AKU BERBEDA

#Sebuah Serangan (Jack)



#Sebuah Serangan (Jack)

0---     

Ku menyipitkan mata, karena seberkas cahaya menyilaukan mataku. Di mana aku sekarang, yang jelas aku tidak mengetahui di mana keberadaanku sekarang.     

Ku coba untuk bangkit, tetapi rasa nyeri yang berada di punggungku menyita perhatianku untuk aku meringkukkan badanku kedepan dan memegangi punggungku.     

Ku melihat keliling, mengamati tempat apakah ini. Tempat ini begitu sempit, mungkin yang berada di sini hanya satu orang saja. Dan siapa yang mau berada di tempat seperti ini, cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah dari atap yang usang dan rusak, aku rasa ini bukan tempat yang layak untuk di tinggali. Terlebih di saat hujan turun aku yakin seseorang yang berada di sini pergi jauh-jauh dan mencari gua untuk berteduh.     

Ku berjalan menuju pintu reot yang terpasang di sebelah kananku. Aku penasaran di manakah aku sekarang. Dan aku teringat akan kejadian yang telah aku alamai barusan. Kuhirup udara segar yang menyelinap masuk ke hidungku setelah aku keluar dari gubuk reot ini, kurasakan kehidupan yang begitu tenang berada di sini.     

"Q.L?" Dimana dia, aku baru menyadari bahwa terakhir kali aku melihatnya saat aku terkena serangan itu. Ya, serangan itu. Dimana dia?. Kuhentikan langkahku setelah lama mencari keberadaanya tapi tidak ada seorang pun di sini.     

Apa untungnya juga kalau aku mencarinya, toh dia bukan siapa-siapaku!.     

Aku kembali melanjutkan perjalananku untuk keluar dari hutan ini, siapapun yang telah menyelamatkanku aku sangat berterima kasih akan hal itu.     

Kugerayangi punggungku dengan tanganku untuk memastikan separah apa serangan yang telah aku terima. Tetapi tidak ada satupun luka bakar, atau rasa sakit di punggungku. Sedangkan aku mendapati baju yang aku kenangkan jelas terbakar dan sudah tidak jelas bisa di bilang baju atau onggokkan sampah.     

Aku berhenti sejenak. Apakah dia sudah tewas saat itu. Ohhh tidak. Betapa bodohnya aku membiarkan anak seusianya mendapati ajalnya di waktu dia masih menginginkan pelukkan dan bimbingan dari orang tuanya.     

Siapa yang membawaku di sini.     

"Siapa di sana?" Ku mendengar patahan ranting pohon yang secara tidak sengaja terinjak olehnya.     

"Siapa. Hei jawab!!,"     

nada ku semakin keras kepadanya kumelihat dia berlari di belakang pohon di area gelap dari hutan ini. Kuberlari dan ke sebuah pohon besar di mana tadi suara itu berasal.     

"Hei, keluar!!" Aku membentak sesuatu yang aku belum tahu apakah dia monster, hewan atau orang yang menolongku atau malah sebalikknya. Ku meloncat ke belakang pohon dan tidak ada siapa pun disini.     

"Jack!"     

Kumenoleh kebelakang saat aku mendengar namaku di panggil.     

"Q.L? Kau masih hidup! Syukurlah!,"     

dengan segera aku menghampirinya.     

"Jadi, bagaimana ceritanya, siapa yang menyelamatkan kita? Dan siapa yang membawa kita kemari?"     

"Oke. Stop pasang muka melas di depanku. Jack!" Sambil mencari tempat duduk di sekitar pohon besar ini.     

"Saat kamu terkena serangan dan terjatuh. Ada yang menolong kita, tapi aku tidak tahu pasti siapa dia. Dengan sekejap dia mengalahkan Orang yang menyerangmu, dan dia menghilang seketika. Dan akhirnya aku membawamu pulang ke rumahku." Sambil menunjuk ke gubuk reot dimana aku tadi tersadar.     

"O ya, ngomong-ngomong, terima kasih karena telah menolongku" sambil tersenyum kepadaku.     

"Well, anggap saja kebetulan." Sambil berdiri dan mengajaknya untuk pergi.     

"Kamu sudah pingsan selama empat hari!"     

Aku menoleh kaget kepadanya. "Empat hari?"     

"Iya. Empat hari. Untungnya tubuhmu berfungsi untuk menyembuhkan diri dengan cepat. Perjalanan aku membawamu kemari aku lihat lukamu yang sebelumnya menganga dan terlihat tulang punggungmu sudah tertutup dan hampir pulih. Dan sebenarnya kau ini apa?"     

