Tante Seksi Itu Istriku

Mengganti Pakaian



Mengganti Pakaian

0"Maaf, Tante. Apa aku harus melakukan ini? Nggak minta sama ibu Tante sendiri. Aku ... mmm ... anu Tante. Gimana mau jelasinnya?" ujar Usman lirih. Ia tidak menyangka akan dihadapkan dalam situasi seperti saat ini. Ia harus membuka resleting dari Farisha. Ia mau melakukannya namun beberapa kali ia urungkan niatnya. Hingga ia pun merasa sangat bingung.     

"Kalau ibu aku yang lepasin, dia akan curiga. Sudah, deh, hanya membuka resleting saja, kok. Kamu jangan berpikir yang tidak-tidak, yah! Cepetan bukain resletingnya!" perintah Farisha dengan tegas.     

Usman menelan ludahnya ketika ia mulai menyentuh resleting dan menurunkannya. Tidak bisa dibayangkan, apa jadinya kalau ia melihat bagian depannya. Namun sayangnya ia hanya bisa melihat punggung sang istri dengan tubuhnya yang gemetar.     

'Ya Tuhan, apakah aku akan melihatnya hari ini? Apa dia mau melakukan itu? Kalau iya, bagaimana, ini? Aku takut, Tuhan. Semoga ini akan menjadi pengalaman yang paling bahagia untukku. Semoga dia tidak menyesal nantinya, aku melakukan ini padanya. Aku menjadi suami yang sah untuknya,' pikir Usman di dalam hati. Sambil terus menahan nafas yang tersengal-sengal. Jantungnya seakan mau copot menahan rasa yang akan menjadi paling membahagiakan sekaligus mendebarkan baginya.     

Satu detik, dua detik, tiga detik dan detik demi detik berlalu. Usman sudah menunggu sang istri untuk berbalik. Namun apa yang dibayangkan oleh Usman tidaklah seperti ekspektasinya. Farisha melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi tanpa memperlihatkan apa yang selama ini menjadi fantasi pemuda itu. Bahkan bisa jadi menjadi fantasi orang lainnya.     

'Huh, apakah aku tidak bisa melihatnya? Aduh, kenapa aku bodoh banget? Kenapa aku malah mengharapkan malam ini bisa melihat dia tidak memakai apa-apa? Apa aku salah, menjadi penasaran seperti ini?' pikir Usman, menarik nafas panjang.     

Entah mengapa itu hanya sebagai harapan palsu untuk Usman. Lelaki itu sudah sangat berharap untuk melihat bagian yang menggoda kaum adam itu. Setelah kepergian Farisha yang menunju ke kamar mandi, membuat Usman hanya bisa terduduk di lantai. Ia takut duduk di tempat tidur yang cukup luas itu. Andaikan ia duduk di sana, ia takut akan merusak mood dari Farisha atau akan dimarahi oleh wanita itu.     

"Bagaimana mungkin aku hanya bisa terdiam seperti ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus tidur di lantai? Ah, mungkin tante Farisha akan baik dan memberikan apa gitu, biar aku bisa tidur di lantai dan nggak kedinginan."     

Andaikan ada sofa atau kursi panjang, alangkah baiknya itu. Tapi yang ada hanya tempat tidur dan dua buah kursi dan meja hias. Serta sebuah almari untuk menyimpan pakaian mereka. Pemuda itu berpikir untuk mengganti pakaiannya. Sebenarnya ia juga merasa risih kalau harus memakai celana panjang untuk tidur. Ia memakai sarung dan sweater saat berada di swalayan. Walau ada selimut yang terasa malah panas ketika memakainya.     

Hari ini Usman dihadapkan dalam keadaan yang sama sekali berbeda dengan hidupnya di masa lalu. Ia harus pintar-pintar bersikap dan tidak membuat malu keluarga Farisha. Mungkin itu akan cukup kalau Usman melakukan itu semua. Tak akan membuat orang menjadi malu saat berada di hadapannya.     

Sementara Farisha masih berkutat dengan pakaiannya. Setelah resleting yang ia kenakan dilepas, ia kesulitan untuk melepaskan gaun itu. Karena ada beberapa ikatan yang diikat dari belakang. Ia harus bersabar membukanya. Kali ini ia tidak bisa meminta bantuan suaminya yang hanya pura-pura itu.     

