Raja Bucinnya Kanaya

Rumah Duka



Rumah Duka

0Saat ini Aira sudah ada disamping suaminya yaitu Arkan, Aira masih dalam keadaan sedih karena bukan hanya baru saja pengubah jasat Papanya tapi tadi di pemakan Mamanya kembali pingsan.     

Arkan telah berusahalah menenangkan Aira tapi Aira tanpa masih saja sedih karena Mamanya tidak juga sadarkan diri. Tentu saja saat ini kepada Kanaya tidak jauh berbeda dengan Aira hanya saja Kanaya bisa mengontrol kesedihannya sedikit lebih baik dari Aira.     

Kanaya bahkan terus menggenggam tangan Mamanya membaca surat Al-fatihah dalam hati meminta pada Allah agar Mamanya segera sadarkan diri. Banyak orang yang bersangkutan untuk membaca doa dan tahlil dirumah duka ini untuk saat ini.     

"Mama bangun Ma.... hiks..hiks..hiks..," ucap Aira yang masih menangis.     

"Sabarlah sayang Mama pasti dalam keadaan baik-baik saja, sekarang tenangkan dirimu...," ucap Arkan dengan lembut.     

Aira memang jarang bersedih tapi ketika sudah bersedih dan menagis sangat sulit untuk dihentikan, Arkan yang merupakan sahabat yang paling dekat dengan Aira tentu saja sangat mengenal wanita cantik yang saat ini telah menjadi istrinya itu.     

"Tapi mama belum sadar sejak tadi bahkan ini sudah hampir larut, Mama belum makan malam...," ucap Aira dengan penuh kekhawatiran berada tidak jauh dari Kanaya dan Mamanya.     

Arkan mengerti jika saat ini istrinya tersebut sedang benar-benar rapuh karena kehilangan Papannya dan saat ini juga Mamanya tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan segera sadar.     

"Kak Rabia tolong periksa keadaan Mama...," ucap Kanaya.     

Dengan cepat Rabia pun memeriksa kondisi ibu mertuanya itu dengan teliti dengan mengunakan peralatan seadanya dan dapat dipraktikkan jika saat ini mertuanya sedang mengalami syok berat menyebabkan detak jantungnya berdetak lebih kencang sedang denyut nadinya terasa sedikit lemah.     

"Kodisi Mama Sebenarnya tidak terlalu buruk tapi juga tidak bisa dikatakan baik."     

"Mas Ray Semua orang telah pergi dan berpamitan pulang, dan Mama juga belum sadarkan diri apakah sebaiknya kita bawa saja kerumah sakit?" tanya Rabia penasaran.     

Walaupun memang Rahma hanya pingsan karna syok yang mungkin mengguncang jiwanya dan membuat keadaan dari Rahma semangkin lemah. Walaupun Rabia adalah seorang dokter tapi Rabia adalah dokter bedah bukan dokter ahli syaraf dan otak.     

"Iya sayang kita akan membawa Mama kerumah sakit sekarang." ucap Ray.     

Sebelum memang Ray berfikir Mama mereka akan baik-baik saja setelah mereka pulang, tapi ternyata Rahma juga belum sadarkan diri samapai detik ini tentu saja hal ini membuat Ray Ingin mengambil tidakkah cepat.     

"Ray....," ucap Rahma dengan sangat pelan.     

"Mama... Saudah sadar, Ray akan membawa Mama kerumah sakit." ucap Ray.     

"Tidak Ray mama baik-baik saja.... Mama tidak mau kerumah sakit." ucap Rahma dengan suara pelan.     

"Mama akhirnya sadarkan diri...., Mama jangan tidur lama lagi...," ucap Kanaya yang merasa lega dan memeluk namanya.     

"Mama ada yang sakit?" ucap Aira khawatir.     

"Mama baik-baik saja nak mama hanya butuh istirahat karena kepala Mama sedikit pusing." ucap Rahma dengan jujur.     

"Sebaiknya mama makan dulu, mama pingsan dan lemas karena belum makan malam saat ini telah larut." ucap Rabia yang telah mengabulkan makanan yang sebelumnya telah di sediakan oleh pelayan berapa menit yang lalu.     

