AKU BERBEDA

#Sebuah Kekuatan (Jack)



#Sebuah Kekuatan (Jack)

0---     

Suara parau itu terdengar keras ditelingaku. Ayah, ya dia berteriak dengan sangat keras. Jikalau ini memang akhir dari ceritaku, apa boleh buat. Aku hanya bisa pasrah saat ini.     

Aku tertekan saat ini hanya tinggal menunggu berberapa detik saja, aku pasti akan bertemu dengan malaikat yang akan membawaku ketempat dimana aku tidak akan pernah bertemu lagi dengan ayahku, dan semua orang yang aku kenal dan aku sayangi. Aku akan pergi meninggalkan semuanya.     

Aku sangat panik sekarang dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan , entah mengapa tiba-tiba tanganku yang sebelumnya menutupi telingaku mulai terayun kesamping tepatnya kearah dimana truk itu akan melindasku. Tangan kananku, ya tangan kananku yang mengarah pada truk itu. Dan kini aku hanya bisa pasrah dan berserah karena jarak truk itu kini rasanya cuma tinggal 30 cm dariku.     

"Jackkkkkk!!!"     

Kumendengar teriakkan itu, aku rasa teriakan itu adalah teriakan terakhir darinta. Kepala ku sangat pusing dan telingaku berdenging sehingga aku tidak dapat mendengar apapun, hanya suara "Ngingggg" yang menyelubungi seluruh pendengaranku sekarang.     

5...     

4...     

3...     

2...     

1...     

"Brakkkk"     

Aku rasa sekarang saatnya untuk aku pergi, dan hanya menunggu makhluk bersayap untuk menjemputku. Aku rasa ini adalah akhir dari cerita ku ya cerita Jack Marshon. Aku terdiam saat ini, masih terdiam, dan juga masih tetap terdiam.     

"Jack, jack" kudengar suara ayah memanggilku disertai dengan hentakan suara kaki yang berlari mendekatiku. Ikhlaskan aku ayah ini memang saatnya aku pergi.     

"Jack, kamu tidak apa-apa nak?"     

Hentakkan tangan dipundak itu mengagetkanku dan membuatku membuka mata spontan dengan lebar.     

Aneh aku masih berada di tempat yang sama, dan hentakkan tangan itu bukan malaikat yang akan menjemputku, melainkan hentakkan itu dari tangan ayahku.     

Tunggu apakah aku sudah mati?. Tetapi aku masih bisa merasakan pelukkan ayah sangat erat di badanku hingga aku sulit bernafas.     

"Yah apakah aku sudah mati? Tetapi mengapa ayah bisa memelukku, atau jangan-jangan ini hanya sebuah ilusi?"     

Ku melepaskan pelukkan itu dari ayahku lalu kuberdiri di depannya sambil mencubit pipiku.     

"Awww, sakit. Hahh aku belum mati, benarkah aku belum mati"     

Ku bersorak gembira dan aku teringat akan sesuatu.     

"Truknya?" Kumelihat kearah truk yang sekarang berada di sampingku, dengan kondisi remuk dibagian depan di kepala truk tersebut dan kumelihat supir yang sedang tidur didalamnya, tepatnya pingsan. Aku menggigit jariku dan ayah menghampiriku. Kumelihat kesekeliling untuk memastikan bahwa kejadian itu tidak terlihat oleh siapapun.     

Ayah menarik tanganku dan dengan cepat membawaku masuk kedalam rumah. Tunggu, apa yang sedang terjadi sekarang? Apakah aku baru saja menghentikkan truk yang melaju kencang itu hanya dengan tangan kananku? Hell no. Whats going on with me?     

"Jack, duduklah sebentar" ayah memintaku untuk duduk di sofa ruang tamu, begitupun ayah juga duduk di sampingku.     

"Kita harus pindah dari sini, dan memulai kehidupan baru lagi"     

"Apa!, pindah lagi, ayah ini sudah bukan pertama kalinya untuk kita pindah, kita sudah pindah lebih dari 5 kali yah! Ayohlah." Aku memohon kepadanya dan ada satu pertanyaan yang terbesit di kepalaku.     

"Apakah ayah mau bercerita kepadaku tentang bagaimana aku melakukan itu barusan, aku tahu pasti ayah tahu dan mengetahui alasan mengapa aku bisa melakukan hal mustahil itu, karena aku melihat ayah, seperti tidak asing lagi dengan apa yang baru saja aku lakukan. Katakan!"     

