[BL] RedBlue Academic. END✔

Extra 1



Extra 1

0  Tidak terasa usia kandungan Defian telah mencapai 9 bulan, di mana usia kandungan tersebut telah memasuki waktu-waktu kewaspadaan bagi seseorang yang sedang hamil.    

  Saat ini Defian tengah duduk santai menonton TV di ruang keluarga sambil memakan cemilan kripik pisang yang ada di dalam toples kaca berukuran sedang.    

  "Hahaha... Sangat lucu, sangat lucu. Kenapa si kuning itu bisa menjadi bulat? Ehh, kenapa juga dengan bintang laut itu? Hahaha... lucu-lucu."    

  Sedang asik nonton dan mengomentari film yang di tontonnya, kini tiba-tiba saja perut Defian terasa sakit.    

  "Ah pe–perutku sakit." Defian memegang perut miliknya dengan wajah yang terlihat cukup kesakitan.    

  "Ada apa, Mom?"     

  "Perut Mom sakit. Cepat panggil Ayah."    

  "Ok." Anak laki-laki yang berusia kurang lebih 6 tahun itupun berlari ke ruang tamu, di mana di ruangan tersebut Sebastin sedang berbincang-bincang dengan Sarfan Alberth dan Eron yang merupakan istri sahnya sejak 4 tahun yang lalu.    

  "Ayah, Mom sakit perut...!!"    

  Mendengar ucapan itu, ketiga orang yang berada di ruang tamu pun sontak berdiri dan segera berlari menuju ruang keluarga. Setelah sampai di ruang keluarga, Defian kini tengah duduk tenang sambil mengusap usapkan perutnya yang sudah membesar itu.    

  "Sayang." Sebastin duduk di samping Defian dengan wajah yang terlihat khawatir.    

  "Sepertinya perutku sudah mulai-mulai sakit deh?!"    

  Eron, "Sebaiknya di bawah ke Rumah Sakit saja."    

  Sebastin menganggukan kepalanya, tanda ia setuju dengan apa yang di katakan Eron. Tanpa basa basih Sebastin langsung menggendong istrinya itu.    

  Sarfan, "Aku akan menyiapkan mobil... Sayang bawa Renal bersamamu. Oh ia, perhatikan langkahmu juga."    

  "Paman Sarfan tidak perlu khawatir, Renal akan menjaga paman Eron."    

  "Umm... sangat imuuutt." Ucap Eron sambil mencubit kedua pipi Renaldi    

  .....    

  Didepan ruang operasi, Sebastin tengah berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir, bahkan ia sampai lupa memberitahu para tetua keluarga dan orangtuanya beserta orangtua Defian mengenai kelahiran kedua cicit dan cucu mereka.    

  Sarfan, "Um, kami sudah di rumah sakit. Operasinya pukul 21.00 dan masih berlangsung saat ini. Ok."    

  Setelah mematikan telponya, Sarfan menoleh ke samping dimana terdapat Eron yang sedang duduk sambil menggigit ibu jarinya. Sarfan Alberth paham betul dengan tingkah istrinya yang satu ini.    

  Tingkah ini sering Eron tunjukan pada saat dirinya sedang melakukan pendekatan pada Eron. Awalnya, Sarfan merasa sangat risih dan tidak suka dengan kebiasaan buruk menggigit jari, karena Sarfan merasa itu terlihat sangat kotor dan jorok. Namun setelah dia tahu mengapa Eron selalu menggigit kuku jarinya pada saat mereka bertemu atau hanya sekedar berpas-pasan, dirinyapun hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.    

  "Jangan gugup." Ucap Sarfan Alberth sambil membelai sayang kepala Eron.    

  "Aku tidak gugup." Eron mengatakanya dengan sangat tegas.    

  "Lalu, kenapa menggigit jarimu?"     

  Wajah tegas Eron kini berubah menjadi sedikit ketakutan, "Apa operasi itu terasa sakit?"    

  "Tidak."    

  Eron mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu tidak sakit!! Aku menonton Vodeo SC, dan itu sangat mengerikan, mereka membelah perut seseorang, dan mencakar-cakar isi perut untuk mengeluarkan bayi yang ada di dalamnya."    

  Sarfan memijit pelipisnya, "Intinya sayang, SC itu benar-benar tidak ada rasa sakit."    

  "Kamu mengatakan itu karena bukan kamu yang hamil. Jika itu kamu yang hamil, dengan perut 7 bulan sepertiku ini, apa kamu masih bisa setenang sekarang, dan mengatakan bahwa SC itu tidak sakit!!" Marah Eron.    

  Sarfan membawa Eron kedalam pelukannya dan mencubit hidung Eron, "Dan aku hanya bisa mengatakan padamu, bahwa sayang sekali bukan aku yang merasakan namanya hamil, tapi itu kamu."    

  Eron, "..." :confused_face:    

  "Resikomu sayang karena jatuh ke pelukanku."    

  "Siapa yang ingin jatuh ke pelukanmu. Kamu datang tiba-tiba padaku dan langsung memasang cincin di jariku se enaknya. Setelah itu, kamu mengejarku sampai membuatku sangat ketakutan hampir mati." Protes Eron pada sang suami.    

  Sarfan, "..."    

  Suara tertawa di samping Sarfan terdengar beberapa saat setelah ungkapan Eron yang sedikit menakjubkan untuk didengar. Siapa lagi kalau bukan Sebastin dan anaknya Renaldi.    

  Sarfan, "....."    

  Merasa kesal dan di permalukan di depan koleganya, Sarfan Alberth meraih tengkuk istrinya dan menciumnya dengan sangat ganas.     

  Melihat itu, Sebastin cepat-cepat menutup mata anaknya, "Jangan melihatnya."    

