Gelora Gairah [R18+!]

Tiga Belas Penyamun VII



Tiga Belas Penyamun VII

0Sementara Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya sedang hanyut dalam pikiran mereka masing – masing sambil mengamat – amati situasi yang terjadi di hadapan mereka, Vivadhi Ranata beserta Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane kini telah mulai bertarung dengan tujuh orang perampok yang ada di depan mereka.     

Pertarungan yang sangat tidak seimbang begitu berat sebelah sehingga lebih cocok disebut sebagai pembantaian.     

Bagaimana tidak, lawan mereka hanya berada di Ranah Penetapan Fondasi hingga Ranah Houtian, setara dengan Tahap Rookie Tingkat Tiga sampai Lima, sementara Vivadhi Ranata telah mencapai Tahap Rookie Tingkat Sembilan sementara Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane telah berada di Tahap Rookie Tingkat Tujuh.     

Dengan hanya menggunakan tangan kosong mereka saja, ketiga orang tersebut dengan mudah maju menerjang ketujuh orang perampok yang bersenjatakan golok dan Yuan Dao tersebut.     

Faladhina Kiseki dengan cepat menghabisi dua orang perampok bersenjatakan golok dengan memukul kepala mereka berdua dengan tinjunya hingga kepala lawannya pecah – pecah semua.     

Sementara itu, Myradhia Chikane dengan hantaman telapak tangannya yang sanggup menghancurkan batu karang menjadi sehalus bedak bayi menghantam dada dua orang perampok yang juga bersenjatakan golok secara bersamaan.     

Tulang – tulang rusuk beserta seluruh organ yang ada di dalam rongga dada kedua perampok tersebut pun langsung meledak di dalam dan melumat menjadi bubur tatkala kedua perampok tersebut menerima hantaman telapak tangan Myradhia Chikane yang dengan seketika langsung mengirim mereka berdua ke dalam pelukan Malaikat Izrail dan Malaikat Mungkar yang mempertanyakan dosa – dosa mereka di akhirat.     

Sementara itu, Vivadhi Ranata yang menghadapi tiga orang perampok yang tersisa, yang satu membawa sebilah golok, dan dua orang lainnya telah menghunuskan Yuan Dao di tangan mereka, dengan secepat kilat menyambar mereka semua dengan cakaran tangannya yang dialiri oleh prinsip – prinsip di dalam Ilmu Ajian Seni Kekayaan Pixiu.     

Ketiga orang lawan Vivadhi Ranata yang berada di Tahap Rookie Tingkat Tiga sampai Lima tersebut pun tak sempat mengeluarkan satu jurus pun sebelum mereka semua putus lehernya dan lepas lah ketiga butir kepala mereka bergulir ke tanah tanpa ada setetes darah pun yang muncrat keluar dari tubuh mereka.     

Mayat mereka bertiga pun berubah menjadi kepingan – kepingan koin emas yang berbeda – beda jumlahnya.     

Mayat dari Perampok yang berada di Tahap Rookie Tingkat Tiga berubah menjadi Empat Keping Koin Emas.     

Sementara mayat dari Perampok yang berada di Tahap Rookie Tingkat Empat berubah menjadi Delapan Keping Koin Emas.     

Dan terakhir, mayat dari Perampok yang berada di Tahap Rookie Tingkat Lima yang merupakan pimpinan mereka berubah menjadi Enam Belas Keping Koin Emas.     

Vivadhi Ranata yang dengan segera langsung menyimpan harta gonimah hasil pertempuran barusan ke dalam Ruang Penyimpanan Sumeru miliknya tersebut pun segera berkeliling mengubah mayat – mayat yang lain menjadi uang emas.     

Namun Vivadhi Ranata mendapati suatu hal yang berada di luar perkiraannya.     

Mayat dari empat orang perampok yang telah dihabisi oleh Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane masing – masing hanya menghasilkan Dua Keping Koin Emas, padahal mereka semua berada di Tahap Rookie Tingkat Tiga yang seharusnya menghasilkan Empat Keping Koin Emas....     

Sepertinya jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal dari Ilmu Ajian Seni Kekayaan Pixiu, maka perlu dilakukan serangan penghabisan dengan menggunakan prinsip – prinsip di dalam ilmu tersebut ketika korban mereka masih hidup dan memiliki tenaga atau kekuatan di dalam tubuh mereka.     

