Raja Bucinnya Kanaya

Pagi Yang Cerah



Pagi Yang Cerah

0Saat ini Kanaya merasakan jika tubuhnya begitu terasa pegal dan remuk karena permainan Al padanya semalam yang cukup lama, Al seakan tidak pernah puas menyentuhnya bahkan Kanaya setengah tidur pun Al masih terus saja memompanya.     

"Mas.... Al bangun ini udah mau subuh," ucap Kanaya yang saat ini tidak bisa bangun Karena suaminya memeluknya dengan erat.     

Al langsung mengucek matanya dan menatap kearah bidadari surganya yang tampak sangat cantik meski dengan wajah natural dan rambut sedikit acak-acakan.     

"Emuach..., Ayo kita mandi..." ucap Al yang mengendong Kanaya dan mereka menuju kekamar mandi untuk mandi bareng.     

"Sakit.....," ucap Kanaya yang merasa jika saat ini bagikan intimnya terasa sedikit perih.     

"Tunggu bentar ya dek mas suapin air buat kita beredam bentar," ucap Al.     

"Tapi ini udah jam tiga Mas." ucap Kanaya.     

"Iya masih ada waktu satu jam untuk kita bersih-bersih." ucap Al pada Kanya.     

Al meletakan Kanaya pada bathab yang telah terisi Air sabun dan air aroma melati yang berbau sagat wangi. Terjadi kembali pergulatan panas mereka karena Al tidak mampu menahan diri. Berakhir dengan Kanaya yang keluar kamar mandi dengan berjalan yang sedikit tertatih karena ulah Al.     

"Maafkan aku Sayang, aku lepas kontrol tadi...., apakah kamu baik-baik saja?" ucap Al yang khawatir dan saat ini mereka baru saja pulang dari masjid terdekat sedang Kanaya baru selesai solat subuh dikamar sendiri.     

"Aku baik-baik saja tadi hanya sedikit perih tapi sekarang sudah lebih baik setelah aku di berikan oleh Mama salep." ucap Kanaya yang tersenyum manis.     

Saat Al pasti akan merasa Melu sekaligus juga bersalah pada Mama mertuanya Karena telah membuat istrinya seperti ini, bahkan Mama mertuanya juga telah membantu mengobati istri cantiknya ini.     

"Aku sangat mencintaimu...., Mama bilang Apa tadi sayang?" ucap Al penasaran.     

"Aku juga mencintaimu mas, Mama hanya bilang jika aku harus istirahat." ucap Kanaya yang mengecup pipi suaminya yang sangat terlihat mengemaskan saat khawatir.     

"Mas tidak pernah khawatir Mama tidak akan menyalakan Mas, kata Mama ini adalah hal yang normal. Mama malah menyuruh kita untuk lebih sering melakukan hal itu agar tidak terasa sakit dan Mama ingin segera menimang cucu." ucap Kanaya dengan wajah memerah mengingat ucapan mamanya.     

"Benarkah Mama berkata seperti itu?" tanya Al dengan jail.     

Kanaya milih mengangukan kepalanya dari pada menjelaskan dengan kata-kata, saat ini menurut Kanaya ini adalah hal uang terlalu intim dan sangat memalukan.     

"Baiklah kalau begitu kita akan lebih sering melakukannya agar kita bisa segera mendapatkan Baby yang lucu yang kau inginkan dan juga Mama juga akan segera mendapatkan cucu." ucap Al yang menghadiahi Kanaya kecupan lembut di pucuk kepalanya.     

"Iya Mas..... tapi kali ini biarkan aku istirahat aku merasa sedikit perih." ucap Kanaya yang saat ini tidak siap untuk memulai kembali pergulatan panas mereka.     

Pola pikir Kanaya sangat membuat Al gemas, bangaimana mungkin istri tercintanya itu berpikir jika Al akan terus menuntutnya melakukan seks tapa memikirkan keadaan dari Kanya yang saat ini dapat dikatakan masih belum siap.     

"Tentu saja sayang aku akan menunggu ku sampai kondisi mu lebih baik, kamu terlalu berharga bagi ku bagaimana mungkin aku menyamping perasaan dan keadaan mu..." ucap Al yang mengecup kening, pipi dan bibir Kanaya dengan lebut dan penuh cinta.     