Aku berbicara dengan nada agak tinggi karena aku kesal. Serius aku kesal sekarang. Kalau kamu berada disini pasti kamu juga akan mempertanyakan hal yang sama, dan pasti akan mengintrogasiku.     

Dia mulai mendekatkan duduknya kearahku dan mulai membuka mulutnya, seakan aku tidak sabar dengan apa yang akan dia katakan.     

Ayah memegang pundakku dengan kedua tanganya dan berkata padaku.     

" Kita hanya menumpang disini, maksut ayah di bumi ini. Kita berasal dari planet yang berbeda dan mengapa ayah tidak terkejut sama sekali saat kamu bisa menghentikkan truk itu hanya dengan tanganmu. Karena ayah juga bisa melakukan hal itu, dan ayah juga sudah lama menunggumu untuk bisa menyadari bahwa kamu itu Berbeda, ya berbeda."     

Oooo No. Whats. Aku hanya bisa diam dan terpaku, "Aku Berbeda" sebutan yang sangat tidak ingin aku dengar dari mulut siapapun. Termasuk ayahku, sebutan itu sangat berarti sesuatu dari dalam pikiranku. Aku bingung, apakah ini hanya mimpi?. Apakah aku masih tergolong manusia?     

"Siapakah Aku?"     

***     

---     

Pindah?     

Aku sangat suka dengan tempat ini dan aku rasa disinilah aku bisa bertahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarku. Tidak, aku tidak akan pindah lagi, setelah aku tahu kalau memang aku bukan Manusia!     

Kalimat itu seakan sangat sulit untuk ku utarakan kembali "Manusia".     

Sekarang aku berada dikamar dan duduk diam di tepi ranjang, memikirkan sesuatu yang sangat mustahil yang sekarang aku pikirkan. Please ini hanya diantara kita saja ya, aku sekarang hanya memintamu untuk menyembunyikan identitasku bahwa aku hanya menumpang di bumi kalian.     

Ayahku sedang membereskan bajunya sebelum aku berada dikamarku lima belas menit lalu. Sudah kuputuskan bahwa aku ingin tetap berada, disini di rumah ini. Aku bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar ayah dimana ayah sedang membereskan bajunya dan sudah sangat siap untuk pergi meninggalkan rumah ini.     

Dia melihatku dari bilik pintu dan datang menghampiriku dengan tersenyum hangat kepadaku.     

"Hi jack sudahkah kamu mengemas baju-bajumu?"     

"Belum" ku menjawab dengan kepala sedikit menunduk.     

"Ayolah ayah tahu perasaanmu, tetapi kita memang harus tetap pergi" ayah menjawab  sembari merangkul pundakku dan mengajakku untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu.     

"Ayah aku sudah besar, 17 th bisa menjaga diri. Aku tetap disini!. Titik"     

"Jack.."     

"Ayah, kalau ayah mau pergi maka pergilah, Jack tetap disini. Aku sudah muak dengan semua ini, pindah- pindah membuat pikiranku kacau, dan tidak bisa fokus. POKOKNYA JACK TETAP DISINI." Aku menyelanya dengan nada yang agak keras. Maaf Ayah.     

Aku pergi meninggalkan ayah yang sedang berdiri terpaku di ruang tamu, membiyarkanku pergi. Ayah tidak memanggilku mungkin ayah memang tahu apa yang aku rasakan saat ini. Aku tidak tahu entah mau kemana yang penting untuk saat ini aku ingin bebas dari semua permasalahan yang ada padaku.     

Aku tidak tahu mengapa langkah kakiku membawaku kemari, kumenendang kerikil yang kemudian jatuh di depan danau yang berada di depanku. Tempat ini lumayan jauh dari rumahku, ini adalah tempat dimana aku selalu meluapkan semua perasaanku, sedih, senang, susah, dan seperti perasaanku saat ini. Campur Aduk.     

Aku duduk termenung di sebuah batu besar yang berada di tepi dari danau ini.     

"Apakah aku benar bukan Manusia?. Lantas apakah aku ini?"     

Kumelihat tanganku, mencermati dalam-dalam apa yang bisa aku manfaatkan dari kejadian tadi, setelah semuanya menjadi pasangan Puzzle acak yang sulit aku rangkai saat ini.     

Aku masih berpikir bagaimana cara untuk menggunakannya?.     

Kejadian itu terjadi begitu saja tanpa aku sadari.     

.     

.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.