Dunia Online

Tewasnya Bayan



Tewasnya Bayan

0Bayan mempertimbangkan hal tersebut, dan pada akhirnya, dia tidak bersedia untuk mundur begitu saja. Melarikan diri tanpa bertempur merupakan sebuah hal yang sangat memalukan bagi seorang pejuang Mongol dan Bayan tidak bisa menerima hal tersebut.     

"Kumpulkan seluruh pasukan dan bersiaplah untuk menghadapi pasukan musuh!" Perintah Bayan.     

Zhang Hongfan benar-benar tidak berdaya dan hanya bisa mengikuti perintah itu.     

Bangsa Mongol disebut-sebut menyerang Lin'an dengan pasukan sebesar satu juta orang, tapi sejujurnya, hanya ada sekitar 600 ribu prajurit yang berada di dalam keenam markas mereka. Setelah bertempur berulang kali, mereka telah kehilangan nyaris 100 ribu prajurit.     

Dalam sekejap mata, selain ke-200 ribu prajurit yang mempertahankan sisi utara, hanya tersisa 100 ribu prajurit di ketiga sisi lainnya.     

Ini juga berarti bahwa bahkan jika Bayan mengumpulkan seluruh pasukan yang ada di sisi selatan, dia hanya bisa mengumpulkan 100 ribu prajurit. Terlebih, pasukan mereka baru saja mundur dari garis depan dan kembali ke kemah mereka masing-masing. Untuk kembali mengumpulkan mereka merupakan hal yang luar biasa sulit.     

Karena waktu adalah kunci, Zhang Hongfan hanya bisa mengumpulkan sepuluh ribu kavaleri elit, yang juga termasuk Pasukan Pengawal Pribadi milik Bayan dan dirinya sendiri. Jika tidak, dia bahkan tidak akan bisa mengumpulkan 10 ribu prajurit.     

"Itu cukup!"     

Akan tetapi, Bayan benar-benar merasa percaya diri. Di matanya, selama mereka berhasil mengusir gelombang serangan yang pertama, maka prajurit mereka yang lain akan dapat berkumpul dan mengepung musuh.     

Siapa yang akan menang atau kalah masih belum bisa diketahui.     

Selagi Zhang Hongfan sedang sibuk mengumpulkan pasukannya, pasukan Er'Lai telah berhasil menerobos lapisan terakhir. Dalam sekejap mata, Bayan dan yang lain dapat melihat musuh yang menyerbu tepat ke arah mereka dengan bendera naga emas milik Xia Raya yang berkibar ditiup sang angin.     

Bayan baru akan memerintahkan pasukannya untuk menyerbu ke arah musuh ketika seorang utusan bertubuh kurus tiba-tiba berlari dari samping, "Panglima, ini gawat. Sayap timur dan barat mengirimkan peringatan bahwa pasukan kavaleri yang besar telah menyerbu keluar dari kota dan tengah bergerak ke arah selatan."     

"Apa?"     

Jantung Bayan merasa terguncang; ekspresinya langsung berubah, dan seluruh tubuhnya menjadi kaku.     

Melihat ke arah pasukan musuh yang sudah semakin nampak, wajah Bayan menjadi luar biasa buruk. Bahkan jika dia ingin melarikan diri saat ini, semuanya sudah terlambat. Dalam waktu sesingkat itu, seterlatih apa pun kavaleri Mongol, mereka tetap tidak akan bisa berbalik dan melarikan diri.     

Jika benar-benar bertindak seperti itu, maka begitu pasukan musuh berhasil menyusul, mereka akan berada dalam kondisi yang kacau. Yang lebih buruk lagi, jika mereka mundur sekarang, barak yang ada di belakang mereka juga akan hancur bersama dengan mereka.     

Satu keputusan yang buruk dapat menyebabkan keruntuhan besar-besaran.     

Seperti yang diharapkan dari seorang Bayan, yang merupakan jenderal terkenal dari Mongol. Dia dengan cepat membaca semua kaitan erat dalam setiap aspek yang ada.     

Dengan tidak berdaya, dia hanya bisa menggertakkan giginya dan bergerak maju. Seperti kata pepatah, 'Di jalan yang sempit, yang lebih beranilah yang akan menang.' Mereka hanya bisa bertahan melawan gelombang serangan pertama dari musuh dan menunggu pasukan di dalam kemah untuk berkumpul sebelum membuat rencana lain.     

