Tante Seksi Itu Istriku

Wanita Bule Yang Menghina



Wanita Bule Yang Menghina

0"Early in the morning meet a beautiful woman but with a bad man." Wanita itu berkata dengan bahasa inggrisnya, melirik ke arah Farisha dan Usman.     

"What's your business with that? Even if it's bad, he's still a good person. Instead of you, only beautiful capital, are you married yet?" balas Farisha dengan ketus. Ia tidak tahu mengapa ia tidak suka orang mengatai Usman buruk.     

Sementara Usman tidak tahu apa yang dikatakan dua wanita itu. Hanya bisa terdiam mendengar keduanya berbicara dengan bahasa yang membingungkan.     

"Damn it! Bitch you!" bentaknya sambil menyilangkan satu tangan di dadanya. Ia mendumel dengan kata yang tidak jelas.     

'Mereka ngomong apaan, sih? Apa si bule itu mau ngerebut aku dari tante cantik? Tapi maaf saja, aku sudah menikah dan tidak mau selingkuh dari tante cantik,' pikir Usman di dalam hati. Namun ia sadar, dirinya tidak mungkin menjadi bahan rebutan dua wanita yang berkata sesuatu yang tidak ia tahu.     

"Orang kalau mulutnya sampah, ya nggak bisa mesti dilihat dari penampilannya. Cantik-cantik tapi mulutnya sampah," sindir Farisha lalu menarik Usman agar mendekati dirinya.     

"What? What do you mean talk like that? You think I don't know? You bitch!" umpat wanita itu dengan raut wajah tidak suka. Dengan melotot ke arah Farisha.     

"Tante ... dia bilang apa? Aku nggak tahu dia ngomong apaan?" tanya Usman dengan wajah polosnya. Tapi ia penasaran dengan perkataan bule cantik itu.     

"Dia sedang lapar, Usman. Dan dia ingin minta makan sama kita. Tapi dianya maksa, katanya sudah lima hari nggak makan. Aku mau ajak makan, dianya malah nyolot." Begitulah yang dikatakan oleh Farisha kepada Usman. Tentunya ia sengaja memancing emosi wanita yang berada di satu lift dengan dirinya dan Usman.     

"What are you saying, not what I said! Hey, shameless woman, you deserve her. Leave you like that." Wanita bule itu lalu mengalihkan pandangannya dari Farisha dan Usman. Ia sangat tidak suka dengan perkataan orang yang menghinanya. Tapi ia sekarang sedang ada di lift, tidak mungkin bisa keluar dengan bebasnya. Akhirnya ia memutuskan untuk diam saja. Karena ia pasti akan kalah oleh perkataan Farisha.     

Selang beberapa waktu, akhirnya mereka sampai di lantai bawah. Mereka bertiga keluar dari dalam lift, begitu pintu terbuka. Setelah keluar dari lift, Usman mengikuti ke mana Farisha melangkah. Tentu wanita bule yang satu lift itu juga mengikuti mereka. Karena kebetulan mereka akan pergi ke arah yang sama.     

Sampailah mereka ke restoran yang berada di bawah hotel. Itu adalah tempat di mana mereka melangsungkan pernikahan. Walau sudah menyewa tempat itu semalam, tidak dengan kamar hotel yang sudah terlebih dahulu sudah ditinggali beberapa orang, termasuk wanita yang bersama dalam lift.     

"Mbak, nggak ikut kami makan? Pasti Tante Farisha akan membayarkan makanannya," ujar Usman ketika melihat wanita itu meninggalkan mereka.     

Farisha malah tertawa mendengar ucapan Usman. Ia yakin kalau wanita bule itu marah dengan ucapan Usman yang spontan. Sedangkan wanita itu pun hanya bisa berdecak kesal. Ia berjalan lebih cepat, menuju ke meja yang lain. Yang jauh dari tempat mereka.     

Waktu sudah jam sebelas pagi. Dari tadi Azhari sudah menunggu dengan tidak sabar. Hingga ia memutuskan untuk makan sendiri. Dirinya sedang menikmati konser musik jaz yang disajikan secara khusus. Melihat Farisha dan Usman datang, mereka segera menyambut mereka. Dan ternyata itu adalah sebuah pengumuman.     

