Tante Seksi Itu Istriku

Pertama Kali Naik Eskalator



Pertama Kali Naik Eskalator

0Usman yang kesakitan mencoba bangkit dari jatuhnya. Ia berpegangan pada pintu mobil dan masuk ke dalam mobil, di samping Farisha. Ia duduk dengan gugup karena ia juga merasa ngeri kalau ada Bram yang dikira adalah calon suami dari Farisha.     

"Kamu nggak apa-apa, Usman? Kamu jangan ambil hati orang itu!" Begitu Farisha berkata pada Usman, ia menjalankan mobilnya.     

"Anak ini memang begitu lugu dan bodoh. Tapi nggak apa-apa kalau dia yang duduk di depan saat ini. Tapi aku kan memastikan kalau kamu hanya akan menikah denganku, Farisha!" Bram tidak akan merasa cemburu pada Usman. Karena ia merasa Usman bahkan tidak pamtas untuk menjadi rivalnya.     

"Lebih baik kamu diam, Bram! Hari ini pikiranku sedang tidak baik! Kalau kamu masih berisik, mending kamu pergi dari sini!" tegas Farisha.     

"Iya-iya, baiklah, Farisha-ku sayang. Aku akan diam demi dirimu. Tapi kita akan ke mana sekarang?" tanya Bram dengan rasa penasarannya. Soalnya Farisha membawa Usman juga bersamanya.     

Farisha tidak menanggapi pertanyaan dari Bram. Ia hanya fokus terus untuk mengendarai mobilnya yang menuju ke sebuah mal besar di pusat perbelanjaan. Banyak bangunan yang megah dan gedung-gedung tinggi. Usman baru tahu ada tempat yang menakjubkan itu.     

"Wah ... keren sekali, tempatnya." Usman terpukau dengan bangunan yang menjulang tinggi dengan banyaknya orang keluar masuk.     

Ada banyak kendaraan bermotor yang masuk ke sebuah gedung. Sekarang Farisha mengemudikan mobilnya masuk ke sebuah lorong. Di sana harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu. Mengantri untuk mengambil tiket. Masuk ke ruangan paling bawah.     

"Ini tempatnya sangat keren! Wooaaahh! Nggak disangka aku bisa ke sini?" Usman semakin takjub ketika ia melihat parkiran mobil yang sudah ada di dalamnya. Itu sangat banyak mobil di dalamnya.     

Di dalamnya ada orang-orang berpakaian seragam yang mengarahkan Farisha untuk parkir. Usman merasa deg-degan ketika ia melihat sesuatu yang menakjubkan itu. Sampai-sampai ia harus membelalakkan matanya dan mulutnya yang melongo.     

"Ini bawahan kamu boleh juga, Farisha. Aku suka dengan anak ini! Nanti aku akan belikan dia baju yang bagus biar keren!" ujar Bram dengan penuh semangat.     

Sebenarnya Bram tidak suka dengan Usman. Hanya saja ia ingin berkesan di hadapan Farisha. Ia ingin terlihat baik di hadapan orang yang paling Bram suka karena kecantikan dan tubuh Farisha yang seksi itu.     

Farisha tidak peduli dengan Bram sama sekali. Ia hanya bisa parkir mobil itu dengan arahan petugas parkir di dalam. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, tiba saatnya untuk keluar. Sementara petugas parkir itu meninggalkan mobil Farisha untuk membantu orang lainnya yang juga mau parkir atau akan meninggalkan parkiran itu.     

"Hei, tadi kamu namanya siapa, hah?" tanya Bram menepuk pundak Usman ketika belum keluar dari mobil.     

Sambil menahan sakit karena tepukan Bram itu keras banget, ia menjawab, "Us-usman. Aku Usman." Ia belum sembuh saat dirinya dipukul dan sekarang tepukan Bram saja sudah membuat Usman kesakitan.     

"Ooh, iya, Usman. Hahaha! Sungguh jangan diambil hati, Usman! Tapi namamu ini benar-benar lucu. Bagaimana kalau kita jalan di sampingku. Dan aku bisa membelikan kamu pakaian yang bagus. Tapi kamu harus membantuku untuk mendapatkan Farisha, oke?" tawar Bram.     

"Kamu jangan bikin kekacauan deh, Bram! Mana mungkin aku mau menikah dengan orang gila sepertimu! Semua pria itu brengsek!" umpat Farisha. Ia menarik Usman agar bisa bersamanya.     

