Raja Bucinnya Kanaya

Gak Jadi Tidur Sendirian



Gak Jadi Tidur Sendirian

0Saat ini Rayhan tidak berniat untuk makanan saat melihat Mamanya dan tamunya telah berada dimeja makan padahal saat itu Rayhan benar-benar merasa lapar. Rayhan mengingat pembicaraan dari ketiga waniata itu yang saat ini membicarakan tentangnya membuat Rayhan semangkin malas.     

Rayhan mengingat jika Istrinya tercinta mempunyai stok pop mie kamar mereka setidaknya itu adalah cara terbaik untuk mengganjal perutnya yang saat ini lapar.     

"Apa dikunci?, Sayang buka pintunya aku datang." ucap Arakan sambil mengetuk pintu kamar mereka.     

Sepertinya tampak sudah tertidur dan sengaja mengunci pintunya, hal ini membuat Rayhan tidak kehabisan ide untuk membuka pintu kamarnya tanpa membuat keributan Rayhan mengambil kunci duplikat tiba-tiba Arkan muncul dengan wajah bersedih.     

"Kenapa lo?" tanya Rayhan yang saat ini mengambil kunci duplikat diruang sebeleh kamar Arkan dan Aira.     

"Istriku hilang...." ucap Arkan dengan wajah sedih.     

"Gak mungkin paling dia tidur dikamar Mama...," ucap Rayhan.     

"Aku telah mencarinya dan tidak ada." ucap Arkan dengan lesu.     

"Mungkin dia ada didalam tidur bersama dengan istri ku." ucap Rayhan.     

"Wah iya aku belum meriksa kekamar Kakak." ucap Arkan.     

Arkan langsung saja tersenyum manis meratapi kebidanan yang terlalu takut ditinggalkan oleh istrinya tercinta otak Arkan yang bisanya sangat pintar menjadi bodoh tiba-tiba.     

"Diamlah aku sedang berusaha untuk mencari kunci duplikat yang cicik untuk membuka kamar ku. Lebih baik kamu bantu aku." ucap Ray.     

"Siap bang, tentu saja aku akan membantu karena aku tidak ingin tidur sendirian dikamar tanpa memeluk Aira." ucap Arkan.     

Arkan dan Rayhan mulai mencari kunci duplikat tersebuat dengan serius dan akhirnya ditemukan oleh Rayhan. Senyum manis Rayhan terpatri saat telah menemukan benda yang sangat dibutuhkan olenhnya saat ini.     

"Alhamdulilah akhirnya ketemu juga." ucap Rayhan sambil mengucap syukur.     

"Alhamdulilah Bang, ayo kita kekamar Bang Ray sekarang." ucap Arakan berhenti mencari dan lebih memilih untuk keluar dari ruangan penyimpanan barang penting itu terlebih dahulu.     

"Iya tentu saja. Aku juga merasa sangat lapar saat ini." ucap Rayhan dengan jujur.     

"Aku tadi makan dibawah bentar, kenapa Bang Ray Gak makan dulu?" tanya Arkan.     

"Mereka terlihat menikmati hidangan yang dimakan oleh Mama aku malas makan bersama dengan mereka yang saat ini ku yakini sedang menggosipkan ku." ucap Rayhan sambil membuka pintu kamarnya dengan kunci duplikat.     

"Cepetan dong Bang," ucap Arakan yang sudah merasa tidak sabar untuk tidur dan tentunya membawa Aira keluar dari kamar Abang iparnya terlebih dahulu.     

"Sabar sebentar aku harus memastikan sesuatu hal, diamlah disini." ucap Rayhan setelah melihat pakaian yang dikenakan oleh istrinya yang terlalu terbuka.     

"Jangan lama-lama...," ucap Arkan yang heran dengan tingkah Abang iparnya.     

"Ini gendong Aira dengan benar jangan sampai adek gue jatuh." ucap Rayhan yang telah menutupi seluruh tubuh istrinya dengan selimut dan mengendong Aira sampai depan pintu untuk diberikan pada Arkan.     

"Iya paling juga cuman... jatuh.. jatuh cinta." ucap Arakan dengan mudah mengendong Istrinya yang telah terlelap dan sesekali mengecup kening istrinya dengan mesra.     

"Mesra dikamar kalian jangan didepan kamar gue." ucap Rayhan dengan malas.     

