Dunia Online

Mengejar Kemenangan



Mengejar Kemenangan

0Melihat jenderal utama mereka tewas tepat di depan mata mereka benar-benar merupakan sebuah pukulan besar bagi pasukan Mongol. Bahkan sebelum mereka dapat bereaksi, Er'Lai, yang masih menerjang, mulai kembali melakukan tugasnya.     

"Bunuh!"     

Melihat Jenderal Legiun mereka telah menunjukkan kemampuannya, anggota Korps Pengawal yang mengikuti dari belakang mulai meledak. Wajah mereka semua menjadi memerah oleh semangat saat mereka semakin meningkatkan kecepatan mereka. Mereka akan bekerja lebih keras lagi untuk menghancurkan pasukan belakang musuh.     

Pertempuran ini berjalan semakin sengit.     

Semangat pasukan Xia Raya meningkat, tapi pasukan Mongol mulai menunjukkan rasa takut. Hantaman yang datang bertubi-tubi telah melemahkan kepercayaan diri kavaleri Mongol.     

Panglima mereka yang begitu kuat saja langsung terbunuh dalam satu serangan.     

Mereka sekarang telah menjadi kawanan prajurit tanpa pemimpin. Pasukan Mongol, yang tidak menyatu, tentu tidak bisa menahan serangan Korps Pengawal Xia Raya.     

Wajah Zhang Hongfan benar-benar terlihat buruk. Begitu Bayan tewas, takdirnya sudah bisa dipastikan. Masalahnya, apa yang harus dia lakukan sekarang.     

Demi menyelamatkan Bayan, dia hanya berhasil mengumpulkan 20 ribu prajurit dan telah bergegas untuk membantu Bayan. Masih banyak pasukan yang sedang berkumpul di dalam barak, dan mereka masih butuh waktu sebelum dapat memberikan bala bantuan.     

Sama seperti penilaian Bayan, di mata Zhang Hongfan, ke-10 ribu kavaleri elit mereka dapat bertahan selama setengah jam, ini sudah cukup bagi Zhang Hongfan untuk membawa pasukan dan memberi bala bantuan.     

Siapa sangka ternyata kelompok Pengawal Pribadi ini ternyata hancur dengan begitu mudah.     

Hanya memikirkan hal itu saja sudah membuat Zhang Hongfan merinding. Ada sebuah sensasi dingin yang masuk ke hatinya dan membuatnya gemetar.     

Korps Pengawal Xia Raya tidak memberi Zhang Hongfan banyak waktu untuk berpikir.     

Terjangan kavaleri yang sangat cepat bagaikan sebuah kilat, yang menyapu seluruh rimba belantara, memancarkan niat dan aura membunuh saat mereka bergerak seperti tsunami.     

Setiap tempat yang dilewati oleh mereka, musuh-musuh mereka akan tewas.     

Para prajurit Mongol bahkan tidak memiliki waktu untuk mengambil mayat dari panglima mereka yang terbunuh sebelum akhirnya diinjak-injak oleh Korps Pengawal, dan menjadi satu dengan tanah yang ada di bawah.     

Tepat di saat itu, angin dingin mulai bertiup.     

Jubah hitam dari Korps Xia Raya mulai bersuara karena ditiup angin, dan rumbai yang terpasang di helm mereka ikut menari bersama angin, dan menjadi pemandangan yang paling menyolok di bawah langit malam.     

Rumbai ini bukan hanya sebuah hiasan, karena benda ini sebenarnya sangat bermanfaat dalam pertempuran.     

Ambil contoh pertempuran yang terjadi saat ini, Er'Lai tengah menyerbu di posisi depan. Para prajurit yang menyusul di belakang dapat menggunakan rumbai tersebut untuk melihat arah serangan dan membedakan sekutu dari musuh, serta mereka bahkan dapat menggunakannya untuk merasakan arah tiupan angin.     

Dalam sekejap mata, kedua pasukan ini bagaikan dua air bah yang saling menghantam satu sama lain.     

Akibat keterkejutan Zhang Hongfan, pasukan Mongol tidak memiliki seorang panglima. Beberapa prajurit menyerbu ke depan sementara beberapa berbalik mundur, siap untuk melarikan diri.     