Aku hanya terdiam karena, apakah mungkin. Dan tulang? Apakah aku terluka separah itu. Dan sekarang aku masih hidup dan sehat-sehat saja. Mati kau Jack. Aku langsung teringat dengan ayahku. Apakah dia baik-baik saja? Empat hari aku tidak pulang ke rumah apakah dia masih berada di sana atau malah pergi meninggalkanku.     

Pikiranku sangat kacau sekarang tidak tahu mana yang akan kukeluarkan dari mulutku, potongan-potongan memori muncul dengan acak di kepalaku.     

Dan aku juga baru tahu bahwa gubuk yang reot itu adalah rumahnya Q.L!. Kemana orang tuanya, dan itu sudah sangat tidak layak sekali di huni.     

"Kita harus segera pergi dari sini!" Aku memecahkan keheningan sesaat yang terjadi diantara kami. Q.L hanya mengangguk menuruti permintaanku. Terpaksa aku harus membawanya untuk pergi dari sini, karena kondisi seperti ini bisa saja merusak hidupnya nanti.     

Ternyata gubuk reot Q.L berada jauh sekali di dalam hutan. Aku hanya berpikir bagaimana dia membawaku kemari dan aku rasa perjalanan sangat jauh yang harus dia tempuh untuk bisa sampai ke gubuk itu. Catatan buatmu Jack, tanyakan soal itu nanti padanya. Not now!!!.     

Selama perjalan untuk keluar dari hutan kami berdua hanya diam. Hingga sebuah jalan raya menyambut kedatangan kami di ujung hutan. Rasanya jalan ini tidak asing bagiku. Benar setelah aku mengingat kembali, malam itu. Kejadian itu aku keluar melalui jalan ini.     

"Okey, Q.L sekarang kita menuju rumahku terlebih dahulu ya, akan aku kenalkan kau dengan ayahku." Sambil tersenyum padanya.     

"Sungguh, okey. Jack."     

Dia membuntutiku, seolah adik yang tercampakan oleh kakaknya. Aku sudah tidak sabar untuk menceritakan semua ini ke ayah, dan meminta banyak saran untukku lebih maju lagi.     

Di setiap perjalanan kami banyak mengobrol tentang, bagaimana hidup itu tidak adil, pilihan yang sulit, merasa sendiri, dan merasa selalu salah, dan masih banyak lagi cerita yang tentunya membuat kedekatan kami terjalin untuk menjadi teman.     

Tidak terasa kami sudah sampai rumah ayahku. Kubuka pintu perlahan, dan kupersilahkan Q.L untuk duduk di ruang tamu.     

"Mana ayahmu Jack?"     

Q.L bertanya padaku dan mengingatkanku bahwa seharusnya jikalau aku pulang pasti sudah ada orang yang menyambutku sebelum aku mengetuk pintu. Tapi kali ini berbeda, aku sudah masuk dan tiada sambutan hangat yang sering kudengar, aku meninggalkan Q.L di ruang tamu sendirian sedangkan aku sedang sibuk menelusuri setiap isi dari rumah ini. Nihil, ayah sudah tidak ada di sini lagi.     

Tapi aku masih belum yakin, aku pergi ke kamar ayah untuk memastikan masih ada berberapa barang yang tertinggal di sana.     

Tidak ada satu pun barang yang berada di kamarnya. Keculai, sebuah amplop berwarna putih yang terbaring di atas ranjang ayahku. Aku mendekat untuk memastikan amplop apakah itu.     

Ku ambil dan membacanya.     

---     

"Untuk Anakku tersayang Jack Marson.     

Nak, ayah tahu ayah telah salah akan keputusan ayah. Ayah terlalu egois, hingga membuatmu pergi dari rumah ini. Ayah tidak tahu, apakah kamu akan kembali pulang lagi kesini atau tidak! Tetapi ayah pikir ayah mengetahui jawabannya, sudah tiga hari ini kau pergi dari rumah dan tidak kembali. Ayah harap engkau a..."     

---     

Ayah meninggalkanku sendiri di sini, mengapa ayah begitu tega meninggalkan anak semata wayangnya di sini. Tapi tunggu, ada sesuatu yang ganjil dengan surat ini. Kupastikan kembali dan memang benar, ada yang tidak beres dengan surat ini.     

Suratnya tidak utuh, dan ayah belum selesai untuk menulis surat ini, ku melihat di bagian akhir dari surat ada kalimat yang belum tertulis dengan lengkap dan surat ini pula tidak ada kalimat penutup.     

Apakah ayah tertangkap oleh mereka?     

.     

.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.