Kanaya merasa sangat senang karena sikap lembut dan penyayang Al padanya. selain itu Al selalu saja membuat Kanaya merasa berharga dan istimewa jika berada didekat dengan suaminya tersebut.     

Ditempat lain Aira semalam tidak bisa tidur saat kembali ke kamarnya bersama dengan Arakan mereka malah asik menonton film horor, yang tentunya hal tersebut membuat Aira selalu lengket dengan Arkan Karena merasa takut jika hantu yang ada difilm itu tiba-tiba mengikutinya.     

Sampai akhirnya Aira pun tidur berpelukan dengan Arakan karena terlalu takut saat tiba-tiba ada foto yang berada di kamarnya jatuh, Aira mengangap jika benda itu jatuh karena hati dalam film horor tersebuat.     

Saat bangun solat subuh pun Aira masih saja ketakutan dan menyuruh Arkan menemaninya mengambil wudhu dan kemudian mereka solat berjamaah.     

"Ini sudah pagi hari istri ku... mana ada setan pagi-pagi kayak gini..." ucap Arakan yang melihat wajah istrinya masih saja panik karena efek nonton film horor semalam.     

"Justru karena ini pagi hari, setannya pasti muncul disaat kak Arkan pergi." ucap Aira yang saat ini tetap memeluk erat tubuh kekar suaminya.     

Sungguh sangat ini Arakan sangat menyukai saat Aira selalu berada didekatnya. Tapi Arkan juga tidak ingin jika istrinya tercinta selalu ada dalam bayang-bayang ketakutan.     

Dengan lembut Arakan mengerjakan pelukannya pada tubuh mungil Istrinya, Arakan juga beberapa kali mengecupi pucuk kepal Aira dengan penuh kasih sayang.     

"Diluar sepertianya hujan semangkin lebat." ucap Arakan yang dapat melihat dari luar jendela kamar mereka.     

"Tuh kan hujan, bentar lagi gelap, dan terus ada petir lalu hantunya muncul." ucap Aira yang saat ini mengatakan pelukannya dan mengeluarkan wajahnya pada dada bidang suaminya.     

Arkan ingin tertawa saat mendengar penuturan dari Aira yang sangat mengemaskan, efek dari nonton film horor semalam membuat Aira dan Arkan lebih dekat saat ini.     

"Sayang itu hanya terjadi didalam film tidak ada dalam kehidupan nyata," ucap Arkan yang berusaha untuk meyakinkan istrinya agar bisa mempercayainya.     

Aira tetap saja ketakutan apalagi setelah mendengar suara petir dan bahkan saat ini mati lampu. Tentu Aira bertambah takut dan mengerahkan pelukanya pada tubuh Arkan.     

"Sayang semuanya akan baik-baik saja itu hanya sebuah petir dan bersama dengan lampu yang padam mungkin terjadi konselet." ucap Arkan sambil mengusap lembut punggung istrinya dengan lembut untuk menenangkan Aira.     

"Hiks....hiks....hiks... itu pasti hantunya akan segera muncul, jangan pergi aku takut...." ucap Aira yang tiba-tiba menangis di dekapan suaminya.     

"Aku tidak akan pergi kemana-mana, Aku akan menjaga mu istri ku. Berhentilah menangis sekarang." ucap Arkan dengan lebut.     

Aira merasa lebih tenang setelah mendengar ucapan Arkan yang membuatnya terasa lebih aman. Tangisan Aira pun mereda ucap Arakan yang akan selalu menjaganya selelu berhasil membuatnya Aira tenang dan aman.     

"Terimakasih..... emuach." ucap Aira yang kemudian langsung mencium pipi kanan Arkan lalu kembali menyembunyikan wajahnya pada dada bidang suaminya karena merasa malu.     

Sungguh saat ini Arakan benar-benar seperti sedang bermimpi, Aira merupakan seorang wanita cantik yang selama ini diam-diam dicintainya dan baru beberapa hari yang lalu menjadi istrinya saat ini berani menciumnya.     

