Tante Seksi Itu Istriku

Pernikahan Tanpa Wali



Pernikahan Tanpa Wali

0Sebuah acara pernikahan digelar dengan mewah di sebuah hotel ternama di kota itu. Usman merasa sangat gugup karena hari ini ia akan resmi menjadi seorang suami. Ia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa hanya dihadiri oleh beberapa orang yang dikenal. Sedangkan sisanya adalah rekan dari Azhari.     

Benny yang seharusnya mernjadi wali nikah untuk Farisha, tidak menunjukan batang hidungnya. Hanya ada beberapa rekan Benny yang datang. Itupun tidak seberapa. Karena Benny sendiri sangat malu, menikahkan putrinya dengan Usman. Apalagi saat ini Benny sedang berada di sisi selingkuhannya.     

"Kenapa pak Benny belum juga datang? Apa dia nggak mau menikahkan anaknya? Oh, lihatlah ... calon menantunya itu juga kayak gitu. Ya pantas saja nggak mau. Mungkin dia malu kali, mendapatkan menantu seperti itu," ujar seorang wanita yang menjadi tamu undangan.     

"Eh, iya Jeng. Masa, orang secantik Farisha, mau saja menikah dengan anak seperti dia. Apa karena semua lelaki enggak ada yang mau, yah? Heh, nggak habis pikir dengan semua ini. Tapi memang dia perawan tua, sudah kepala tiga, masa baru menikah? Kalau anakku malah sudah punya anak yang sudah sekolah. Padahal anakku baru berumur dua puluh tujuh tahun. Yah ... nasib orang kadang bisa berbeda-beda, yah," timpal wanita lain yang turut berkomentar.     

"Duh, kenapa ayah kamu belum juga datang, yah? Kamu yang sabar, Farisha. Pasti ayahmu akan segera datang untuk menikahkan kamu," tutur Azhari yang duduk di sebelah Farisha.     

Bukan Benny tidak diberitahu oleh Azhari. Bahkan Benny juga sudah tidak perduli lagi dengan pernikahan putrinya. Bahkan tidak pernah menanggapi sang istri untuk datang. Kembali Azhari menghubungi suaminya lewat pesan singkat. Dan bahkan tidak dibaca juga. Kemudian wanita itu pamit ke belakang untuk menghubungi Benny.     

'Lihat saja kalau bajingan Benny itu datang. Pasti tidak akan datang lagi, hehh. Aku pun tidak membutuhkan dia untuk hadir. Mau jadi wali nikah ataupun tidak, ini tidak akan ada gunanya."     

Farisha harus menebalkan tekadnya. Ia sudah sering mendapatkan cibiran dari mulut orang lain. Tidak perlu ia menanggapinya. Bahkan ia sudah menganggap dirinya tuli. Padahal ia mendengar sendiri tentang suaminya. Bagi wanita berusia tiga puluh tahun itu, menikah atau tidak menikah, toh dia sendiri yang menjalani. Maka tidak ada hubungannya dengan orang lain.     

"Kamu yang sabar, Bro. Kalau tidak ada dia, juga kamu tidak akan apa-apa, kok. Kamu lebih baik jangan dengarkan orang-orang itu, yah,! Semangat untukmu, Bro!" kata Bram yang ada di samping Usman.     

Semenjak tahu ini adalah pernikahan pura-pura, maka Bram tidak lagi khawatir, wanita yang dicintainya akan pergi. Ia hanya harus bersabar sampai Usman dan Farisha resmi bercerai. Dan di saat itu, Bram akan menjadi layaknya sang pangeran yang menanti datangnya seorang janda seksi dan cantik itu.     

"Bagaimana, Saudara Usman dan Saudari Farisha, kenapa wali nikahnya belum datang? Saya harus menghadiri acara pernikahan yang lainnya juga. Ini tidak ada waktu lagi. Apa tidak ada wali lain selain ayah dari Saudari Farisha?" tanya penghulu dengan raut wajah serius.     

Pria paruh baya itu sudah menunggu lama untuk pernikahan itu. Begitu juga dengan tamu undangan yang sudah tidak sabar untuk menikmati makanan. Mereka belum bisa makan sebelum ijab kabul dilakukan. Dengan menahan rasa kesal, para tamu undangan bahkan ada yang sudah berniat pulang lebih awal. Mereka hanya perlu sabar beberapa waktu lagi.     