"Bilang li iri iyakan Bang?" ucap Arkan yang malah di bicara sendiri karena Rayhan ternyata telah menutup pintu dan menguncinya tanpa suara, karena Arkan dari tadi pandangannya hanya terfokus pada wajah istrinya yang cantik.     

"Dasar menyebalkan dikira aku gak bisa gitu bermesraan dengan istriku....," ucap Rayhan yang baru saja mengunci pintu.     

Rayhan berjalan membenarkan posisi tidur istrikanya tercinta yang sebelumnya ditutup oleh selimut tebal, saat ini Rayhan membuka selimut itu sampai seberarti leher Rabia agar tidak sesak pada saat tidur.     

"Istriku yang cantik udah Bobo aja....," ucap Rayhan sambil mengecup kening, pipi dan terakhir bibir istrikanya.     

Rayhan melihat jika sepertianya Rabia baru selesai makan pop mie terbukti terdapat dua wadah kosong pop mie yang sepertinya lupa dibuang ketempat sampah.     

"Sepertinya malam ini kita semua memang harus makan mie instan." ucap Rayhan yang saat ini mulai mengambil satu bungkus pop mie baru untuk segera di sedu.     

Rayhan menikmati pop mie instan yang biasa dikonsumsi oleh istrinya tersebut ternyata lumayan enak hanya saja rasanya sedikit pedas. Rayhan menghabiskan 3 buah buah pop mie itu dalam waktu singkat.     

"Alhamdulilah akhirnya kenyang." ucap Rayhan sambil minum air mineral dan menepuk pelan perutnya yang sudah terasa kenyang saat ini.     

Rayhan juga membuang sampahnya ketempat sampah dan telah memastikan semua telah bersih Rayhan kekamar mandi untuk cuci muka, sikat gigi dan berganti dengan piama tidur.     

"Selamat tidur sayang, mungkin lain kali saya aku akan meminta hak ku." ucap Rayhan yang saat ini memeluk erat Rabia dalam pelukannya dan ikut ke alam mimpi menyusul Istrinya tercinta setelah selesai membaca doa.     

Diruang lainnya Arkan baru saja meletakkan Istrinya tercinta ditempat tidur Aira terlihat terusik dan berusaha untuk membuat mata cantiknya membuat Arkan mendekatkan wajahnya pada Aira.     

"Astagfirullah halazimmm, ucap Aira dengan kaget. Kak kok bisa ada disini bukannya tadi kamarnya udah aku kunci?" ucap Aira sambil mengusap dada karena terlalu kaget.     

"Nakal banget ya..... jadi tadi sengaja?" ucap Arakan yang saat ini telah menyatukan keningnya dengan kening Aira.     

"Bukan begitu.... aku hanya sedikit kesal pada kakak Arkan yang pergi tanpa kabar dan gak bisa dihubungi." ucap Aira dengan jujur.     

"Handphone aku lowbat sayang..... emuach." ucap Arakan yang kemudian mengecup bibir pink istrinya.     

"Minggir aku mau minta," ucap Aira yang merasa mual pada saat mengetahui Arakan baru saja mengecup bibirnya.     

Melihat Aira yang menuju kekamar mandi tentu saja Arkan yang khawatir dengan keadaan istrinya pun mengikuti kemanapun Aira melangkah. Arkan melihat sendiri jika istrinya benar-benar muntah saat ini.     

"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Arkan yang saat ini sudah dibelakang istrinya.     

"Jangan terlalu dekat Kakak. Kau belum selesai muntah." ucap Aira yang tidak ingin Arkan terkena muntahannya.     

Sebenarnya Arkan tidak peduli jika akan terkena muntahan dari istrikanya yang Arakan khawatir adalah keadaan Aira saat ini. Arkan hanya takut terjadi sesuatu pada Istrinya.     

"Aku tidak peduli jika hanya persoalan harus terkena muntahan mu, aku hanya khawatir dengan keadaan mu sayang." ucap Arakan yang saat ini membantu mengikat rambut panjang istrinya.     

Arkan meskipun merasa sedikit jijik pada munyajan tapi karena istrinya saat ini sedang tidak baik-baik saja membuat rasa jijik Arkan menghilang.     

Jika biasa Arkan akan ikut muntah pada pada saat melihat orang muntah tapi kali ini Arkan terlihat biasa saja dan tidak merasa jika dirinya akan muntah. Arkan saat ini hanya bisa sedikit memijat lembut bagian belakang leher istrikanya berharap Aira berhenti muntah-muntah.     

