Tante Seksi Itu Istriku

Memijat Sang Istri



Memijat Sang Istri

0Yah, Farisha bersama dengan Vania adalah pasangan sesama wanita. Keduanya sering melakukan hubungan percintaan sesama jenis di berbagai tempat. Wanita yang ia temui saat membeli pakaian dan tentu mereka melakukan itu di kamar ganti. Membuat Usman dan Azhari harus menunggu lama.     

Bahkan mereka sering menginap di hotel saat ingin hanya ada dua orang itu. Farisha sedang menunggu Usman untuk membantunya karena tidak ada orang lain yang bisa membantunya untuk melakukan apa yang biasa ia lakukan. Ia hari ini berharap ada yang memijatnya ke seluruh tubuhnya.     

"Oh, sebenarnya aku kenapa, sih? Apa karena kamar ini atau kenapa?" Ia berpikir sejenak apa yang terjadi sebelumnya. Ia terakhir kali tidak melakukan apapun yang bisa membuatnya ingin merasakan percintaan dengan wanita lain.     

Usman telah selesai buang air dan juga sekaligus mandi. Ia memakai handuk yang baru digunakan oleh Farisha. Ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan apapun lagi. Karena ia mengompol di celana ditambah melihat lekuk tubuh Farisha di balik kaos longgar dan tipis itu.     

"Oh, Usman? Kaukah itu? Kamu lama sekali?" tanya Farisha. Ia bangkit dari tidurnya. Badannya terasa panas dan ia tidak tahu kenapa. Ia hanya tidak bisa bertahan semakin lama dan ingin kepuasan datang padanya.     

"Eh, iya Tante. Maaf, aku tadi nggak kuat nahan buang air kecil. Aku mau ambil celana dulu," ujar Usman sambil menuju ke lemari pakaian. Ia menyelonong dan membuka lemari itu dan mengambil celana panjangnya dan juga celana pendek.     

"Kamu bisa pijitin aku enggak, Man? Badanku capek sekali. Juga sangat lelah banget hari ini. Kalau dipijit pasti enak, yah," tutur Farisha yang lalu memijat dadanya sendiri karena sudah tidak tahan.     

Usman sendiri menelan salivanya kembali karena memikirkan bagaimana ia memijat Farisha. Tentunya ini bukan sesuatu yang sehat. Karena pasti akan ada pergolakan batin yang ingin meronta. Dan jelas akan membuat jiwa lelakinya bangkit. Tapi tidak bisa menggunakannya dengan benar. Ia harus menahan kekuatan itu dari dalam diri.     

"Eh, iya nanti, Tante!" jawab Usman dan langsung berlari ke kamar mandi. Ia sangat takut walau hanya untuk memikirkan saja. "Ah, andaikan aku dan dia memang suami-istri beneran, mungkin aku tidak akan tersiksa begini. Bagaimana aku bisa menahannya? Aku tidak mungkin bisa melakukan itu padanya, kan? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"     

Di satu sisi, ia adalah seorang pria yang normal. Yang jelas ia akan tergoda dengan wanita secantik dan seseksi Farisha. Tapi satu sisi lainnya adalah, mereka adalah pasangan suami-istri pura-pura. Tidak mungkin mereka melakukan pasangan suami-istri beneran. Walau sebenarnya mereka sudah sah secara hukum agama dan hukum negara.     

"Ah, aku harus kuat! Yah, aku tidak boleh lemah dan menjadi seperti ini! Ingatlah Usman! Kamu pasti bisa!" tandasnya sambil menyemangati diri sendiri. Ia mengenakan pakaian dalam dan celana pendek berwarna biru. Lalu ia keluar dari kamar mandi.     

Farisha terlihat acak-acakan dan begitu menggoda. Rambutnya yang panjang itu sudah terurai acak-acakan. Juga pakaiannya yang membuat lekuk tubuhnya kelihatan. Sekarang wanita itu hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek yang hanya menutupi sampai bokongnya saja.     

"Ayo, Usman. Kamu pijitin aku, yah! Aku akan memberi kamu uang lagi kalau kamu memuaskan aku malam ini, ohh," seloroh Farisha menahan nikmat karena ia memijat bagian bawahnya. Ia menjepit selakangannya dengan kedua kakinya. Membuat sensasi nikmat seperti orang bercinta.     