Seluruh medan tempur benar-benar menjadi kacau.     

Tepat di saat inilah, matahari jingga akhirnya tenggelam di balik cakrawala, yang menghilangkan sisa-sisa dari senja hari. Dunia kini menjadi gelap, seakan tidak kuasa untuk melihat pembantaian yang terjadi.     

Anehnya, begitu matahari tenggelam, rembulan yang terang menggantung tinggi di angkasa, memancarkan sebuah cahaya putih yang lembut namun menyolok ketika bulan itu terus menyinari dunia.     

Ini adalah sebuah malapetaka bagi pasukan Mongol. Langit malam bukanlah jimat pelindung mereka. Sebaliknya, ini menjadi sumber cahaya terbaik bagi Korps Xia Raya.     

Di dalam cahaya itu, Korps Xia Raya bagaikan hantu, menyerbu tepat ke tengah pasukan Mongol. Hanya dalam waktu kurang dari tiga serangan, formasi pasukan Mongol berhasil dirobek-robek oleh para prajurit Xia Raya, dan membuat pasukan Mongol berlarian ke seluruh penjuru.     

'Hu!'     

Er'Lai menghembuskan udara berwarna putih dari mulutnya. Saat ini, tubuhnya tengah basah oleh keringat. Bahkan seorang jenderal ganas sepertinya juga merasa kelelahan setelah melewati pertempuran seperti barusan.     

Terutama setelah membunuh dua orang jenderal Mongol secara berturut-turut. Sekilas, hal itu terlihat mudah, tapi ini menghabiskan sebagian besar stamina Er'Lai.     

Ketika Er'Lai melihat hal tersebut, dia memutuskan bahwa ini sudah cukup dan memerintahkan para prajuritnya agar beristirahat dan mulai membentuk formasi.     

Serbuan bertubi-tubi ini benar-benar menghabiskan energi Korps Pengawal Xia Raya, terutama bagi para kuda. Di dalam pertempuran sesengit itu, beberapa kuda sudah mulai terengah-engah dan mengeluarkan busa dari mulutnya.     

Jika mereka tidak beristirahat, maka kuda-kuda ini akan mati kelelahan.     

"Kirimkan peluru suar kepada kota dan katakan bahwa Bayan telah tewas, serta garis depan musuh telah dihancurkan. Meminta perintah, terus menyerang atau mundur." Kata Er'Lai memberi perintah.     

Perintah militer terdengar rumit, tapi mereka telah merencanakan tanda yang mereka butuhkan sejak awal.     

Karena itulah, sebuah peluru suar berwarna merah ditembakkan ke angkasa, yang melambangkan keberhasilan misi mereka. Diikuti dengan dua peluru suar berwarna kuning yang menandakan bahwa pasukan garis depan musuh telah hancur, dan mereka membutuhkan perintah lebih lanjut.     

…     

Kota Lin'an, Gerbang Selatan.     

Selain Wuqi, yang memberi komando pada seluruh pasukan, Ouyang Shuo, Xiong Ba, Wen Tianxiang, dan para anggota Dewan Agung yang lain juga ada di sana.     

Melihat ke arah peluru suar yang naik ke udara, Ouyang Shuo menunjukkan ekspresi puas. Seperti yang diharapkan, Er'Lai tidak mengecewakan dirinya dan berhasil memenangkan pertempurannya.     

"Korps Pengawal Xia Raya benar-benar pantas mendapatkan reputasi mereka!" Sambil tersenyum Xiong Ba memberi selamat.     

Wen Tianxiang diam-diam mengepalkan tangannya. Saat ini, wajahnya dipenuhi berbagai perasaan dan kekaguman. Tubuhnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bergetar saat dia melihat Ouyang Shuo dengan penuh hormat dan pengakuan.     

Kekuatan pasukan pemain benar-benar mengejutkan Wen Tianxiang dan membuat dirinya tunduk.     

Ouyang Shuo tersenyum, dan berbalik untuk menatap Wuqi, "Bayan telah terbunuh, dan pasukan garis depan Mongol telah runtuh. Ini waktunya memperbesar kemenangan kita, bagaimana menurutmu?"     