"Oke, hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk kita semua. Yah, seperti yang kita ketahui, tadi malam telah diperlangsungkan acara pernikahan yang begitu membahagiakan. Siapa lagi, kita sambut kedua pengantin malam tadi, Farisha dan Usman! Dan seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya, untuk makanan hari ini, semua ditanggung oleh pihak dari kedua mempelai. Jadi, makan di sini digratiskan, selama persediaan masih ada!"     

Rupanya Azhari telah membayar tagihan semua makanan di hotel. Ini karena untuk mengungkapkan rasa syukurnya karena anaknya menikah. Farisha menatap ibunya dengan senyuman. Ia tahu ini adalah perbuatan ibunya. Mereka berdua, ibu dan anak saling berpelukan. Ia yakin wanita bule itu juga melihatnya dan Usman yang ditunjuk oleh MC.     

Walau wanita bule itu tidak terlalu lancar bahasa Indonesia, ia tahu maksud dari sang MC. Ia mengetahui sedikit-sedikit dan malah membuatnya kesal. Harapannya untuk makan gratis sirna sudah. Ia segera berdiri dan memutuskan untuk meninggalkan restoran yang berada di bawah hotel.     

"Baiklah ... untuk menemani makan anda sekalian, izinkan kami menyajikan musik dan lagu dari kami. Selamat menikmati!" seru pria yang bertugas sebagai MC itu. Ia lalu mengajak rekan-rekannya untuk mulai bermain musik santai.     

Entah mengapa, Farisha merasa puas hari ini. Ia bisa menunjukan siapa dirinya pada wanita itu. Namun hal yang tidak terduga, seorang pria yang sering ia tolak, datang hari ini. Tapi ia tidak terlalu memusingkan itu. Karena dia adalah Bram. Pria itu ingin bertemu dengan Farisha setiap hari. Karena kamar hotel sudah tidak bisa dipesan sebelumnya, pria itu harus pulang dan pagi-pagi sekali ia datang kembali ke hotel. Tepatnya ia menghubungi nomor Azhari karena semalam ia juga meninta nomor wanita paruh baya itu.     

"Hei hei hei! Pengantin baru sudah hadir di sini! Bagaimana kalau kita menikmati hari yang bahagia malam ini, hemm? Ayo, kita juga ikutan nyanyi juga!" ajak Bram yang merangkul Usman.     

"Kenapa si kera besar itu selalu datang ke sini, sih? Bu, kamu yang ngasih tahu dia kalau kita ada di sini? Dia itu orang yang tidak tahu diri, Bu!" protes Farisha yang mendekati sang ibu.     

"Dia yang tanya sama ibu. Kupikir dia temannya Usman. Tuh, dia lengket banget sama Usman. Lagian kemarin dia minta nomor ibu. Katanya dia tidak punya nomor Usman karena suami kamu itu nggak punya ponsel. Jadinya ibu kasih ke dia."     

Farisha tahu akal bulus Bram yang tidak tahu diri itu. Selalu saja pria itu yang menggangu sepanjang waktu. Padahal ia sudah menolak berkali-kali dan pria itu juga tahu kalau selama ini, Farisha tidak pernah terlibat hubungan dengan pria manapun. Hanya saja Usman yang beruntung dan bisa menjadi suami bayaran wanita yang Bram incar dari dulu.     

"Biarlah, Nak. Ibu lihat mereka begitu akrab. Dan katanya juga, nak Bram ini adalah teman sekelas kamu dulu. Jadinya kalian sudah kenal dari lama, kan? Sayang dianya katanya sudah menikah tapi dikhianati istrinya. Kasihan sekali hidupnya, Farisha. Tapi kalau dia baik, nggak apa-apa kalau dijadikan sebagai teman," tutur Azhari dengan kata yang sudah ia pertimbangan dahulu.     

Farisha tidak habis pikir. Ia malah semakin kesal. Yang ia awalnya merasa senang karena bule wanita itu pergi, kini datang Bram yang tidak tahu diri.     

"Hari ini aku tidak menyangka akan datang. Huhh, awalnya wanita yang suka menghina itu. Tapi sekarang ada si kera besar itu." Farisha menghela nafasnya panjang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.