Tante Seksi Itu Istriku

Perlakuan Kejam Vania



Perlakuan Kejam Vania

0Farisha dan Vania tergeletak lemas di atas tempat tidur setelah melakukan semuanya. Keduanya merasa kelelahan setelah percintaan panas itu. Dengan nafas ngos-ngosan dan senyuman kepuasan yang teramat. Keduanya saling memandang satu sama lain.     

"Hehehe ... bagaimana, Farisha? Apakah kamu sudah puas?" tanya Vania. Tersenyum senang lalu mengusap rambut wanita di depannya. "Kalau kamu mau menurut padaku, aku bisa membuat kamu menikmati lagi dan lagi. Untungnya kamu tidak diapa-apain oleh lelaki buruk itu."     

"Kan sudah aku katakan, Vania. Aku dan dia hanya pura-pura menikah saja. Aku hanya mencintai kamu saja, Sayanguhh ... kenapa kamu tidak mengerti aku? Mending aku menikah dengan dia daripada dengan lelaki lain. Dia bukan brengsek seperti orang lain."     

"Cukup!" pekik Vania sambil menyentuh bibir Farisha dengan jarinya. "Aku tidak mau mendengar semua penjelasanmu! Dia juga seorang lelaki walaupun dia orang idiot dan bodoh. Bukan tidak mungkin dia mau tubuhmu. Aku sengaja tidak mau menerobos kamu karena aku ingin melihat, kamu melakukan itu atau tidak. Kalau aku tahu kamu berkhianat, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!"     

Farisha diam karena tidak mungkin bisa mengelak. Apalagi mengelak, untuk mengatakan niatnya untuk berubah pun ia urungkan. Karena nyatanya dirinya juga masih menikmati hubungan percintaan hari ini. Bahkan ia merubah niatnya hanya karena kenikmatan yang ia dapat hari ini.     

"Sudahlah, Farisha ... aku tidak akan melarang kamu lagi untuk menikahi lelaki itu. Tapi kamu ingat, kamu jangan kasih kesucianmu kepadanya. Tidak apa-apa kalau kamu selamanya menjadi perawan. Asalkan ada aku, kamu akan menikmati apa yang tidak akan diberikan oleh lelaki."     

Farisha sekali lagi hanya mengangguk setuju. Ia ingin istirahat dan memejamkan matanya sesaat. Perlahan ia mulai kehilangan kesadaran. Begitu juga dengan Vania yang juga mulai terlelap dengan keadaan tidak memakai sehelai benangpun.     

***     

Udara panas kini berganti rasa dingin. Farisha bangun dari tidurnya dan merasa tubuhnya menggigil. Menandakan kalau hari sudah sore. Ia membangunkan Vania yang masih terlelap. Tapi ia membangunkan dengan cara memencet dada Vania. Ia mengecup kedua ujungnya. Karena dengan cara itu, Vania akan segera bangun. Setelah mereka bangun, mereka bermain selama satu jam. Hingga pada akhirnya malam menjelang. Keduanya barulah istirahat sebentar dan memutuskan untuk mandi bersama. Tentu dengan permainan ringan mereka dan saling memandikan.     

Selesai mereka membersihkan badan, mereka juga tidak lupa membersihkan hasil perbuatan mereka yang kusut dan berantakan. Karena Vania sudah membuat restorannya menjadi rumahnya sendiri. Bahkan ada tempat mencuci sendiri dan ada dapurnya. Jadi lantai dua ini khusus untuk aktifitas keduanya. Walaupun para karyawan bisa saja ke atas, Vania sebenarnya melarang semua orang untuk naik ke lantai atas. Tapi ada saja yang kadang ngeyel dan jika ketahuan akan segera kena pemutusan hubungan kerja.     

"Mmm ... malam ini kita jalan-jalan ke mall, yuk!" ajak Vania ditengah kesibukannya yang sedang memakaikan pakaian pada sang kekasih. Karena saat membereskan semuanya, mereka dalam keadaan tak memakai apapun. "Kita kan sudah lama tidak jalan bareng. Aku yang traktir, deh. Kamu mau beli apa, hemm? Kebetulan aku lihat ada barang branded yang sedang diskon, loh. Barangnya hanya ada sepuluh di dunia. Dan ada lima di negara kita. Jadi kita harus cepat-cepat kalau tidak, kita akan kehilangan barang itu."     