Jika mereka sudah mati, maka energi yang mereka miliki di dalam tubuh mereka pun tentunya juga akan menjadi semakin berkurang akibat banyaknya Qi atau Kekuatan milik mereka yang menguap keluar, terurai dan melebur dengan lingkungan di sekitarnya.     

Karena itu lah, Vivadhi Ranata hanya mampu mendapatkan hanya setengah saja dari apa yang seharusnya bisa dia peroleh jika sang lelaki menghabisi para perampok tersebut hidup - hidup.     

"Ok, catatan untuk para gadis ya, mulai dari sekarang, kalau kalian bisa, jangan bunuh lawan kalian, cukup lumpuhkan saja mereka dengan mematahkan tangan dan kakinya serta menyegel sumber kekuatan mereka     

"He he he, Ranata, kami berdua ini sudah bukan gadis – gadis lagi lho." Kata Faladhina Kiseki sambil berkelakar kepada sang lelaki.     

"Ah, di mata saya kalian semua tetap lah masih seorang gadis." Goda Vivadhi Ranata dengan mulut manisnya.     

"Gombal." Bisik Myradhia Chikane yang mukanya merona merah mendengar godaan dari mulut sang lelaki.     

Sementara itu, Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang sedari tadi hanya menonton pertempuran mereka yang berlangsung begitu cepat hanya dalam sekejap saja kini datang menghampiri Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane dengan mata yang berbinar – binar penuh antusias.     

"Wah, Kiseki, Chikane, kalian berdua benar – benar hebat tidak kalah dari Om Ranata ya!" kata Nadhine Aisyah sambil menyelamati kedua orang gadis yang telah menunjukkan sedikit kekuatan yang mereka miliki di hadapan sepasang saudari kembar tersebut.     

"Bagaimana, apa kalian mau juga menjadi kuat seperti kami – kami ini?" Tanya Faladhina Kiseki dengan menyunggingkan senyumannya yang manis menggoda mampu menarik hati baik kaum lelaki mau pun wanita.     

"Ranata, menurutmu bagaimana kedua gadis kembar tersebut?" Sementara Faladhina Kiseki berbincang – bincang dengan si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya, Myradhia Chikane bertanya pada Vivadhi Ranata mengenai pendapatnya tentang kedua orang gadis kembar tesebut.     

"Hm? Bagaimana yang seperti apa, maksudmu?" Tanya Vivadhi Ranata yang sampai saat ini masih belum mengetahui kalau Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane telah membuat kesepakatan di balik punggungnya untuk menambah jumlah wanita yang menjadi kekasih hatinya agar mereka semua bisa mengeroyok dan menangani kebuasan dan keganasan sang lelaki di atas ranjang.     

Myradhia Chikane melirikkan pandangan matanya dan mengamati Faladhina Kiseki yang masih asyik bercakap – cakap dengan Nadhine kembar bersaudari sambil tak lupa menyelipkan promosi untuk menjadi seorang kultivator atau evolver seperti Vivadhi Ranata dan kedua orang wanita kekasih hatinya tersebut disana – sini....     

"Maksudku itu ya, Ranata, bagaimana pendapatmu soal si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya itu? Kamu setuju tidak, kalau mereka juga ikut menjadi seorang kultivator atau evolver seperti kita?" Tanya Myradhia Chikane dengan berbisik – bisik kepada Vivadhi Ranata.     

"Hm? Mereka? Jadi kultivator atau evolver seperti kita? Memangnya bisa? Aku tahu mereka berdua itu adalah gadis – gadis yang baik dengan otak yang cerdas. Tapi rasanya kalau mereka ingin bisa berevolusi menjadi makhluk yang lebih tinggi lagi tingkatannya seperti kita – kita ini akan butuh waktu yang lama." Kata Vivadhi Ranata yang telah mencoba menerawang Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya dengan Ajian Ilmu Pandangan Surga miliknya dan menemukan bahwa kedua orang gadis kembar tersebut memiliki bakat yang bagus untuk berkultivasi dan bervolusi ke tingkat yang lebih tinggi, apalagi kedua gadis kembar muda belia tersebut juga tak hanya memiliki paras wajah yang cantik jelita tapi juga memiliki perangai dan temperamen yang baik....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.