Tante Seksi Itu Istriku

Cibiran Tamu Undangan



Cibiran Tamu Undangan

0"Bismillahirrahmanirrahim ... saya nikahkan saudara Usman Sayuti bin Sayuti Ahmad, dengan saudari Farisha Angelina binti Benny Syamsuri dengan maskawin berupa seperangkat alat sholat dan emas tiga puluh gram dibayar tunai!" ungkap sang penghulu yang menikahkan Usman dan Farisha.     

"Saya terima nikah dan kawinnya dengan Farisha Angelina binti Benny Syamsuri dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" pungkas Usman dengan satu tarikan nafas.     

"Alhamdulillah ... bagaimana dengan keputusan saksi? Sah?" tanya sang penghulu kepada semua saksi yang hadir dalam pernikahan kedua mempelai.     

Semua yang di dalam pun berseru, "Sah!" Dan mereka semua bertepuk tangan dengan senang hati. Untuk pernikahan itu, yang hadir kebanyakan adalah para orang tua. Sedangkan teman-teman Farisha yang tidak ada karena memang tidak diundang.     

Hanya Bram yang merupakan temuan seusia Farisha. Ia terharu mendengar kalimat tegas dari Usman. Ia sendiri jadi menginginkan menikah lagi. Apalagi kalau calon pengantin yang dimaksud adalah Farisha. Ia membayangkan kalau yang menikah hari ini adalah dirinya. Tentu itu akan menjadi sesuatu yang paling membahagiakan dirinya.     

Cinta memang membuat orang menjadi halu. Sejenak Bram yang mulai terbayang-bayang tentang pernikahan yang dilaksanakan adalah dirinya. Dan yang paling ia tunggu adalah acara yang dilakukan hanya ada dirinya dan Farisha. Di mana mereka saling memperlihatkan semuanya. Di mana acara malam yang panas dan saling merasakan kemesraan dan kebahagiaan olahraga malam hari.     

Sementara sang penghulu sedang membacakan doa untuk pernikahan antara Usman dan Farisha agar langgeng sampai tua nanti. Bahkan banyak para tamu yang terlihat puas dengan pernikahan Farisha dengan Usman. Karena mereka juga tidak suka dengan keluarga Benny. Jika Benny mendapat menantu seperti Usman, mereka mendoakan dengan sepenuh hati.     

Usai membacakan doa bersama, dipersilahkan untuk kedua mempelai untuk saling bersalaman. Di mana Usman yang memberi kecupan pelan di dahi. Juru kamera juga tidak mau kalah untuk mengabadikan momen bahagia itu.     

"Alhamdulillah ... kalian berdua sekarang adalah suami-istri. Nak Usman, kamu tolong jaga anak ibu dengan baik. Sekarang kamu adalah menantu kami dan kamu bisa tidur sekamar dengan Farisha. Tapi sebelum itu, kalian bisa naik ke kursi pelaminan untuk berfoto."     

Di antara yang paling bahagia adalah Azhari. Walau pernikahan putrinya tidak sempurna karena ketidak hadiran sang ayah dari mempelai wanita. Tapi acara pernikahan sudah selesai. Kini tinggal acara tambahan untuk foto bersama dan acara makan-makan yang ditunggu-tunggu oleh semua orang.     

Mereka menikmati malam itu dengan bersantai dan saling mengobrol. Tawa dan bahagia menjadi satu dan yang jelas, gunjingkan-gunjingan tentang Usman pun semakin menjadi.     

"Hei, kayaknya si pengantin itu sudah hamil duluan, deh. Kayaknya dia hamil dengan orang lain dan pemuda itu hanya sebagai korban. Dia harus tanggung jawab karena hamilnya Farisha. Lihat saja beberapa bulan lagi, pasti akan ada kabar dia melahirkan."     

"Jangan ngomong gitu deh, Jeng. Nggak baik ngomongin pengantin seperti itu. Kita doakan saja mereka bahagia untuk selamanya," sahut salah seorang dari mereka yang perduli dengan keluarga Farisha.     

"Eh, Jeng. Kita bicara gini, bukan karena asal ngomong. Buktinya kan ada. Lagian sudah usia tiga puluh tahun, masa iya, masih perawan? Ya jelas sudah jebol oleh banyak lelaki. Dan mungkin saja, anak di kandungannya tidak tahu orang tuanya. Siapa yang menjadi ayah dari anak itu. Atau bisa jadi itu ayahnya sendiri. Tahu, kan? Itu pak Benny yang suka daun muda dan sering kepergok sedang jalan dengan seorang wanita muda. Lebih muda dari Farisha, Jeng!"     