Usman hanya diam dan memejamkan matanya. Ia berpikir itu adalah kesengajaan Farisha untuk mengetesnya saja. Ia harus lulus dari tes itu agar bisa membuat sang istri pura-puranya itu yakin, dirinya tidak akan berbuat macam-macam padanya. Tapi ia juga harus membuat Farisha puas dengan pijatannya.     

"Eh, ngapain tutup matamu? Sini cepetan naik ke atas ranjang! Kamu leled banget jadi orang! Kalau mau kerja dengan aku, kamu harus gercep jadi orang! Ini kamu lemot kayak siput! Ayo pijitin aku! Dan kamu jangan macam-macam denganku, yah!" ancam Farisha, menunjuk ke arah Usman.     

Benar apa yang dipikirkan olehnya, Usman tidak mungkin bisa bertahan kalau harus melihat Farisha seperti itu. Ia harus menutup mata untuk memijat dan tidak boleh memijat sesuatu yang tidak perlu. Ia lalu perlahan melirik ke depan, terlihat Farisha membelakanginya. Ia bisa melihat rambut Farisha dari belakang yang sudah acak-acakan. Melhat pakaian wanita itu yang kusut.     

Usman belum berani menyentuh wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Ia sudah berada di belakang wanita itu dan memejamkan matanya. Perlahan ia dekatkan tangannya ke pundak Farisha. Harum bau di tubuh sang istri begitu menggoda iman. Itu sangat wangi dan lembut. Membuatnya bagaikan terbang melayang. Bagai berada di dalam surga yang indah, melihat wanita yang bagaikan seorang bidadari.     

"Eh, ayo pijitin aku, Usman! Aku tidak akan sembuh dari pegel ini kalau kamu hanya diam saja! Ayo pijitin aku, cepat!" perintah Farisha dengan keras. Ia tidak sabar ingin dipijat. Sementara tangannya memegang buah dadanya sendiri dan memijatnya.     

Usman memejamkan matanya, sehingga tidak tahu apa yang dilakukan oleh sang istri. Ia mengintip sedikit dan hanya terlihat punggung Farisha. Ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh wanita itu. Tapi ia yakin kalau Farisha begitu menggairahkan. Kalau ini pernikahan yang sesungguhnya, mungkin pemuda itu akan puas malam ini. Tapi karena embel-embel pura-pura itu, membuatnya merasa tersiksa.     

"Kamu ngapain aja, ohhh, aku mau dipijat, cepetan!" perintah Farisha. "Oh, kenapa aku jadi seperti ini? Hemm ... mmmm ... hessshh," desah Farisha yang menahan nikmat dan di bagian bawahnya sudah basah oleh cairan lengket yang keluar dari tubuh Farisha.     

Dengan menahan debaran di dada, menahan sesuatu yang tengah meronta-ronta di bawah sana, Usman memijat pundak Farisha dengan perlahan. Ia hanya berani memijat bagian pundak dan tidak berani yang lainnya. Dengan rambut Farisha yang menghalangi. Tapi rambut itu sangat wangi. Ia tergoda dengan semua bau dari wanita itu.     

"Ohh, terus pijat, Usman, ohh ... ssshhh ... ayo ke bawah lagi, dong. Eh, leher aku juga deh, yang kenceng pijatnya, ohhh iya ... di sana, ohhh ..." seloroh Farisha yang menahan nikmat.     

Saat ini Usman sedang memijat bagian leher Farisha. Ia memijat dan hanya melirik sebentar pada istrinya. Ia melihat Farisha yang masih berpakaian lengkap seperti tadi. Tapi ia merasakan badan Farisha lebih hangat dan juga berkeringat. Aroma parfum tercampur dengan bau keringat Farisha. Tapi Usman menikmati bau badan Farisha itu. Ia menghirup nafas panjang dan mengeluarkan dengan lembut.     

"Tante ... aku minta maaf. Aku memijat kamu seperti ini. Aku ... aku ... aku tidak pintar memijat. Jadi hanya bisa memijat seperti ini, maafkan aku, Tante," kata Usman yang berusaha semaksimal mungkin.     

"Iya, Sayang ... oh, Usman ... jambak rambutku! Jambak rambutku! Oh, Usman! Buruan, jambak rambutku, ohh!" pekik Farisha yang menahan kenikmatan itu sendiri. Tapi meminta Usman untuk memuaskan dirinya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.