"Semua unit, serbu!"     

Dengan cepat, Bayan memberi perintah.     

Tiba-tiba, suara gemuruh derap kaki kuda terdengar, dan seluruh tanah terasa berguncang.     

Di bawah langit senja yang berwarna jingga, kedua pasukan kavaleri saling menerjang dan siap untuk bertempur sampai mati. Mungkin itu hanyalah ilusi, tapi pada saat itu, bahkan langit senja juga terlihat penuh energi jahat dan berubah menjadi warna merah darah.     

Bayan tidak menyerbu ke depan. Sebaliknya, dia hanya berdiri di tempatnya dan membiarkan Pasukan Pengawal Pribadinya untuk melindungi dirinya. Di saat yang bersamaan, dia memberikan komando kepada pasukan di garis depan dan mundur ke garis belakang untuk berkumpul di kemah selatan.     

Orang yang memimpin serbuan kavaleri ini adalah seorang jenderal Mongol. Sementara itu, Zhang Hongfan diperintahkan untuk mengumpulkan pasukan belakang.     

Sambil menerjang ke arah musuh, Er'Lai terus menghunus tombak pisau besi miliknya. Sambil menunggangi Luosha, dia menyunggingkan sebuah senyuman yang dipenuhi oleh nafsu haus darah. Dia bergerak tepat ke arah jenderal musuh, sambil menendang ringan perut samping Luosha dengan sepatu boot kanannya.     

Ketika Luosha menerima perintah tersebut, ia tiba-tiba meningkatkan kecepatan, dan dengan segera bergerak maju. Seorang pria dan seekor hewan buas; keduanya telah saling memahami.     

Kecepatan terjangan Luosha jelas mengagetkan pasukan musuh. Dalam waktu singkat, Er'Lai mengayunkan tombak pisaunya dengan gerakan yang terlatih. Dengan bunyi 'Puchi!', bahkan sebelum jenderal musuh dapat bereaksi, dia sudah ditebas menjadi dua bagian, darah pun terciprat ke semua arah.     

Luosha kini basah kuyup oleh darah, tapi hewan roh itu sama sekali tidak peduli. Matanya memancarkan kilau berwarna merah; makhluk ini merupakan hewan ganas sejati yang hanya bisa dijinakkan oleh orang-orang seperti Er'Lai.     

Dalam pertempuran yang singkat itu, Er'Lai berhasil membunuh jenderal musuh dengan mudah.     

Kali ini, semangat pasukan yang tengah menerjang meningkat jauh saat mereka mulai meraung sambil menerjang musuh.     

Sebaliknya, kavaleri Mongol yang angkuh merasa terkejut, karena ini adalah pertama kalinya mereka melihat para prajurit yang lebih brutal dibandingkan dengan mereka.     

Kavaleri Mongol kebanyakan menggunakan zirah ringan, dan mereka sangat ahli dalam hal memanah di atas kuda. Baik ketika menyerang maupun mundur, mereka dapat menembakkan panah sambil menunggang kuda. Selama pertempuran ini berlangsung, hujan panah tidak akan pernah berhenti.     

Sebaliknya, mereka tidak begitu hebat dalam menerjang kavaleri musuh.     

Tanpa membahas aspek-aspek lainnya, tapi hanya dari zirah yang mereka kenakan saja sudah merupakan sebuah celah yang besar. Apalagi dari golok lengkung mereka, yang tidak sebanding dengan tombak kuda yang digunakan oleh kavaleri Korps Pengawal.     

Ketika kedua belah pihak bersiteru, perbedaan kekuatan mereka jelas terlihat.     

Menghadapi terjangan dari 30 ribu kavaleri Korps Pengawal dari Xia Raya, formasi dari 10 ribu kavaleri Mongol langsung dibuat menjadi kacau.     

Dengan Er'Lai sebagai ujung tombak, kavaleri besi Xia Raya berhasil memotong formasi Mongol dan tidak berhenti bergerak maju. Sedangkan untuk pasukan kavaleri yang berhasil mereka lewati, pasukan yang ada di belakang kavaleri Korps Pengawal tentu akan membereskan mereka.     