  Pada saat Eron mulai kehabisan napas, barulah Sarfan menghentikan ciuman panasnya.    

  "Kamu! Kenapa kamu suka sekali menciumku di depan oran lain! Dan kemarin kamu dengan se enaknya meniduriku di meja makan tepat saat semua asisten rumah tangga sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing ... Aaaaa, kamu membuatku sangat malu. Aku bahkan tidak tahu mau menaruh wajahku di mana, jika bertemu dengan beberapa asisten rumah tangga yang sempat melihat kita melakukan itu... Dan sayang, lihat perut istrimu yang sudah membesar ini, di dalam ini bukan berisi bantal, tapi berisi seorang anak. Jadi berhentilah melakukan itu sampai aku melakukan SC untuk mengeluarkan bayinya."    

  Sarfan, "..."    

  "Aaaaaaaaaaa ... Kenapa aku menyebut SC lagi, ini membuatku kembali ketakutan."    

  Sarfan, "..."    

  Inilah pasangan yang dimiliki oleh Sarfan Alberth, pria tampan sekaligus cantik, serta banyak bicara. Walaupun kata-kata Eron cukup pedas untuk di dengar, namun hal itu tidak menjatuhkan Sarfan untuk berhenti menyukai istrinya yang banyak bicara itu.    

  Eron, "Kakak aku sangat takut."    

  (Info: 'KAKAK' Panggilan Eron pada Sarfan)    

  Sarfan Alberth menghembuskan napasnya dan berusaha mencoba menenangkan istrinya, "Kamu percaya tidak padaku?"    

  Eron menganggukan kepalanya dengan wajah masam.    

  "Semua akan baik-baik saja. Defian bisa melewatinya. Kenapa kamu tidak bisa? Jadi kuncinya, kamu harus tenang."    

  "Ok.ok. Harus tenang."    

  Di ruangan VIP.     

  Semua orang yang datang memberikan selamat pada Sebastin dan Defian atas kelahiran anak keduanya. Tidak lupa mereka juga membawa bingkisan hadia, sehingga memenuhi ruangan tersebut.    

  "Oughh... Dia sangat manis dan tampan." Ucap Eron sambil memandang tempat bayi yang berada dekat dengan tempat tidur Defian.    

  "Kamu ingin menggendongnya Eron?"    

  "Jika kamu tidak keberatan."    

  "Tentu saja tidak."    

  Defian sangat dekat dengan Eron Setelah Sarfan Alberth berkencan dengan Eron dan sering membawa Eron kemanapun dia pergi termaksud pada saat melakukan bisnis dengan Sebastin.    

  Pada saat pertemuan pertama mereka, Defian menatap Eron dengan terkejut. Bagaimana bisa teman satu sekolah sekaligus seangkatan dengannya ini, kini berkencan dengan seorang pria yang cuek dan jutek seperti Sarfan Alberth.    

  Seiring mereka sering bertemu, Defian dan Eron pun menjadi sangat akrab. Terkadang Eron bertanya mengenai sesuatu yang berkaitan dengan seks pada Defian.    

  "Kamu belum pernah melakukannya dengan dia?"    

  "Ia,"    

  "Apa kakak Sarfan tidak pernah memintanya?"    

  Eron sedikit memerah dan berkata dengan malu, "Sering."    

  "Jadi~"    

  "Aku menolaknya."    

  "Dan dia menerimanya?"    

  Eron menganggukan kepalanya.    

  Defian, "Siapkan staminamu Eron. Kemungkinan besar dia akan menyeretmu paksa ke tempat tidurnya... Dan mulai menidurimu sampai kamu lumpuh."    

  "Jangan menakutiku Defian."    

  "Siapa yang menakutimu, aku menceritakan sesuai pengalaman pribadiku bersama Sebastin... Intinya, para bangsawan pemegang cincin seperti mereka sangat agresif jika berada di atas ranjang, dan bahkan mereka bisa menudiri seseorang selama berhari-hari."    

  "Ap, apa itu benar?" Ucap Eron gugup.    

  "Hmm tentu saja benar."    

  "Apa aku akan hamil juga?"    

  "Ia."    

  "Tapi aku laki-laki."    

  "Jadi menurutmu aku ini perempuan?"    

  "Tapi bagaimana bisa."    

  "Itulah salah satu kemampuan mereka yang luar biasa di atas ranjang. Jadi jika kamu sudah kelelahan dan tidak sanggup lagi menerima serfis dari kakak Sarfan nanti, aku sarankan padamu untuk meminta kakak Sarfan menghamilimu. Karena jika kamu hamil, mereka biasanya tidak akan menidurimu sampai kamu melahirkan. Jadi kamu bisa istirahat deh selama kurang lebih 9 bulan." Jelas Defian panjang lebar dan di angguk setuju oleh Eron.    

  "Defian aku sangat gugup."    

  "Tidak perlu gugup."    

  "Apa membawa perut besar itu melelahkan?"    

  "Tidak. Hanya kamu akan sedikit kesulitan untuk bergerak bebas. Jadi manfaatkan itu untuk memerintah mereka."    

  Itulah percakapan yang sering mereka berdua bahas ketika bertemu. Pembahasan kehidupan rumah tangga.    

  .    

  .    

  .    

  Selesai pengetikan pada hari–    

  Sabtu, 4 April 2020    

  ________________________________    

  [BL] Black Angel.     

  :expressionless_face:Ceritanya terlalu sulit sampai saya tidak pernah melanjutkannya... Dan otaku tiba-tiba saja menjadi kosong ketika ingin mengetik cerita Black Angel:disappointed_face:    

  Tapi mungkin saya akan sedikit berusaha:smirking_face:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.