Karena Wuqi telah diangkat sebagai panglima, Ouyang Shuo tentu harus menunjukkan sedikit rasa hormat kepada Wuqi.     

Wuqi mengangguk, "Raja Xia memang benar. Sang langit membenci bangsa Mongol. Rembulan bersinar begitu terang, sehingga kita masih dapat bertempur. Karena Bayan telah tewas, pasukan Mongol tidak lagi memiliki pemimpin dan tidak akan bisa melawan!"     

"Jenderal, Anda dapat memberi perintah dengan tenang!" Kata Ouyang Shuo sambil tersenyum.     

Wuqi mengangguk dan mulai membuat rencana. Karena Bayan telah terbunuh, sayap timur dan barat tidak perlu meneruskan pengepungan. Wuqi memerintahkan mereka untuk segera kembali dan membunuh semua musuh yang ada di sekitar mereka.     

Er'Lai akan memimpin pasukan bergerak ke selatan untuk merebut barak selatan dari pasukan Mongol.     

Selain menggerakkan kavaleri keluar dari kota, Wuqi menggerakkan pasukan di dalam kota untuk menyerbu keluar dan bekerja sama dengan pasukan kavaleri demi menghancurkan barak-barak pasukan Mongol.     

Sejujurnya, ini merupakan hal yang sedikit berisiko. Bagaimanapun juga, mereka sekarang sedang bertempur di malam hari. Namun, jika mereka berhasil, imbalan yang didapat akan jauh lebih besar dari yang mereka harapkan.     

Ketika Ouyang Shuo melihat hal itu, dia tidak menentang.     

Waktu yang genting memerlukan langkah yang drastis. Keuntungan sekecil ini masih tidak cukup untuk merubah arah pertempuran, dan pasukan utama Mongol juga masih hidup. Karena itulah, mereka perlu memperbesar kemenangan mereka, dan mereka harus melakukannya dengan cepat.      

Karena pasukan Mongol saat ini tidak memiliki pemimpin, ini merupakan waktu terbaik untuk menyerang. Mereka dapat meningkatkan rasa takut di dalam hati musuh dan memaksa mereka menjadi hancur total.     

Jika tidak begitu, ketika Kubu Song Selatan tidak memberikan tekanan yang cukup bagi pasukan Mongol, maka mereka akan kembali sadar, dan semua kerja keras menjadi sia-sia.     

Seperti yang bisa diharapkan dari seorang Jenderal Dewa seperti Wuqi. Dia dapat melihat seluruh medan tempur dengan sangat jelas.     

Dalam waktu kurang dari lima menit, perintah yang baru telah dikirimkan melalui peluru suar. Ini juga merupakan salah satu senjata rahasia pasukan pemain. Jika tidak, mereka tidak akan mampu untuk mengirimkan perintah di malam hari seperti ini.     

…     

Begitu perintah militer diberikan, 180 ribu prajurit Song Selatan menggunakan sinar rembulan untuk memulai pembantaian di dalam rimba belantara.     

Er'Lai memimpin 30 ribu Korps Pengawal Xia Raya. Zhang Shijie memimpin 50 ribu kavaleri elit dan terus mengikuti dari belakang mereka. Pasukan yang besar ini kemudian menerjang masuk ke dalam Kemah Selatan Pasukan Mongol.     

Kemah Selatan Pasukan Mongol saat ini benar-benar kacau balau.     

Karena ada beberapa prajurit yang telah melarikan diri dari garis depan, para prajurit kemah selatan sudah tahu bahwa Bayan panglima mereka telah tewas dalam pertempuran. Jenderal Zhang Hongfan juga menghilang di dalam kekacauan.     

Kegagalan bertubi-tubi ini nyaris membuat para prajurit kemah selatan menjadi hancur.     

Sebagai sebuah pasukan tanpa pemimpin berarti para prajurit kemah selatan benar-benar tidak bisa apa-apa. Di bawah serangan pasukan yang dipimpin oleh Er'Lai, nasib para prajurit itu sudah dapat dibayangkan.     

Hancurnya kemah selatan hanya tinggal masalah waktu.     