Usman mendengar ucapan Farisha menjadi sakit hati. Bagaimana mungkin kata-kata itu keluar dari wanita itu. Kalau semua pria, Usman sendiri juga termasuk pria. Tapi ia yakin kalau dirinya bukan orang yang brengsek seperti kata Farisha.     

"Heh, kamu masih saja menganggap semua pria itu brengsek, Farisha. Padahal kamu ada itu karena ayah kamu. Kamu juga membutuhkan seorang pria untuk hidup bersama dengan kamu." Bram mengikuti langkah kaki Farisha dan Usman yang di depan.     

"Kamu berisik banget, Bram! Kalau mau berisik, mending kamu nggak usah ikutin aku terus!" Farisha membawa Usman naik tangga eskalator.     

Usman masih takut karena ia baru pertama kali naik eskalator. Farisha sampai harus menunggu Usman berani. Sementara Bram yang di belakangnya malah tertawa. Memang benar apa yang dikatakan orang. Orang nggak punya pengalaman dan orang kampung seperti Usman memang tidak mengerti apapun.     

"Hahaha! Naik eskalator tapi kok nggak berani? Ayo naik saja, Man!" seru Bram dan mendorong Usman.     

Usman yang di dorong pun terjatuh dan ia akhirnya naik eskalator. Saat baru pertama kali naik, ia merasa sangat takut dan tegang. Ia berpegangan pada anak tangga sambil jongkok.     

"Hahaha! Kamu lucu banget, Usman! Kamu ternyata nggak pernah naik eskalator sebelumnya, yah?" Bram masih saja menertawakan Usman yang menurutnya lucu. Dalam hidup Bram, ia sangat senang saat bertemu dengan Usman. Kapan lagi ia bisa memilliki bahan lelucon seperti Usman itu     

"Kamu bisa diam atau enggak sih, Bram? Kamu sudah bikin aku kesal, mau bikin aku malu juga! Lebih baik kamu jangan ngikutin aku!" ancam Farisha yang merasa sangat terganggu.     

"Iya-iya, maafin aku, wahai calon ibu dari anak-anakku, Farishaku yang cantik." Setelah berkata itu, ia menggerakkan tangan seolah mengunci mulutnya sendiri.     

"Ishh! Orang gila, iiihhh!" Melihat kelakuan pria di belakangnya ia sangat mual dan membuat orang tidak betah. Farisha masih melihat Usman yang ketakutan. "Kamu bisa nggak, sih? Jangan malu-maluin juga, Usman!"     

"Maaf, maaf aku nggak pernah naik ini sebelumnya." Usman masih takut dan ketika tangan Farisha yang lembut itu mengangkat tangannya untuk bangun. Usman pun bangun.     

Usman tidak henti memandang wajah cantik Farisha. Walau Farisha masih memakai masker dan mengenakan jaket untuk menutupi badannya. Tetap tidak bisa menyembunyikan kecantikannya dari Usman.     

Hal yang membuat Usman takut lainnya adalah ketika ia hampir sampai di ujung eskalator. Ia membayangkan bagaimana kalau kakinya yang masuk ke dalam eskalator itu. Usman bersiap-siap untuk melompat. Dan benar saja, Usman melompat saat sampai di lantai atas dan di ujung eskalator.     

"Hadeh ... anak ini memang pintar sekali ngelawak, yah. Hehehe, lucu sekali anak kampung yang dekil ini. Cocoknya memang jadi pelawak kalau model-model begini," gumam Bram lirih. Ia tidak berani keras-keras karena takut dengan Farisha. Bram tidak mau kalau Farisha mengabaikannya atau mengusirnya.     

Sampai di lantai atas, membuat Usman kembali takjub. Ia melupakan semua rasa sakitnya karena pukulan dari Bram. Pasalnya ia melihat banyak pakaian yang berjejer. Semua barang-barang branded tersedia di dalam pusat perbelanjaan fashion itu.     

Farisha berjalan membawa Usman untuk melihat-lihat. Apa yang bisa mereka lihat dengan jelas. Melewati berbagai toko yang menjual pakaian dengan beraneka jenis.     

"Kamu tetap di dekatku dan jangan pernah jauh-jauh, Usman!" perintah Farisha karena ia tidak mau kalau Usman sampai hilang di tempat yang luas itu. Itu akan merepotkan dirinya mencari pemuda tersebut.     

"I-iya, Tante. Aku akan mengikutimu ke mana saja," tandas Usman. Benar saja ketika Farisha jalan ke suatu tempat, Usman mengikuti di sampingnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.