Tante Seksi Itu Istriku

Membawa Usman Ke Puskesmas



Membawa Usman Ke Puskesmas

0"Apakah rumahnya di sekitar sini, Sha? Kita sudah mencari tapi jalannya sulit. Ah, ada dua mobil di sana. Dan orang itu baru keluar. Mungkin kita bisa tanya ke orang itu?" usul Azhari yang mengemudikan mobil dan melihat Bahar yang baru keluar dari rumah dan masuk ke mobil.     

"Iya sudah ... eh, sepertinya aku ingat, hari ini seharusnya Usman di rumahnya pak Kardi. Terus seharusnya ... emm ... ada perempuan itu? Apakah dia yang akan dinikahkan pada Usman?" Farisha melihat wanita yang bersama pria paruh baya naik ke mobil. Dan ciri-cirinya sama dengan yang diceritakan oleh Usman.     

"Apakah kamu kenal perempuan itu, Sha? Tapi dia tidak mungkin kan, kalau ternyata dia adalah calon suami Usman?" tanya Azhari yang juga melihat wanita itu.     

"Enggak tahu, Bu. Lebih baik jangan datangi dia, deh. Lebih baik menghindar saja dulu. Kita kan wanita, di sana ada banyak orang sangarnya. Kita tunggu saja mereka pergi," ujar Farisha.     

Azhari mengangguk dan membiarkan mereka lewat. Seperti yang dikatakan oleh anaknya, Azhari berpikir apa yang dikatakan anaknya ada masuk di akalnya. Setelah mereka lewat, segera saja mereka mulai mendekat ke arah rumah itu. Dan saat akan melakujukan mobil ke rumah Kardi, mereka melihat Usman yang dituntun seorang wanita dan pria berjas.     

"Hei, bukankah itu pak Rinto dan bu Menik? Mengapa dia juga di sini? Bukankah dia dulunya orang yang memperkerjakan Usman? Apa yang terjadi pada suamimu, Sha?" Azhari langsung saja melajukan mobilnya untuk menghadang mobil yang belum sempat dikemudikan.     

Sementara Farisha yang mengendong anaknya juga panik melihat Usman yang dalam kondisi terluka. Setelah mobil itu berhenti di depan mobil Rinto dan Menik, Farisha segera keluar dari mobil dengan cepat. Ia menghampiri mobil yang ada Usman di dalamnya.     

Warni melihat seorang wanita membawa bayi, yang tidak dikenalnya. Ia tidak tahu tapi ia langsung meninggalkan tempat itu. Karena ia tidak ingin ada urusan lagi dengan orang-orang yang tidak dikenal. Sementara Menik yang mengetahui ada yang datang, menghentikan suaminya yang hendak masuk mobil.     

"Bentar dulu deh, Pah. Kita tunda sebentar lagi. Sepertinya ada yang datang ke sini juga," pinta Menik terhadap sang suami. Ia menepuk pundak pria yang sudah menemaninya selama belasan tahun.     

Rinto mengangguk dan menunggu apa yang akan terjadi. Dengan jelas, melihat seorang wanita yang berjalan tergopoh-gopoh membawa seorang anak. Mereka tahu itu adalah Farisha, istri dari Usman yang merupakan anak Menik. Sudah berarti Farisha adalah menantunya saat ini. Mereka pernah bertemu satu kali saat Farisha sedang hamil dan berbicara tentang Usman. Juga bersama Azhari dan Usman yang bersama-sama. Walaupun hanya sekali bertemu, mereka pun sudah kenal dan tahu satu sama lain.     

"Apa yang terjadi dengan Usman?" tanya Farisha dengan panik, setelah sampai di depan Menik. Ia melihat wanita paruh baya itu mengulas senyum padanya.     

"Dia akan baik-baik saja, Farisha. Kamu tidak perlu khawatir lagi. Kamu dan ibu kamu, bisa ikuti kami atau kamu naik mobil kami untuk mengantar ke dokter. Kalau rumah sakit di daerah ini jarang. Jadi saya akan bawa ke puskesmas terlebih dahulu," jawab Menik. Ia memperhatikan anak yang digendong oleh Farisha. Sudah pasti itu merupakan cucunya. Dan ia tersenyum senang, walau ia harus menerima kenyataan, menantunya lebih tua dari anaknya. Namun tahu anaknya memiliki istri yang cantik seperti Farisha, membuat Menik bangga padamu Usman.     

