Tante Seksi Itu Istriku

Kesalahan Karyawan Restoran



Kesalahan Karyawan Restoran

0Setelah menghabiskan makanannya, Usman dan Bram merasa kenyang. Tapi sampai sekarangpun belum juga minuman itu datang. Membuat keduanya merasa kehausan. Bahkan Bram yang merasa paling haus. Sementara untuk Usman, ia sudah terbiasa menahan haus ketika harus panas-panasan di bis atau jalanan untuk berdagang keliling.     

"Heh, kenapa minumannya nggak sampa-sampai! Hei, pelayan! Mana minumanku!" teriak Bram yang membuat pelanggan lain menengok ke arahnya. "Ini saya sudah menghabiskan makanannya. Tinggal minumannya saja kok lama banget? Apa mau kulaporkan kepada atasan kalian kalau pelayanan di sini kurang baik, hah?" ancam Bram.     

Karena panik, pemuda yang barusan berniat mengerjai Bram itu panik. Ia segera membawa minuman itu sambil berlari. Ia sangat tergesa-gesa dan sedikit berlari dengan dilihat beberapa orang yang berada di kafe itu.     

"Mampus! Kenapa aku tidak memikirkan hal ini? Bisa-bisa aku dipecat karena hal ini. Hari ini sungguh sial karena orang itu!" umpatnya lirih.     

"Lah, kenapa baru aku ancam, baru diantar? Ini pasti mau mengerjaiku, dasar pelayan tidak tahu diri!" umpat Bram sambil tersenyum ke arah pemuda yang sedang berjalan cepat itu.     

Sayangnya sebelum sampai ke meja Bram dan Usman, pemuda itu mengalami kejadian yang tidak terduga. Dirinya harus mengalami hal tidak menyenangkan karena tiba-tiba kepleset dan membuat minuman yang dibawa terjatuh.     

"Astaga! Kenapa jadi begini?" Pemuda itu sudah terjatuh ke lantai dan minuman yang dibawanya telah berantakan di lantai. Gelas juga sudah pecah dan berantakan. "Aduh ... bagaimana ini? Pasti aku akan dipecat! Mana cari kerjaan itu sulit banget! Sialan hari ini!"     

Banyak orang yang melihat kejadian itu. Pakaian Bram yang tersiram minuman terlihat ekspresi wajah menahan amarah. Walau sudah minum minuman yang mengarah ke mulutnya. Tapi tetap masih kurang banyak dan tidak bisa mengurangi hausnya. Bahkan wajah dan pakaiannya basah. Berbeda dengan Usman yang hanya terciprat sedikit di bajunya. Yang kebetulan berada di sisi tidak terkena tumpahan minuman tersebut.     

"Hei, apa kamu sudah tidak betah lagi kerja di sini? Tolong panggilkan manajer kalian atau pemilik restoran ini! Biar bisa mengurus kamu!" bentak Bram. Ia menambahkan, "Lihat ini, baju yang kupakai adalah pakaian yang mahal dan kamu sudah membuatku malu dilihat orang-orang."     

Usman tidak bisa melakukan apapun. Dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Karena tumpahnya minuman itu memang karena kesalahan pemuda itu. Walau Usman kasihan, tidak bisa melakukan apapun. Dan banyak orang yang bisa menjadi saksi untuk memberatkan pemuda itu. Ternyata hidup di kota besar, begitu tidak menguntungkan baginya. Apalagi kalau hanya karyawan biasa seperti pemuda itu.     

"Ma-maaf. Maafkan saya, aku tidak sengaja. Tolong jangan kasih tahu manajerku. Aku harus bekerja di sini, Kak," ucap pemuda itu sambil meratapi nasibnya. Ia lalu berdiri dan mengatakan, "Biar aku cuciin bajunya, Kak. Nanti bisa datang ke sini besok. Kalau bajunya sudah kering, aku kembalikan segera."     

"Memangnya bajuku ini dengan mudahnya kamu cuci sembarangan, hah? Kalau semua karyawan seperti kamu kerjaannya, bagaimana restoran ini akan maju, nantinya?" kesal Bram.     

"Iya, Kak. Maafkan aku yang telah bersalah padamu. Nanti aku akan membawanya ke laundry, deh. Tapi jangan bilang ke manajer, yah!"     

Seorang wanita cantik berjalan mendekat ke arah tempat kejadian itu. Ia melihat karyawannya yang bekerja tidak beres. Ketika ia mendengar keributan itu, wanita itu langsung bertindak.     