"Ugh, kenapa ini sangat merepotkan? Aku sendiri yang memilih gaun ini. Tapi aku sendiri yang kerepotan untuk membukanya. Sungguh lama sekali!" umpat Farisha dengan kesal.     

Dengan telaten, wanita itu membuka tali demi tali. Ia tidak memakai pakaian dalam lagi karena jika menggunakannya pun akan terlihat jelas. Karena gaun itu membentuk lekuk tubuh Farisha. Hanya ditutupi rumbai-rumbai seperti bulu kucing yang halus di bawah dadanya serta di pundaknya.     

"Ini sudah lelah banget hari ini. Tapi harus sibuk mengurus ini, sial sekali!" ketus Farisha. Setelah sekian lamanya, ia pun bisa melepas pakaiannya. Lalu ia pun mengganti dengan kaos dan celana pendek. Dan tanpa menggunakan pakaian dalam. Bahkan ia biasa tidak mengenakan apapun saat tidur. Hanya sekarang ia akan tidur bersama Usman. Membuatnya harus mengenakan pakaiannya.     

Setelah berganti pakaian, wanita itu segera mencuci tangan dan kakinya. Lalu menggosok giginya dan mengeringkan tangan dan wajahnya dengan handuk yang sudah disiapkan pihak hotel.     

"Lama banget tante di dalam? Aku sudah ingin buang air kecil, ini. Oh, kapan tante keluarnya? Ini sudah hampir setengah jam, ohh ..." seloroh Usman. Ia menjepit selakangannya dengan kedua kakinya dan ia pegang dengan kedua tangannya. Tidak tahan ingin buang air kecil.     

Tak seberapa lama kemudian, Farisha keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang baru. Memakai kaos longgar tapi tetap membentuk lekuk tubuhnya. Membuat sang suami pura-puranya itu melongo. Ia bahkan lupa untuk ke kamar mandi. Dengan masih memegangi celananya, ia juga melirik ke arah paha wanita itu. Benar-benar mulus dan halus. Dengan warna putih, sebening buah langsat.     

"Hei, kenapa kamu? Orang jorok banget, pegangin itunya." Farisha marah pada Usman karena melihat suaminya yang seperti itu.     

"Maaf, Tante. Aku tadi kebelet pipis. Nunggu Tante selesai ke kamar mandinya lama. Aku ke kamar mandi duluan, yah," celetuk Usman. Ia langsung berlari kecil sambil membungkuk, takut wanita itu tahu apa yang terjadi di dalam celananya yang sudah basah karena sudah mengeluarkan air kencing di celana.     

"Hohh, dasar bocah! Sudah segede itu pasti ngompol," kata Farisha lirih. Ia tadi melihat pakaian Usman yang basah dan tentunya itu adalah air seni dari Usman sendiri karena tidak bisa menahan.     

Setelah suaminya ke kamar mandi, Farisha melihat tempat tidur yang cukup luas itu. Ia sudah sangat lelah sehingga ia langsung merebahkan diri di tempat tidur itu. Ia melihat sekeliling kamar, banyak hiasan bermotif bunga dan tanaman hias. Ia bukan lagi anak-anak yang suka dengan itu semua. Ia juga merasakan bunga mawar yang ditebarkan di atas tempat tidur itu. Wangi yang tercium begitu semerbak, memanjakan hidung Farisha. Ia suka wangi yang membuatnya tenang itu. Ia begitu tergoda dan ingin cepat tidur. Tapi badannya juga lelah.     

"Ooh, ingin sekali dipijat. Apa Usman bisa memijat, yah? Oh, kenapa ini kamar malah membuatku seperti ini? Oh, kenapa ini? Ah, tapi aku lelah sekali, Vania, di mana kamu? Aku ingin sekali, ohhh ..." seloroh Farisha sambil memijat dirinya sendiri. Ia merasakan sensasi nikmat itu. Menginginkan hubungan percintaan di atas ranjang segera terjadi.     

Tapi Farisha membenci yang namanya lelaki. Ia tidak akan melakukan percintaan itu dengan lelaki manapun. Ia hanya akan melakukan itu dengan sesama wanita. Yang ia biasa lakukan dengan kekasih wanitanya, Vania.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.