"Iya, Tante ... terima kasih kalau begitu. Maafkan suami saya karena merepotkan," ucap Farisha dan ia melihat ke dalam, di mana Usman berada.     

"Kamu masuk saja, Menantu. Di situ masih kosong, kok," ujar Rinto pada Farisha. Karena Farisha adalah istri dari anak istrinya. Pria itu membuka pintu bagian kemudi.     

"Menantu?" Farisha bingung dengan yang dikatakan oleh Rinto. Yang ia tahu, dirinya hanya menjadi istri dari Usman. Tidak berpikir menjadi menantu dari Rinto. "Apa maksudnya?"     

"Sudah, kamu masuk saja ke belakang. Itu sama suami kamu, Farisha. Ayo cepetan masuk! Kita bawa Usman ke puskesmas segera! Ibu kamu biar ikuti kami dari belakang," pungkas Menik, seraya menatap Azhari yang bingung.     

Walau masih bingung juga, Farisha masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Usman yang mengalami sakit. Usman yang melihat Farisha datang pun hanya bisa menunduk. Ia takut jika Farisha marah padanya karena tidak bisa berbuat apapun sebagai lelaki. Dirinya sangat lemah untuk membela dirinya sendiri.     

"Maafkan aku ...." Usman hanya bisa mengeluarkan kata maaf saja. Sambil kepalanya menunduk, masih menatap ke bawah.     

"Maaf untuk apa? Apa kamu akan menghianatiku? Aku akan kamu ceraikan, gitu? Apa tidak ada penyelesaian yang lainnya, Usman?" Farisha tidak tahu harus berbuat apa. Ia menyentuh luka di pelipis Usman dengan lembut. "Apa ini sakit?" tanyanya dengan takut.     

Justru Farisha yang takut pada Usman. Ia takut dirinya akan dicampakan seperti ayah yang tidak dianggap olehnya itu. Benny yang telah memberi luka pada keluarga. Dengan penyiksaan dan perselingkuhan dengan wanita malam setiap malam. Ia tidak ingin hidupnya seperti ibunya yang menderita. Sementara ia masih memikirkan anaknya dan rasa cintanya pada sang suami begitu besar.     

"Apa yang terjadi dengan menantuku? Pak Rinto dan Bu Menik, kenapa anda bisa datang ke desa ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Azhari yang sudah mendekat ke mobil dan berbicara pada kedua orang yang duduk di depan.     

"Tenanglah ... tenang Bu Azhari. Lebih baik kita bicarakan lagi nanti. Kita akan membawa Usman ke klinik terlebih dahulu. Nanti kita sama-sama bertanya. Saat kami datang pun Usman sudah begini. Ayo kamu ikuti kami dari belakang, yah!" pinta Menik dengan tidak sabarnya. Keselamatan Usman baginya sangat penting karena merupakan anak kandungnya sendiri.     

Azhari mengangguk dan segera naik ke mobilnya. Ia menunggu sampai Rinto mengeluarkan mobilnya dan ia akan mengikuti dari belakang, atas saran Menik. Azhari juga tidak mungkin meninggalkan mobilnya sendiri. Kecuali mobil Usman dan Farisha yang masih berada di depan penginapan.     

"Kamu tidak apa-apa, kan? Sebenarnya apa yang terjadi, Usman? Kenapa kamu bikin aku bingung? Kamu tidak akan menceraikan aku, kan? Atau kamu tidak akan menikah lagi, kan? Ayo jawab dong, Usman!" pinta Farisha dengan nada memaksa. Bahkan membuat anak mereka menangis karena Farisha sendiri.     

"Duh, sayang ... mengapa menangis? Hei Menantu, kamu kasih anak kalian sini! Kalian bisa berbicara tapi anak kalian jangan sampai menangis juga!" Menik tidak tahan dan ingin memeluk dan mencium cucunya.     

Sebenarnya tidak disangka juga, Usman memiliki istri dari anak orang kaya. Bahkan suaminya mengakui tidak sekaya orang tua Azhari dahulu. Namun mereka juga tahu semua itu berantakan karena Benny yang telah menghamburkan dan main wanita. Akibatnya perusahaan properti besar itu pun mengalami penurunan sangat drastis.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.