Jangan lupa bahwa di belakang pasukan Er'Lai terdapat 30 ribu kavaleri Teritori Phoenix Jatuh dan juga 20 ribu kavaleri Song Selatan. Walaupun mereka tidak sehebat pasukan Er'Lai, mereka sudah cukup untuk menghadapi sisa-sisa kavaleri musuh.     

Operasi membunuh jenderal ini menjadikan Er'Lai sebagai pusatnya. Sebelum berangkat, Ouyang Shuo telah memerintahkan bahwa berhasil tidaknya mereka membunuh Bayan akan bergantung kepada Er'Lai.     

Er'lai tidak ingin mengecewakan sang Raja.     

Setelah merobek-robek pertahanan musuh, baik Er'Lai maupun Luosha, keduanya telah dilumuri oleh darah. Mereka terlihat bagaikan sepasang iblis yang telah merangkak keluar dari dalam neraka, terlihat begitu jahat dan mengerikan.     

Er'Lai sama sekali tidak peduli. Matanya terus menatap ke depan saat dia dengan cepat mencari sasarannya. Dengan sangat cepat, di bawah perlindungan Pasukan Pengawal Pribadinya, Bayan, yang sedang melarikan diri, telah masuk ke dalam jarak pandang Er'lai.     

"Haha, Bayan jangan mimpi bisa kabur. Aku ada di sini untuk mencabut nyawamu!"     

Mata Er'lai langsung berkilat-kilat. Luosha yang sedang ditungganginya sama sekali tidak perlu diperintah olehnya. Hewan roh ini segera menerjang maju.     

…     

Bayan tengah menunggangi kudanya. Jika melihat lagi ke arah belakangnya, wajahnya berubah menjadi sangat buruk. Dia tidak mengira bahwa pasukan musuh akan begitu kuat dan mampu merobek pertahanan mereka hanya dalam satu serangan.     

Ini belum pernah terjadi dalam pertempuran-pertempuran sebelumnya.     

Kali ini, Bayan benar-benar sangat ketakutan, dan dia tidak berani untuk tinggal lebih lama lagi. Di bawah perlindungan Pasukan Pengawal Pribadinya, dia segera melarikan diri dan bersiap untuk berkumpul dengan pasukan utama.     

Entah berapa banyak pasukan yang berhasil dikumpulkan Zhang Hongfan?     

Tepat di saat itulah, sebuah raungan terdengar dari belakang Bayan. Di dalam Earth Online, Gaia memiliki software penerjemah tersendiri, dan itulah alasan kenapa Bayan dapat memahami kata-kata Er'lai. Wajahnya menjadi terlihat semakin buruk.     

Sebagai salah satu dari sedikit jenderal hebat di dalam pasukan Mongol, Bayan tidak kekurangan keberanian untuk bertempur melawan musuh. Dia benar-benar ingin membalikkan kudanya dan bertarung melawan pria besar yang mengejar di belakangnya.     

Namun, sebagai seorang panglima, akal sehatnya mengingatkan Bayan bahwa dia tidak boleh melakukan hal itu. Bayan hanya bisa mencambuk kudanya dan berusaha secepat mungkin meloloskan diri.     

Tanpa daya, semakin cepat Bayan melarikan diri, semakin cepat pula Er'Lai mengejar dirinya.     

Kuda perang Mongol tidak memiliki tubuh yang besar dan terkenal karena staminanya. Namun dalam hal kecepatan, mereka tidak lebih baik dari Kuda Perang Qingfu milik Xia Raya yang digunakan oleh Korps Pengawal.     

Sebaliknya, mereka malah lebih lambat karena Kuda Qingfu terkenal karena kecepatan mereka.     

Melihat Bayan sudah berada dalam jarak pandangnya, Er'Lai tidak bisa lagi menahan diri, sehingga dia segera mengaktifkan kemampuan khususnya. Karena itulah, Pasukan Xia Raya yang sudah secepat angin semakin bertambah cepat, dan mereka mulai berhasil menyusul Bayan.     

Ketika Er'Lai melihat hal itu, dia tidak bisa menahan seringainya. Tidak lama lagi dia akan berhasil menyelesaikan misinya.     

Tepat di saat itulah, suara derap kuda terdengar dari arah depan. Pasukan Zhang Hongfan akhirnya tiba. Sebelum mereka tiba, sebuah hujan panah telah menghujani kepala pasukan Korps Pengawal.     

Menembakkan panah sambil berkuda merupakan keahlian khusus dari kavaleri Mongol.     