"Boleh ... kalau ditraktir sih aku mau-mau saja, hehehe. Kalau gitu, aku yang traktir kamu makan, yah! Kita pergi ke kafe biasanya, okeh? Setelah lelah belanja, kita minum susu coklat dan vanila. Kayak kamu yang suka vanila. Padahal namamu Vania, kikikik," kikik Farisha, menanggapi sang kekasihnya.     

"So pasti ... ayo kita segera dandan yang cantik dan segera pergi ke sana!" Vania meneruskan memakaikan bra milik Farisha, setelah memakaikan celana dalam.     

Di lantai bawah, para pekerja saling berbisik tentang bosnya dan wanita yang datang dari siang. Mereka belum keluar dan turun juga. Mereka yang sedang tidak ada kerjaan, digunakan untuk bergosip.     

"Heh, tau enggak? Tadi siang aku dengerin bu Vania lagi enak-enak mendesah bersama wanita itu. Hemm, ternyata benar kata orang-orang sebelum kita. Jadi aku tuh, mencoba untuk mendengar dan sayangnya nggak bisa melihat tubuh mereka," bisik pemuda yang siang tadi naik ke lantai atas untuk menyelidiki.     

"Hushh ... nggak boleh yah, nggak boleh kalau mau mengintip seperti itu, loh. Itu kan termasuk yang tidak baik karena tidak melihatnya langsung. Apalagi kalau sampai memegang melon bu Vania. Pasti enak, tuh ... mmmm nyammm." Pemuda lain menyeletuk sambil menjilat bibirnya.     

"Hohohoho ... dasar lelaki mesum semua. Lihat saja nanti, aku yang akan menikmati semuanya. Apalagi kalau sampai masuk ke dalam kawah gunung berapi itu. Pasti anget-anget nikmat sambil mengeluarkan ampas yang kental."     

Ketiga lelaki itu lalu tertawa terbahak. Membayangkan saja sudah membuat mereka tergoda dan ingin melakukannya. Tapi ketiganya langsung terdiam ketika mendengar suara kaki melangkah.     

"Hei, apa yang kalian gosipkan, hah? Lanjutkan bekerja atau saya pecat, hah?" ancam Vania. Walau ia memiliki karyawan pria, ia juga sering memecat mereka karena kedapatan melihat perbuatannya bersama Farisha. Bahkan ia ancam untuk memotong masa depannya kalau sampai mengatakan ke khalayak umum. Karena Vania pernah membawa pisau dan hendak memotong masa depan salah seorang pemuda. Tapi ia urungkan niatnya karena takut masuk buih. Jadi ia hanya bisa melakukan itu.     

Pernah beberapa kali Vania dilaporkan kepada polisi karena kejahatannya. Tapi karena Vania pintar, ia bisa mengelak dengan mudah. Dan dengan suntikan dana untuk menyogok para aparat hukum itu. Selama kasusnya bukan kasus yang lebih berbahaya. Bahkan membalikan laporan dengan alasan pencemaran nama baik. Walau nama baik Vania sudah tidak ada lagi.     

"Kalian para lelaki hanya bisa bergosip yang tidak perlu! Kalian bertiga, harus dipotong gaji dua puluh persen bulan ini!" putus Vania. Karena mencari pekerjaan itu sangat sulit. Membuat Vania dengan mudahnya melakukan itu semua. Ia harus memberi peringatan pada semua karyawannya. Dan saat itu juga hampir semua tahu apa yang dikatakannya.     

"Maafkan kami, Bu. Kita nggak akan lagi-lagi. Kalau begitu, kami akan bekerja lagi." Karena takut, mereka pun hanya bisa mengiyakan dan pasrah. Mencari pekerjaan sangat sulit, apalagi kalau anak-anak muda yang baru tamat sekolah dan tidak memiliki keahlian khusus atau tidak memiliki modal untuk memulai usaha sendiri.     

"Dari dulu kamu kejam-kejam sama karyawan, tapi kok karyawan kamu makin banyak saja, hemm?" tanya Farisha. Karena kalau dirinya hanya ditinggalkan oleh karyawan. Farisha tidak setegas Vania saat memulai usahanya. Bahkan sudah puluhan orang yang keluar masuk ke swalayan miliknya untuk bekerja.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.