Selama jalannya proses itu, sudah ada kavaleri Mongol yang tengah melarikan diri menuju kemah timur dan barat.     

Ketika Er'lai melihat hal itu, dia tidak menghentikan mereka. Ketika para prajurit itu bergerak ke arah kemah timur dan barat, tindakan mereka bukan saja tidak berguna, tapi hal ini malah akan semakin menyebarkan ketakutan yang akan mengacaukan seluruh pasukan Mongol.     

…     

Di saat yang bersamaan, Lianpo dan Zhao Zhuang memimpin kedua pasukan sayap dan baru akan mengepung kemah selatan Mongol. Tepat ketika mereka baru akan melakukan hal tersebut, mereka sudah menerima perintah untuk berbalik arah dan mulai membantai musuh di kemah barat dan timur.     

Lianpo memasang ekspresi kesulitan di wajahnya. Ketika mendengar pekikan perang yang menyebar dari arah kemah selatan, dia kemudian berkata dengan nada rendah, "Sampaikan perintahku, pasukan depan berubah menjadi pasukan belakang, dan pasukan belakang berubah menjadi pasukan depan. Sasaran kita adalah kemah barat."     

"Baik jenderal!"     

Lianpo merupakan jenderal yang berharga diri tinggi. Dia tidak rela membiarkan Korps Pengawal Xia Raya untuk mengambil semua jasa.     

Pada malam ini, pasukan Teritori Handan tidak akan mundur begitu saja. Di belakang mereka berjatuhan banyak kavaleri Mongol dari kemah barat. Sebuah malam pembantaian sudah tidak terhindarkan lagi.     

Zhao Zhuang juga memimpin pasukan sayap timur untuk melakukan pertempuran yang sama dengan Lianpo di kemah timur.     

…     

Berita kematian Bayan menyebar dengan cepat ke seluruh kemah timur dan barat lalu secara perlahan menyebar ke utara. Ini benar-benar mengguncangkan semangat tarung pasukan Mongol.     

Haruskah mereka mengirim prajurit untuk membalaskan dendam sang panglima atau haruskah mereka melindungi barak ini sampai sinar matahari muncul?     

Tidak ada yang bisa memberikan jawaban kepada mereka.     

Semua orang hanya dapat bertarung demi diri mereka masing-masing. Beberapa memilih menyerang, beberapa memilih bertahan, dan beberapa bahkan mengalami konflik internal karena perbedaan pendapat.     

Tepat ketika pasukan Mongol sedang dilanda keraguan, keempat gerbang Kota Lin'an kembali terbuka.     

Lebih banyak prajurit yang keluar dan menyerbu kemah timur dan barat.     

Benar sekali. Wuqi mengambil risiko, tapi dia bukan orang bodoh. Dia tahu bahwa dirinya harus menyerang ketiga kemah dan membiarkan satu kemah, dia kemudian menggerakkan pasukan untuk menyerang kemah timur, barat dan selatan lalu membiarkan kemah utara begitu saja.     

Hal ini malah akan semakin mempercepat kekalahan pasukan Mongol karena mereka sekarang memiliki jalan keluar.     

Malam ini telah ditakdirkan untuk menjadi malam yang sangat kacau.     

Di bawah langit malam, pekikan perang, derap kaki kuda, dan jeritan bercampur menjadi satu, sehingga menyebabkan rimba belantara yang awalnya damai menjadi begitu ramai sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat tertidur.     

Di penghujung malam, kemah timur dan barat telah dilalap oleh api. Para prajurit Song Selatan menggunakan kondisi pertempuran yang kacau untuk menyalakan api di mana-mana dan susah siap untuk membakar seluruh kemah musuh.     

Seperti dugaan Wuqi, karena Bayan dan Zhang Hongfan tidak ada untuk memimpin kemah utara dan karena sekarang juga masih malam, para prajurit di sana tidak berani keluar dari kemah mereka dan hanya memilih untuk bertahan di sana.     

Api yang membara menyinari separuh langit, dan berbagai jeritan mulai muncul dari dalam api. Hanya api saja yang berguncang ditiup angin malam sehingga mengaburkan wajah orang-orang.     

Di malam se-spesial ini, siapa yang bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.