Setidaknya walaupun saat ini Aira baru berani mencium pipinya tapi hal itu adalah suatu kemajuan yang pesat dan membuat hubungan mereka semangkin dekat dan baik Arkan yakin sering waktu pasti Aira akan mencintainya.     

"I love you my wife." ucap Arkan sambil mengecupi pucuk kepala Aira.     

Aira tampak menyembunyikan wajahnya dan tidak menjawab ucapan dari arka barusan mungkin air masih terlalu malu dan Arkan juga tidak masalah akan menunggu Aira sampai membalas perasaan.     

"Alhamdulilah Lampu sudah kembali hidup." ucap Arkan yang merasa bersyukur.     

Saat ini tapi tidak ada tanda-tanda Aira akan bangun ataupun Aira ketakutan seperti tadi, napas dari Aira pun terdengar sangat teratur karna memang saat ini Aira sepertianya sedang tertidur setelah setengah jam yang lalu diam saja.     

Mungkin pada saat Arakan mengutamakan isi hatinya tadi Aira sudah mengantuk dan mungkin Aira tidak menyadari jika Arkan telah mencintainya.     

Selama ini karena memang Arkan tidak berani lagi mengungkapkan perasaannya pada Aira setelah beberapa kali Aira menolaknya, tapi ternyata atas izin Allah saat ini Aira telah menjadi istrinya dan bahkan berada dipeluknya.     

"Sayang bangun ini masih terlalu pagi untuk tidur." ucap Arkan yang menepuk-nepuk lebut pipi mulus istrikanya.     

Aira terlihat sangat cantik pada saat tertidur pulas seperti ini, Arkan pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menciumi istrinya karena pada saat Aira terbangun pasti Arakan hanya takut jika pada saat ingin menciumnya Aira menolaknya.     

Tentu saja penolakan Aira cukup membuat Aira sakit tapi semua itu tidak membuat Arakan menjadi dendam Arkan justru semangkin cinta pada Aira yang selama ini selalu menguji ketulusan cintanya.     

Pada saat Arkan telah menciumi kening, pipi dan saat ini akan segera mencium bibir Aira dengan ragu, tapi saat bibir mereka saling menempel tiba-tiba Aira malah membuka matanya.     

Tentu saja hal tersebut membuat Arkan terkejut dan segera menjauhkan wajahnya dari Aira. Sedangkan Aira saat ini tampak menatapnya dengan tatapan heran.     

"Kak Arkan apa yang baru saja kamu lakukan pada ku?" tanya Aira yang masih mengingat dengan jelas jika wajah Arkan sepertianya tadi sangat dekat dengannya.     

"Tidak ada, aku tadi ingin hanya menjagamu dari nyamuk nakal." ucap Arakan dengan sedikit gugup, karena saat ini Arkan asal ngomong.     

"Tapi biasanya ruamah ini tidak ada nyamuknya," ucap Aira yang mengucek matanya sambil tersenyum manis karena mengeluhkannya terasa kurang jelas.     

Arkan sedikit bingung menjelaskan hal yang sebenarnya pada Aira saat ini adalah bukan hal yang tepat, Arkan tidak ingin membuat Aira menyangka jika dirinya terlalu lancang Karena mencium Aira saat istri cantiknya itu dalam keadaan tidak sadarkan diri.     

"Iya tadi mungkin nyamuk nyasar." ucap Arkan dengan asal.     

Dalam hati Arkan berharap semoga dosanya berbohong pada istrinya tidak dicatat dosa oleh malaikat Atid, karena sangat ini Arkan berbohong demi kebaikan.     

Arkan juga berharap agar Aira percaya padanya dan sehingga jika memang kebohongan tadi di catatan oleh malaikat Atid sebagai dosa setidaknya saat ini dosanya tidak bertambah.     

"Aku harus tapi masih takut turun kebawah buat ngambil Air dingin, kakak Arkan keberadaan gak kalo gendong Aira sampai dapur?" tanya Aira dengan polosnya.     

Tentu saja Arkan tidak akan pernah keberatan jika hanya mengendong tubuh mungil Aira yang sangat ramping dan ideal. Justru Arkan merasa sangat bersyukur karena bisa mengendong istrikanya dengan Aira permintaan dari Aira sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.