"Ada apa, yah? Kalau kalian bikin keributan, mending jangan datangi tempat ini? Hei, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya wanita itu. Namun ia melihat seorang pemuda yang pernah ia temui sebelumnya. Wanita cantik dengan dandanan seksi itu melihat Usman.     

Mata Bram tidak bisa lepas dari tonjolan di dada wanita itu. Ia juga bisa membayangkan betapa besarnya isi di dalamnya. Membuat pria itu memfokuskan matanya pada sesuatu itu. Walau tertutup dengan pakaian, terbentuk bulat dan jelas.     

"Maaf, Bu. Ini karena ketidaksengajaan saja. Aku tidak sengaja membuat tamu ini tersiram minuman yang kubawa. Tolong jangan pecat saya," ungkap sang pemuda mengakui perbuatannya. Sebagai seorang lelaki, ia memang harus bertanggung jawab.     

"Oh, kamu yang sudah membuat kekacauan ini? Oh, maafkan pelayanan kami. Kalau ada keluhan, silahkan untuk dikatakan. Kami akan menghukum karyawan kami yang tidak berkompeten. Kalau anda kurang puas, kami bisa memecat orang ini."     

"Bu, tolonglah ... saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Saya mohon jangan memecatku. Saya janji, ini tidak akan terulang kembali." Pemuda itu lalu berlutut di depan wanita itu.     

Tidak perduli apa, bahkan jika pemuda itu mengintip apa yang di bagian bawahnya. Karena wanita itu hanya memakai rok yang di atas paha. Ia menatap ke arah Usman yang dari tadi salah tingkah karena melihatnya menatap dirinya.     

"Hei, kurasa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya wanita itu kepada Usman. Ia mendekat ke arah pemuda itu untuk memastikan sesuatu. Ia mengendus bau dari Usman dan mengangguk.     

"Hei, apakah kamu seberuntung itu, Usman? Ini wanita yang sangat cantik ini, kenapa bisa kenal sama kamu? Oh, kalau kamu bisa seperti ini, bagaimana aku harus berguru padamu, nih." Bahkan Bram hanya menggelengkan kepalanya, sungguh wanita itu tidak kalah sempurnanya dengan Farisha. Hanya lebih seksian Farisha dan juga lebih cantik.     

"Oh, maafkan atas kecerobohan karyawan di restoran kami. Kalau begitu, apa kita bisa bicarakan dengan baik, Tuan? Kami bisa menggratiskan makanan untuk hari ini pada tuan ini? Tapi aku tidak menyangka, kita bertemu di sini, hemm? Bukankah kau yang aku temuin di toko pakaian?"     

Wanita itu menatap Usman dengan tajam. Tidak mungkin ia salah mengenali orang. Tapi memang wajah pemuda itu lebih bersih daripada saat terakhir mereka bertemu. Hanya yang disayangkan adalah, Usman masih sangat pendek.     

"Hei, anak udik, apa kau lupa denganku? Apa kau ada hubungannya dengan Farisha? Aku adalah Vania! Dan asal kamu tahu, aku tidak suka kau mendekati Farisha, oke?" ujar Vania yang menatap Usman tidak suka.     

Di dalam hati, Usman mengatakan, 'Apa salah dan dosaku? Aku kenal saja tidak, kenapa harus ada hubungannya dengan tante Farisha? Orang ini sungguh tidak tahu kenapa.'     

"Lihat apa kamu? Aku tidak akan lupa dengan wajah bodohmu itu! Dan kalian juga bersama, bukan? Kalau begitu, kalian lebih baik tinggalkan restoran ini dan jangan pernah datang ke sini kembali!" tegas Vania pada dua orang di hadapannya.     

"Eh, kenapa kami malah diusir dari sini? Bukankah aku harus mendapatkan kompensasi atas kesalahan karyawan di sini? Ini sangat tidak baik jika ada karyawan yang tidak bekerja dengan baik," ujar Bram dengan menyindir orang yang sedang jongkok untuk mendapatkan permintaan maaf.     

"Aku tidak perduli! Karyawanku adalah aku sendiri yang mengurusnya! Aku pasti akan menghukum dengan memotong gajinya. Tapi aku tidak suka dengan si tengik ini! Jadi kalian harus keluar dari restoran milikku ini!"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.