"Oh gitu, Jeng? Wah, sungguh keluarga yang begitu bejat. Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau gitu, lebih baik jaga keluarga saja. Anak dan orang tua sama saja, hihihi."     

Usman dan Farisha tidak mendengar pembicaraan para wanita yang sedang menggunjing. Karena mereka sedang melakukan foto dengan beberapa orang yang minta foto. Di sana ada Bram yang. Sangat narsis dan terus dekat-dekat dengan kedua mempelai. Bahkan pria itu hampir selalu ada disetiap pemotretan.     

"Ih, kenapa kamu masih saja menggangguku? Usman, kenapa kamu mengundang kera yang gila itu? Lihat saja tingkahnya yang seperti kera yang dikasih pisang. Pasti akan bertingkah kayak gitu," ujar Farisha pada sang suami.     

"Eh, kenapa kamu, Sayang? Apa kamu mau foto sama bintang sinetron ini, hem? Apakah aku sudah seperti bintang artis terkenal Hollywood, hemmm? Tentu saja aku ini sangat tampan. Tidak ada yang bisa menyaingi ketampanan aku hemm," gumam Bram yang mengulas senyum. Ia juga menyisir rambut panjangnya ke belakang dengan kedua tangannya.     

Usman tidak tahu apapun tentang artis yang dimaksud. Tapi ia juga tidak perduli dengan omongan Bram itu. Ia juga tidak nyaman karena kedatangan Bram yang menggangu suasana itu. Karena Bram yang selalu mengejar Farisha, dirinya bahkan bekerja sama dengan Usman. Dimana pemuda itu tidak bisa menolak.     

"Oh iya, Sayang ... aku punya sesuatu sebagai hadiah pernikahan kalian. Apa kalian mau melihat apa yang akan aku berikan pada kalian, hemm?" tanya Bram yang menatap Farisha dengan tatapan menggoda.     

Tatapan Bram bukan membuatnya suka. Bahkan terasa muak dengan pria itu. Ia tidak perduli hadiah apa yang akan diberikan oleh pria yang ia anggap sebagai kera itu. Yang selalu pecicilan dan sikap tengilnya. Membuat orang menggelengkan kepala karena merasa malu, punya teman seperti Bram.     

"Selamat untuk kalian, yah! Semoga pernikahan kalian langgeng sampai kalek-nenek," ujar seorang pria yang membawa istrinya, menghampiri kedua mempelai dan menjabat tangan keduanya.     

"Terima kasih, Om. Tante, terima kasih sudah mau datang di pernikahan kami. Semoga kami bahagia sampai tua nanti, Aamiin." Bahkan Farisha mengamini doanya sendiri yang ia tidak sengaja melakukan dengan tulus.     

"Aamiin ... kamu beruntung sekali, Bro, mendapatkan seorang istri yang sangat cantik," ujarnya yang mengatakan itu pada Usman. Yang mendapat senggolan dari sang istri.     

"Hayo, Pah. Awas kalau masih genit, tidur saja di luar!" ancam wanita itu. Karena ia merasa Farisha sangat cantik dan tentu lebih cantik darinya.     

Dengan balutan kain yang menjulur ke bawah, gaun putih yang membuat Farisha harus memperlihatkan belahan dadanya yang besar dan menggoda kaum adam. Bahkan para tamu undangan pria tidak bisa lepas dari memandang ke arah itu.     

Ada pula yang melihat dari kejauhan, mengenai pengantin pria yang lebih pendek dari pengantin wanita. Ini adalah perbedaan yang sangat mencolok bagi mereka semua. Apalagi mereka yang tidak suka dengan keluarga itu sejak dulu, selalu mencari kesalahan itu.     

Beberapa orang mulai mendatangi Farisha dan Usman. Mereka ada yang menikmati makanan sambil bergosip dan beberapa tamu ada yang pulang. Azhari selalu menemani Farisha di samping. Ia kadang meninggalkan anaknya untuk bersalaman dengan para tamu undangan. Bahkan tidak banyak yang baru datang. Karena tidak ingin menunggu lama. Hanya melihat kedua mempelai dan memberi hadiah. Lalu meninggalkan tempat itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.