"Terimakasih nak, setidaknya saat ini Mama masih memiliki kalian semua." ucap Rahma yang menangis haru.     

"Iya Mama memang kami akan selalu jadi memiliki Mama kami adalah anak Mama juga. Tapi sekarang Mama makan dan minum obat ya ma? " ucap Arkan dengan lembut.     

Rahma hanya mengangguk kepalanya dan menerima setiap suap dari Rabia, dan Kanaya masih saja de dekat Rahma dan bahkan memeluk Rahma. Sedangkan Aira sudah merasa lebih tenang karena Rahma telah sadarkan diri dan bahkan sangat terharu mendengar ucapan suaminya dan kakak iparnya yang begitu sangat perhatian pada Mamanya.     

Ray melihat bidadari rumah dalam tangganya saat ini sedang menyuapi Mamanya makan dengan lebut, bahkan Ray merasa sangat berdosa sebelum karena telah membuat Rabia menangis tanpa sengaja sebelunya.     

Rabia tampa sangat sabar dan lembut menyapu Namanya makan sampai makanan yang dipotong itu habis dan bahkan Rabia juga membantu ibunya untuk minum obat.     

"Aku ingin tidur dengan Mama saja ya malam ini...., boleh kan Mas?" ucap Kanaya yang meminta izin pada suaminya.     

Tentu saja Al tidak akan egois kali ini karena memang Mama mertuanya sedang dalam keadaan yang kurang baik setelah ditanggalkan oleh Papanya.     

"Tentu saja boleh Sayang." ucap Al sambil tersenyum lembut pada Istrinya.     

"Baguslah bang setidaknya saat ini kamu mengurangi sifat posesif dan kecemburuan akat mu itu." ucap Arkan dengan berbisik pada Ray.     

"Hemmmmm." ucap Al dengan malas.     

"Aku juga ingin tidur dengan Mama...," ucap Aira yang juga mendekat kearah Mamanya.     

"Aira udah dapat izin dari Arkan?" tanya Rahma pada putri nomor duanya itu.     

"Belom." ucap Aira dengan polos.     

Saat ini Aira lupa jika Arkan telah menjadi suaminya dan mereka telah menikah bahkan almarhum Papanya yang telah menikah mereka.     

"Izin ke suami yang sopan sekarang Arkan bukan hanya sahabat kamu tapi juga suami kamu." ucap Rahma.     

"Kak Arkan malam ini aku boleh tidur dengan Mama dan Kanaya kan?" ucap Aira yang memutuskan untuk memanggil Arkan Kakak karena memang usia Arkan yang jauh lebih tua darinya.     

Aira juga ingat selama seharusnya memangil Arkan dengan sebutan kakak, Karena walaupun Arkan sekolah sampai kulia selalu sekelas dengannya yang berarti itu umur mereka tidak jauh beda tapi sebenarnya Aira yang terlalu pintar sehingga di umurnya yang masih muda bisa bersekolah bahkan kuliah lebih cepat dari orang normal.     

Aira bahkan sudah lulus S3 saat usianya 22 tahun dan tentu saja saat itu bersamaan dengan Arkan yang berumur 24 tahun. Aira kemudian mulai untuk menekuni hobinya sebagai fotografer, selebgram dan kadang menjadi penulis buku.     

Tentu Hal itu dijalani oleh Aira 3 tahun terakhir ini disaat penyakitnya kadang kambuh tapi arkan dan Papa nya selalu ada untuknya. Saat ini sebentar lagi Aira akan berusia 25 tahun dan tentunya Arkan akan berusia 27 tahun mereka hanya berbeda 3 tahun 3 bulan saja.     

"Tentu saya boleh istri ku...," ucap arkan yang sebenarnya merasa sedikit tidak rela tapi tentu saja wajah Aira yang terlihat berbinar memohon berharap agar diizinkan olehnya tidak mungkin Arkan tolak.     

"Mampus Lo... gak jadi malam pertama..," ucap Al yang berbisik pada Arkan.     

Karena memang sebelumnya Arkan mengejeknya saat Kanaya meminta izin, tapi setidaknya Al dan Kanaya pasti pernah merasakan malam pertama mereka sedang Arkan dan Aira pasti belum karena mereka menikah belum genap 24 jam.     