"Sayang mau minta lagi?" tanya Arakan dengan khawatir.     

Aira hanya menggelengkan kepalanya dan malah merasa sedikit lemas karena terlalu banyak muntah. Untuk saat ada Arkan di belakangnya yang telah mendekap tubuh Aira yang saat ini terlihat lemah jika tidak pasti Aira telah jatuh dilantai dingin itu.     

"Jangan mencium bibir seperti tadi lagi." ucap Aira.     

"Iya... sayang maafkan aku...," ucap Arkan yang telah mengendong istrinya keluar dari kamar mandi.     

Wajah Aira yang pucat membuat Arkan menjadi khawatir. Apakah harus membangunkan kakaknya saat ini untuk memeriksa kondisi istrikanya tercinta.     

"Kamu terlihat sangat pucat, aku panggilin kak Rabia ya biar bisa meriksa keadaan kamu." ucap Arkan.     

"Gak aku baik-baik saja, aku cuman merasa haus sekarang." ucap Aira yang tidak ingin menggangu Kakak iparnya yang pastinya saat ini sedang bersama dengan Abangnya jika Arakan bersamanya saat ini.     

"ini airanya minum dulu...," ucap Arakan yang mengambilkan air mineral untuk istrinya yang memang selalu tersedia di atas naskah samping ranjang mereka.     

Aira mulai minum Air tersebut dengan perlahan dan merata lebih baik. Aira sedikit bingung mengapa pada saat Arakan mengecup bibirnya tadi Aira merasa ingin muntah padahal biasanya tidak seperti itu.     

Aira berharap jika kondisinya saat ini baik-baik saja dan tidak ada penyakit serius yang membuat khawatir bayak orang. Cukup Aira saja yang merasa sakit orang-orang yang disekitarnya jangan.     

Aira saat menyayangi Mama, Abang, adik suaminya dan kakak iparnya tentu saja Aira tidak ingin membuat mereka merasa khawatir hanya dengan masalah kecil yang saat ini dirasakan oleh Aira.     

"Sayang kamu ngelamun apa?. ini udah malam kita bobo lagi aja ya....," ucap Arkan dengan lembut.     

Tentunya di tanggapi oleh Aira dengan anggukan, Aira tidak ingin membuat suaminya menjadi khawatir pada saat ini walaupun perutnya terasa sedikit sakit akibat makan mie instan Karena Aira sudah lama tidak makan mie instan atau bisa dibilang Aira tidak diizinkan makan mie instan terlalu sering.     

Aira tidur diperlukan hangat suaminya membuat Aira merasa sedikit nyaman tapi perutnya tetap terasa sakit. Aira mencoba untuk berbalik memunggungi Arkan Karena tidak ingin Arkan tahu saat ini perutnya terasa sakit.     

"Sayang kok menghadapinya gak ke aku?" ucap Arkan yang memang lebih menyukai Aira tidur menghadangnya.     

Aira saat ini sedang berusaha untuk menahan perutnya yang sedikit terasah sakit. Aira tidak yakin jika ekspresinya bisa saja dibaca oleh Arkan nanti jika saat ini Aira tidak sedang baik-baik saja.     

"Aku ingin tidur seperti ini dan mungkin lebih baik. Tolong usap perutku dengan lembut." ucap Aira dengan tangan kiri Arkan yang diletakkan diatas perutnya.     

Arkan mengikuti apa yang diinginkan oleh istrikanya dan mengusap perut istrinya dengan lembut. Meskipun Arkan merasa sedikit heran dan aneh saat ini tapi istri terlihat lebih baik dan lebih tenang dari sebelumnya membuat Arkan yakin jika istrinya saat ini sudah baik-baik saja.     

"Teruslah seperti ini aku merasa lebih baik dan sedikit mengantuk." ucap Aira.     

"Iya sayang tidurlah aku akan mengusap perutmu dengan lembut agar kamu tidak merasa mual ataupun sakit lagi." ucap Arakan dengan lembut sambil sesekali mengecup puncak kepala Istrinya dengan lebih dan penuh cinta.     

Aira terlihat sangat mengemas bagi Arkan, napas istrinya tersebut terdengar lebih teratur dan membuat Arkan yakin jika saat ini Aira telah pergi ke alam mimpi. Arkan yang kemudian merasa juga matanya mulai berat untuk dibuka juga ikut ke alam mimpi menyusul Istrinya setelah membaca doa dari dalam hati tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.