"Kalau begitu, Bapak saja yang menjadi wali nikahnya! Bisa kan, Pak? Bajingan keparat itu tidak mungkin datang ke sini! Saya juga tidak perduli siapa yang menjadi walinya. Yang penting saya bisa menikah hari ini," ujar Farisha dengan senyuman menyeringai.     

Ada beberapa yang mendengar perkataan Farisha, mereka menyayangkan sikap seorang anak kepada ayahnya sendiri. Tapi sekali lagi, wanita itu tidak mengambil pusing. Bahkan jika harus pergi untuk selamanya, ia akan membuatnya tenang.     

Farisha mau menikah dengan Usman, semata-mata karena sang ibu yang kasihan. Ia tidak tega melihat Benny yang memukulinya ketika ada orang yang telah melamar dan selalu Farisha tolak. Karena emosi, bukan hanya Farisha yang mendapat perlakuan kejamnya, ibunya juga mendapat imbasnya. Meski itu murni kesalahan Benny yang menjodohkan tanpa berbicara dengan Farisha dahulu sebelumnya.     

"Hemm, bagaimana ini? Apa lebih baik kalau minta pendapatnya orang tua wanita dari Saudari Farisha? Ke mana ibu anda saat ini? Bisakah dipanggilkan orang tua wanita dari Saudari Farisha?" pinta sang penghulu.     

Sementara Azhari sudah beberapa kali mencoba menghubungi suaminya. Namun beberapa saat kemudian, data seluler pria itu sudah dimatikan. Ini malah membuat Azhari jengkel. Karena ini adalah hari yang sangat penting bagi anak mereka.     

"Ya Allah, kenapa dengan suamiku? Padahal ini hari yang sangat sakral. Kenapa sampai sekarang kamu belum juga datang, Mas? Ke mana kamu sebenarnya pergi?" Ia menggenggam telepon genggamnya dengan kedua tangan.     

"Jeng! Jeng Azhari, apa kamu masih lama di dalam? Ini pernikahannya gimana? Soalnya tidak ada suami dari Jeng Azhari. Apa harus ditunda atau minta tolong penghulu untuk menjadi wali?" tanya seorang wanita yang ditugaskan untuk memanggil Azhari.     

Ashari sudah kehabisan akal. Ia tidak menduga akan terjadi hal seperti yang ia takutkan. Ia akan melihat pernikahan putri satu-satunya tanpa didampingi seorang ayah. Yang berarti untuk yang mewakili menikahkan anaknya adalah pihak dari penghulu sendiri.     

Azhari mengambil nafas panjang lalu menjawab, "Baiklah ... lalukan pernikahan tanpa ayahnya Farisha. Mungkin ini lebih baik daripada anakku gagal atau menunda pernikahan. Karena bagaimanapun juga, sudah banyak tamu undangan yang datang."     

"Oh iyeee, Jeng. Kalau begitu, kita nikahkan saja Farisha tanpa seorang ayah? Tapi apa kata orang nanti? Mereka akan meragukan kalau suami Jeng Azhari bukan ayah biologis dari Farisha, gimana?" goda wanita itu dengan sebuah senyuman dan terkikik pelan.     

Hari yang seharusnya dipenuhi dengan kebahagiaan, yang ada malah hari yang begitu buruk. Karena ketidak hadiran pria yang penting, membuat suasana pesta semakin buruk. Menyedihkan dan membuat orang emosi.     

Setelah mendapatkan persetujuan dari Azhari, wanita itu berlari kecil untuk menyampaikan kabar itu. Wanita paruh baya itu akan mendapatkan gosip yang akan sangat disukai oleh orang-orang. Yang khususnya para wanita yang menjadi rekan atau rival dalam kehidupan sosialita mereka.     

"Hemm, Pak penghulu, jadi gini, ayah dari pengantin wanita tidak hadir malam ini. Jadi untuk pernikahannya, Bapak saja yang mewakili," pungkas wanita sosialita itu.     

Dan yang terjadi adalah semakin banyak gunjingan dan cibiran yang harus Farisha dengar. Ia awalnya tidak perduli dengan itu semua. Hanya katena ada orang yang bagaikan memanaskan kompor di tempat penuh angin dan kertas kering itu, membuat api menjalar ke seluruhnya. Yang jelas itu menimbulkan prasangka buruk bagi kelurga Farisha. Ada yang mengatakan kalau Farisha bukan anak kandung Benny, ada yang mengatakan kalau Benny yang pergi ke tempat wanita panggilan dan lainnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.