Ketika Bayan melihat hal tersebut, dia menghembuskan napas lega. Dia tersenyum dengan ekspresi seakan baru lolos dari maut. Jika dia benar-benar tertangkap oleh musuh, sekuat apa pun dirinya, kemungkinan besar dia akan mati.     

Ketika Er'lai melihat hal itu, dia dipenuhi oleh rasa kesal. Dia tidak ingin menyerah begitu saja. Hujan panah yang dikirimkan oleh musuh sangatlah kuat, sehingga menyebabkan baik manusia dan kuda menjadi terjungkir.     

Tujuan Zhang Hongfan sangatlah sederhana. Dia ingin menggunakan hujan panah ini untuk mencegak Korps Pengawal bergerak maju dan menyelamatkan Bayan.     

"Tidak, kita tidak boleh menyerah begitu saja." Er'Lai bukanlah orang yang mudah menyerah, dan matanya memancarkan kilauan yang tajam, "Semua unit, tambah kecepatan!"     

Benar-benar seorang Er'Lai.     

Di saat-saat terpenting, dia malah bergerak maju dan bukan mundur, dia terus berada di barisan terdepan formasi pasukan.     

Melihat Jenderal Legiun mereka yang begitu gagah berani, para prajurit Korps Pengawal Xia Raya akhirnya meledak. Mereka semua mulai meraung, sambil mengesampingkan nyawa mereka sendiri saat mereka terus bergerak maju.     

Kali ini, Zhang Hongfan dan Bayan benar-benar terkejut. Mereka belum pernah melihat sebuah pasukan yang sama sekali tidak memedulikan nyawa mereka sendiri.     

"Cepat, lindungi panglima!"     

Zhang Hongfan tidak berani memandang enteng musuh saat dirinya menerjang ke depan.     

Jika Bayan terbunuh, maka berdasarkan hukum militer bangsa Mongol, bahkan jika Zhang Hongfan bertahan hidup, Kubilai Khan sendiri yang akan memenggal kepalanya. Karena itulah, tidak peduli sesulit apa pun, Zhang Hongfan harus menyelamatkan Bayan.     

Zhang Hongfan bereaksi dengan cepat tapi Er'Lai jauh lebih cepat.     

Hanya dalam beberapa kedipan mata, Er'Lai akhirnya berhasil menyusul. Dia mengacungkan tombak pisau di tangannya dan menebas ke bawah.     

"Lindungi panglima!"     

Ketika Pasukan Pengawal Pribadi Bayan melihat hal tersebut, mereka semua melompat ke depan Bayan dan membentuk dinding manusia.     

'Hmph!"     

Ekspresi Er'Lai sama sekali tidak berubah. Dia bekerja sama dengan Luosha sehingga begitu tombak pisau itu mendarat, maka sebuah kepala akan jatuh. Bahkan Pasukan Pengawal Pribadi Bayan yang tangguh sekalipun sama sekali tidak ada bedanya dengan sekumpulan bocah di hadapan Er'Lai.     

Pada titik ini, Korps Pengawal Xia Raya juga akhirnya berhasil menyusul.     

Ketika Er'Lai melihat hal tersebut, dia tidak membuang-buang waktu lagi, dia segera memutari Pasukan Pengawal Pribadi Bayan dan terus mengejar Bayan.     

Sepertinya Bayan akan segera berkumpul dengan pasukan utamanya.     

Er'Lai sama sekali tidak gentar, dan Luosha juga dapat merasakan hasrat dari tuannya. Walaupun ia telah bergerak dengan kecepatan tinggi dalam jarak sejauh itu, ia kembali meningkatkan kecepatannya.     

Dengan bunyi 'Hu!', Luosha melompat, dia membawa Er'Lai mendarat tepat di belakang Bayan.     

"Panglima, awas!"     

Ketika Zhang Hongfan melihat kejadian itu, matanya terbelalak.     

Bayan dengan reflek segera berbalik, dan hanya melihat sebuah tombak pisau berwarna hitam yang menjadi semakin besar di depan matanya.     

'Puchi!"     

Bahkan sebelum Bayan dapat bereaksi, otaknya telah dibelah oleh tombak pisau tersebut.     

Darah terciprat, cairan otak pun mengalir.     

'Duak!', Bayan jatuh dari kudanya. Seorang jenderal besar satu zaman telah tewas begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.