Tante Seksi Itu Istriku

Celana Yang Basah



Celana Yang Basah

0Usman bangun dari tempatnya tidur semalam. Semalam ia membayangkan bagaimana ia tidur dengan Farisha. Sampai akhirnya ia merasakan celananya basah. Ia meraba dan benar saja, ia menyingkap selimutnya lalu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.     

"Aduh, mengapa aku ngompol gini?" Usman melepas celananya tetapi bukan bau pesing. Melainkan bau aneh yang tercium di celananya. "Ah, kenapa aku jadi gini, sih? Astaga, bagaimana ini? Nggak ada celana lagi!"     

Usman mengambil air dengan tangannya. Ia mengelap dan mencoba membersihkan celananya yang lengket itu. Bagaimana kalau ia bertemu dengan Farisha dan mencium bau itu?     

"Ah, ada sabun mandi? Eh, ini sabun atau bukan, yah?" tanyanya, mengambil sabun cair. Ia membuka tutupnya lalu mengeluarkan isinya. "Ah bener, ini sabun!"     

Usman membersihkan celananya dengan sabun. Ia hati-hati agar hanya membilas bagian yang basah itu. Ia kasih sedikit sabun agar menyamarkan baunya. Setelah itu, ia membuka celana dalamnya juga. Ia membersihkan sama dengan celana pendeknya.     

Ia semalam tidur dengan hanya memakai celana pendek dan celana dalam saja. Ia tidak memakai jaketnya karena merasa panas. Apalagi saat ia memakai selimut yang membuatnya gerah. Dengan mimpi yang sangat indah semalam dengan Farisha.     

"Andaikan semalam itu nyata. Ohh, betapa indahnya dunia ini," ungkap Usman sambil membersihkan celananya. "Sudah ini kayaknya!"     

Setelah semua dirasa bersih, giliran ia membersihkan badannya. Ia menggunakan air kran yang ada di samping kloset. Walaupun di sebelahnya adalah tempat untuk mandi, yang di atasnya ada shower. Tapi ia hanya mengingat air yang menyiram pakaiannya semalam, membuatnya tahu ada air yang menyemprot dengan deras.     

"Ini kok bisa deres banget, yah? Tapi harus menunduk." Usman juga buang air kecil dan membiarkan sisa-sisa semalam mengalir masuk ke dalam lubang pembuangan yang ada di samping kloset.     

Ia juga menyabuni tubuhnya dan segera mandi, membersihkan tubuhnya. Ia memakai celananya kembali karena tidak ada lagi celana yang dibawanya. Ia juga membersihkan badannya dengan sabun, berharap bau itu hilang, diganti dengan bau sabun yang wangi.     

Usman keluar dari kamar mandi setelah merasa sudah bersih. Ia mengambil pakaian yang ia lampirkan di jendela. Karena sudah kering, ia memakainya kembali. Ia keluar dari tempat tidur dan tidak melihat siapapun di ruangan tengah.     

"Ini orang-orang pada ke mana, yah? Kok pada nggak nongol, sih? Tapi bapak-bapak yang jahat itu ada di sini atau enggak, yah? Aku takut kalau dimarahin lagi."     

Usman berjalan dengan hati-hati dan segera mengambil langkah yang pelan. Berharap tidak bertemu kembali dengan Benny. Walau ia tahu Benny kelak menjadi ayah mertuanya. Ia tetap tidak percaya diri. Apalagi celananya yang di dalam terasa dingin dan membuatnya tidak nyaman.     

Lelaki itu menuju ke arah dapur dan tidak melihat siapapun di sana. Tetapi di dekat dapur ia mendengar orang di dalam kamar mandi. kemungkinan ada orang yang sedang mandi. Kamar mandi di dekat dapur terlihat lebih sederhana daripada yang ada di kamarnya.     

"Apa mbak pembantu sedang mandi di dalam? Eh, hari ini mau masak apa enggak, yah? Tapi bingung mau ngapain." Karena bingung, ia duduk di kursi sambil bengong.     

Menunggu ada orang yang ditemuinya. Apalagi Farisha yang hadir di mimpi indahnya semalam. Ia berharap wanita itu datang menemuinya sekarang juga. Melihat wajahnya yang cantik, diusia yang sudah tiga puluh tahun itu.     

