[BL] RedBlue Academic. END✔

Kediaman Zhang



Kediaman Zhang

0  Di dalam rumah besar Zhang tepatnya di ruang tamu, telah berkumpul keluarga Zhang mulai dari Ayah, ibu, Ana, En, dan Fatim adik dari En, yang merupakan sahabat dari Ana dan Mia, Serta Gabriel, Mia, dan sang anak Sebastin. Sedangkan Levandi memiliki beberapa urusan pribadi yang tidak bisa ia tinggalkan.    

  Sebastin, pria yang tidak terlalu banyak bicara itu sebenarnya sama sekali tidak memiliki niat untuk datang di kediaman Zhang. Namun karena di paksa oleh sang ibu dan Ayahnya, akhirnya Sebastin mau mengikuti mereka untuk memasuki kediaman Zhang. Kediaman Zhang yang sangat ia benci itu.    

  Selama sekitar 20 menit, tidak ada satupun dari mereka yang berada di ruang tamu membuka bicara.    

  "Ehem..." Dehem Fatim untuk memecahkan keheningan yang ada.    

  "Baiklah, katakan saja apa yang ingin kalian katakan kepada istriku Mia. Aku sama sekali tidak memiliki masalah tentang masalalu kalian." Gabriel sangat tahu betul masalalu yang di alami sang istri, walaupun Mia sama sekali tidak memberitahukan masalalu yang di alaminya dulu sebelum bertemu dengannya (Gabriel). Gabriel juga sama sekali tidak ingin memaksa Mia untuk menceritakan masalalu dirinya. Namun setelah Gabriel dan Mia sudah memiliki dua orang anak yang sudah menginjak usia kurang lebih 15 tahun (Sebastin) dan 16 tahun (Levandi), Mia mulai membuka dirinya dan menceritakan masalalunya pada sang suami Gabriel. Awalnya Mia sama sekali tidak ingin menceritakannya, tapi Gabriel selalu bertanya mengenai peraturan aneh yang berada di Red Academic. Sebenarnya tanpa di katakanpun, Gabriel tahu mengapa peraturan itu bisa ada di Red Academic, namun Gabriel tetap saja bertanya agar sang istri mau menceritakan kehidupan masalalu yang selalu dia pendam dan simpan sendirian.    

  Keluarga Alfano memiliki beberapa kemampuan di luar akal sehat, dan salah satunya dapat melihat masalalu dan perasaan seseorang. Kemampuan yang di miliki Gabriel juga di turunkan kepada sang anak Sebastin dan Levandi.    

  Jadi jangan heran jika Sebastin langsung dengan nekat meniduri Defian pada saat dia membawanya kerumah, karena Sebastin tahu bahwa Defian sudah lama menyukai dirinya sebelum Defian bertemu langsung dengan dirinya (Sebastin).     

  Sebastin juga tahu Defian mulai menyukainya karena selalu saja di goda dan di ejek oleh Akemi yang Defianpun sama sekali tidak tahu Sebastin itu siapa, dan rasa penasaran mengenai Sebastinpun muncul di pikirannya.    

  Sebastin juga bisa mengetahui kalau Defian akan melanggar peraturan Red dan Blue Academic pada pukul 1 malam pada saat itu. Jadi itu sama sekali bukan hal yang kebetulan Defian bertemu dengan Sebastin yang merupakan suaminya saat ini.    

  Dan juga, jangan heran Sebastin sangat membenci keluarga Zhang, tidak terkecuali Akemi Dahayu yang merupakan saudari dekatnya. Alasannya cukup sederhana, karena Akemilah yang membawa Defian dan membuat Defian bisa jatuh cinta padanya.    

  Kembali lagi di ruang tamu kediaman Zhang.    

  "Mia, maafkan aku" Kata Ana dengan penuh rasa bersalah.    

  Mia mengeraskan rahangnya, dan menghembuskan napasnya pelan. Mia menatap Ana dan En dengan tatapan yang sulit untuk di artikan, "Seharusnya..."     