"Berisik Lo Kak...," ucap Arkan yang sedikit kesal pada Al.     

Arkan memilih untuk sedikit menjauh dari Al karena sedikit kesal padahal nasib mereka malam ini tidak jauh berbeda sebenarnya karena istri mereka sama-sama tidur dengan Mamanya.     

"Kak Rabia dan kak Ray pasti tidur bersama lalu aku tidur dimana?" batin Arkan.     

Arkan tidak ingin tidur dikamar tamu bawah karena pasti Arkan tidak ingin berjauhan dengan Aira. Arkan sangat menghawatirkan dan sebenarnya telah lama diam-diam mencintai Aira hanya saja karena Aira yang memiliki pemikiran yang polos selalu saja menganggap jika ucapan Arkan hanyalah candaan, padahal sebenarnya Arkan serius.     

Kebetulan dilantai atas tidak jauh dari kamar ibu mertuanya itu ada satu kamar kosong dan Arkan yang ingat pun langsung menuju kekamar tersebuat. Ternyata Arkan datang bersama dengan Al sehingga mereka saling memperhatikan kamar itu.     

"Kak Al minggirlah dan cari kamar lainnya aku akan tidur dikamar ini aku tida ingin jauh-jauh dari Aira." ucap Arkan.     

"Kamu pikir cuma kamu kamu aja yang gak mau jauh-jauh dari istri mu.., aku juga gak mau tidur dibawah aku gak mau jauh dari Kanaya." ucap Al dengan tegas.     

Al tidak mungkin bisa berjauhan lebih lama dengan istrinya tercinta, sebenarnya Al juga tidak sedikit mengkhawatirkan keadaan dari Mama mertuanya dan juga gak mau berpisah jauh dengan Kanaya.     

"Kita suit aja gimana yang memang boleh tidur dikamar ini." ucap Arkan.     

"Baiklah siapa takut aku yakin pasti aku memandang." ucap Al dengan percaya diri.     

"Baiklah kita suit 3 kali... mulai." ucap Arkan dan mereka pun mulai suit seperti bocah padahal usia mereka saat ini sudah terbilang cukup dewasa.     

"Yeey.... aku menang, silahkan kak Al tidur dibawah." ucap Arkan dengan semangat membuka pintu Karena yang membawa kuncinya adalah Arkan. Arkan yang menjaga Aira sejak kecil Tentu mengetahui seluk beluk rumah ini atas izin dari Papa mertuanya.     

Al tentu saja tidak terima jika kalah dan harus tidur di kamar tamu yang jauh dengan keberadaan Kanaya. Al memilih menerobos dan memasuki kamar yang baru saja dibuka oleh Arkan.     

"Kak Al...., harus tidur dibawah sesuai kesepakatan." ucap Arkan dengan kesal karena Al tiba-tiba menerobos masuk.     

"Sudahlah kita tidur berdua saja lagi pula kamar ini cukup luas." ucap Al yang tidak memperdulikan ucapan Arkan yang mengusirnya.     

"Tidak bisa Kak Al....," ucap Arkan yang terpotong.     

"Ajukan adik ipar mu... kamu jadi harus mengalah pada ku...," ucap Al dengan santai tiduran sambil merentalkan kaki dan tangan diatas kasur yang berukuran cukup luas.     

"Tapi umur mu lebih tua dari ku.....," ucap Arkan dengan kesal.     

Sebenarnya Arkan lebih memilih tidur sendiri karena terkadang Arkan sering tidur memeluk apapun yang ada disekitarnya, tentu saja Arkan tidak akan kebenaran jika yang dipeluknya adalah Aira.     

"Kalau kamu tidak setuju kamu saja yang tidur dikamar tamu....," ucap Al yang tidur memberikan tempat untuk Arkan tidur di sampingnya.     

"Tidak bisa aku kan menang tadi...," ucap Arkan yang tidak terima tapi Al malah meninggalkannya tidur.     

Karena kesal terpaksa Arkan mengalah dan mereka tidur bersebelahan malam ini. Arkan tentu saja menjadi bantal guling sebagai batas antara mereka berdua.     

"Semoga saja malam ini aku hanya memerlukan bantal bukan kak Al." batin Arkan yang kemudian juga pergi tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.