuat Nozama benar-benar terkejut.     

Nozama berhasil mendapatkan kembali ketenangannya. Ia lalu memandang Link. Tatapan kilat haus darah kini menyala tidak pasti di matanya.     

"Aku akui kau memang memiliki bakat yang luar biasa. Ada kelenturan tertentu dalam pikiranmu yang memungkinkanmu untuk tetap tenang dan fokus. Sesuatu yang sepertinya tidak bisa aku peroleh. Sayang sekali, kau harus menemui akhir hidupmu di sini. Jika tidak, kau akan menjadi makhluk fana pertama yang memasuki alam dewa. Sungguh sayang…"     

Nozama menggelengkan kepalanya seolah ia benar-benar menyesali apa yang akan ia lakukan terhadap Link. "Kurasa aku seharusnya tidak terlalu terkejut putriku telah memilihmu menjadi pasangannya. Bagaimanapun, kemampuan garis keturunannya memungkinkannya untuk membuat keputusan sebaik mungkin dalam situasi apa pun. Oh, sungguh sangat disayangkan..."     

Nozama lalu mundur selangkah, menarik pedangnya menjauh dari Link. Ia kemudian menatap pemuda di depannya dan berkata, "Seseorang sepertimu layak untuk mati secara terhormat. Ayo, aku akan memberimu kesempatan untuk bertarung denganku dengan semua yang kau miliki!"     

Link menusuk Pedang Syair Bulan Purnama ke tanah, bersandar padanya sambil mencoba untuk tetap berdiri tegak. "Nozama, tahukah kau mengapa aku bisa tetap setenang ini?"     

"Hhm?" Secara naluriah, Nozama merasa ada yang tidak beres.     

Detik berikutnya, tiba-tiba Link menjulurkan telapak tangannya ke belakang. Kilatan cahaya menyebar darinya, membungkus Pelindung Romeon dan dua Iblis yang masih pingsan. Link telah merapal mantra teleportasi pada mereka.     

Hal yang paling mengejutkan kemudian terjadi. Ketika cahaya putih memudar, baik Romeon dan iblis telah menghilang. Mereka telah berhasil pindah dari tempat itu.     

"Mustahil! Aku sudah menyegel ruang di sekitar sini. Kau seharusnya tidak bisa melakukan itu!" kata Nozama dengan tak percaya.     

"Benar, aku tidak bisa merapal mantra spasial apa pun sekarang. Tapi, kau terus mengoceh begitu lama sampai-sampai aku tidak tega mengganggumu!" Ada ekspresi puas di wajah Link. Ia sekarang siap untuk bertarung dengan Nozama sampai akhir.     

"Oh, aku mengerti. Jadi, seperti itu!" Nozama akhirnya mengerti apa yang baru saja terjadi. "Pelindung alam itu. Ia mengambil sebagian beban Penolakan Dimensi yang telah membebanimu. Ia adalah Master Legendaris serta Pelindung yang diakui oleh dunia ini. Dengan menjamin keberadaanmu, alam secara alami berhenti menolakmu. Kalau memang begitu, berarti kau sekarang berada dalam kekuatan penuhmu."     

Kekuatan Esensi Alam Murni sekarang mengalir di dalam diri Link. Kekuatan itu kemudian membentuk lapisan kristal tipis di sekitar tubuhnya, membuatnya tampak seperti dewa.     

Kekuatannya telah kembali ke tahap pertengahan Level 13, sementara Nozama berada di sekitar tahap awal Level 14. Masih ada celah kekuatan yang mencolok di antara mereka, tetapi Link mengenal kekuatan dan kelemahan lawannya dengan baik. Masih ada kesempatan baginya untuk keluar sebagai pemenang.     

"Kelihatannya begitu," jawab Link. Suaranya terdengar sejernih logam sebagai akibat dari kekuatan penuhnya. "Kita mungkin tidak bisa saling merapalkan mantra dari tempat kita berdiri. Kini semuanya tergantung pada pedang siapa yang tercepat. Pedangku atau pedangmu."     

Wajah Nozama tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut. Ia dengan perlahan memutar-mutar pedang Petaka Pahlawan-nya di tangannya, mengikuti garis perak di udara.     

Ia tertawa mengerikan. "Hahaha, baiklah. Seperti yang dijanjikan, aku akan membiarkanmu mati secara terhormat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.