"Kenapa aku sendiri? Sendiri sendiri ku sepi. Tanpa ada yang menemani ... woo uwooo ... aku menanti seorang pujaan hati. Datang melangkah, menghampiri. Memeluk diriku sampai mati."     

Usman berhenti ketika ia menyadari nyanyiannya sangat mengena di hati. Walau suaranya yang buruk, ia juga mengarang lagu. Tapi ia mengingat kata terakhir itu.     

"Kalau memeluk diriku sampai mati, ya gimana? Eh, aku nggak mau, ah! Masa dipeluk sampai mati? Lebih baik peluknya sebentar saja. Sampai puas, hehehe," kekehnya kayak orang gila.     

Erni selesai mandi dan keluar hanya memakai handuk di tubuhnya. Usman yang melihat wanita itu nampak biasa saja. Meskipun Erni terlihat seksi, pembantu rumah tangga itu kulitnya gelap dan bagian yang menonjol itu tidak sebesar milik Farisha. Tentu sebagai lelaki normal, ia masih berharap Farisha yang datang dengan memakai handuk saja.     

Apalagi kalau Farisha yang dibayangkan oleh Usman, memakai handuk, dengan rambut yang masih basah, badan yang juga masih basah terkena tetesan air di dadanya. Hanya melilitkan handuk, menutupi sebagian dadanya. Sungguh seperti mimpinya semalam.     

"Mas, kok sudah ada di dapur? Masnya ke depan saja! Apa mau kopi? Nanti saya buatkan. Tapi tunggu aku ganti pakaian dulu, yah!" ungkap Erni, menyelonong masuk ke kamarnya yang tidak jauh dari kamar mandi dan dapur.     

Usman memperhatikan Erni yang membelakanginya. Handuknya hanya sampai di atas lututnya, hampir terlihat bokong besarnya. Dan kembali pemuda itu menelan salivanya.     

'Bagaimana dengan tante Farisha, yah? Punya dia lebih gede. Eh, mengapa pikiranku jadi kotor gini?' pikir Usman. Setelah Erni pergi, Usman melihat ada galon air. Sedikit berbeda dengan yang ada di swalayan. Yang ada di dapur lebih mewah. Maka usman mengambil gelas yang ada di rak piring. Ia lalu mengambil air di dispenser itu.     

"Ahh, terasa segar! Emang enak kalau kita minum pas dalam keadaan baru bangun tidur." Usman lalu meletakan gelas itu di meja yang dari keramik.     

Karena tidak ada yang bisa membantunya, ia jalan-jalan di dalam rumah. Ini masih sangat pagi, ketika Usman melihat jam dinding besar baru menunjukan pukul setengah enam pagi.     

"Kenapa celana ini terasa gatel, sih?" keluhnya sambil merogoh celananya yang masih basah. Ia melakukan itu di dekat kamar Azhari.     

Ketika Azhari baru selesai mandi dan sudah memakai pakaian yang berbeda dari semalam. Kini ia tidak memakai kerudung lagi. Karena itu, rambutnya terurai dan panjang. Sama seperti Farisha. Kalau orang yang baru melihatnya seperti itu, akan mengira kakaknya Farisha.     

Wanita itu keluar dari kamarnya dan menutup kembali dari luar kamar. Awalnya ia tidak melihat Usman. Tetapi saat ia sudah menutup kembali pintunya, ia melihat Usman yang membelakanginya. Ia mendekat ke arah pemuda itu lalu menepuk pundak pemuda itu.     

"Nak Usman, kamu lagi ngapain di sini? Sudah mandi, kah?" tanya Azhari dengan suara lembut khas ibu-ibu cantik.     

Usman terlonjak kaget setelah pundaknya ditepuk. Dengan tangan yang masih di dalam celananya, ia menoleh ke arah calon mertuanya. Ia kaget ketika Azhari sudah di belakangnya.     

"Eh, Ibu? Selamat pagi, Bu?" ungkap Usman dengan tangan yang masih di dalam celananya. "Eh, anu ... maaf, Bu." Segera Usman mengeluarkan tangannya dari dalam celana.     

Azhari melihat kelakuan pemuda itu hanya menggelengkan kepala. Ia tidak habis pikir, anaknya akan menikahi lelaki di depannya itu.     

"Ih, itu kenapa kamu masukan tangan di celana kamu? Itu juga kayaknya celananya sedikit basah," ujar Azhari, melihat celana Usman yang kelakuannya seperti itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.