  "Seharusnya kamu memberitahuku ... Dan jangan membuat pesta pernikahan secara diam-diam seperti itu." Mia menaham amarahnya, "Jujur saja, aku tahu kalau kalian berdua sudah menjalin hubungan secara diam-diam di belakangku. Apa yang bisa aku marahkan(!?) Jika kamu (En) memang sedari awal menyukai Ana dan bukan diriku ... Aku sama sekali tidak mengerti dengan takdir pada saat itu. Tapi tidak, aku rasa aku sesikit egois...."    

  Ana, "Mia..."    

  "Aku juga terlambat menyadari, kalau En sebenarnya berusaha mendekati dan mengejarmu pada saat itu. Hanya..." Mia menghapus air matanya yang sudah mulai membanjiri kedua pipinya.    

  "Kalian berdua juga bersalah di sini, seharusnya kalian berdua memberitahuku walaupun itu sangat menyakitkan. Jujur saja, aku menunggu kalian berdua untuk datang dan menceritakan sendiri padaku. Tapi selama aku menunggu, kalian berdua sama sekali tidak memberitahuku tentang hubungan kalian berdua."    

  "Maafkan aku, ini semua salahku sampai membuat kakak beradik saling bermusuhan. Aku pria yang sangat tidak bertanggung jawab." Ucap En dengan mata yang sudah mulai memerah.    

  "Aku sangat membenci kalian berdua. Sangat membenci."    

  "Kakak..."    

  Semua orang yang berada di dalam ruangan menitihkan air mata mereka, Gabriel hanya mengelus-elus sayang tangan sang istri, sedangkan Sebastin mengarahkan wajahnya ke tempat lain.    

  Ana berdiri dari duduknya, dan menghampiri Mia serta berlutut di kakinya, "Maafkan aku, jangan membenciku. Aku sangat menderita dan merasa sangat bersalah padamu. Maafkan aku." Ana menagis tersedu-sedu sambil memeluk kakaknya.    

  "Bodoh, " Kata Mia, "kakak sama sekali tidak membencimu dan juga kamu En, aku hanya sangat kecewa pada kalian berdua. Kamu sebagai laki-laki En harus berani mengambil resiko dan tanggung jawab atas apa yang telah kamu perbuat."    

  "Maafkan aku Mia."    

  Mia tersenyum dan memeluk Ana yang sedang berlutut di bawahnya.    

  "Aku sama sekali tidak membenci kalian. Kalian berdua adalah sahabat dekatku, mana mungkin aku dengan sangat mudah membenci kalian karena persoalan cinta."    

  "Apa kamu tidak menganggapku sebagai sahabatmu?" Ucap Fatim.    

  Ana dan Mia menatap Fatim, mereka bertigapun tersenyum.    

  "Kami berdua melupakan keberadaanmu."    

  "Sangat kejam."    

  Mereka bertigapun berpelukan dan meninggalkan En sendirian.    

  Mia melepaskan pelukannya dan menuju ke arah En yang sudah berdiri dari duduknya.    

  Mia meninju pelan dada En, "Seharusnya kamu lebih berani berbicara, dan jangan seperti anak perempuan yang ketakutan."    

  En, "..."    

  Setelah beberapa saat, mereka pun mulai membahas tentang peraturan bodoh dan kekanakan yang telah mereka buat sendiri.    

  En, "Jadi bagaimana dengan peraturan kekanakan kalian berdua? Apa peraturan itu akan di hapuskan atau tetap ada?"    

  Ana dan Mia sama-sama menggaruk kepala mereka.    

  "Aku rasa di hapuskan saja. Bagaimana denganmu Mia? Karena peraturan itu muncul berawal darimu loh~" Ucap Ana.    

  Mia berdehem, "Akan di hilangkan."    

  Sebastin, "Jadi, apa besok aku bisa menginjak wilayah Blue Academic tanpa adanya hukuman dari Blue dan Red?"    

  Ana, "Tentu saja."     

  "Sekali-kali bertemulah dengan Saudarimu Akemi." Ucap En pada Sebastin.    

  "Aku sudah bosan bertemu dengannya paman."    

  En, "...":face_without_mouth:    

  "Aku sudah bosan melihat wajahnya di sekitaran istriku."    

  En, "..." :face_without_mouth:    

  All, "..."    

  "Aku hanya bercanda." Kata Sebastin.    

  All, "..."    

  "Izinkan aku utuk lebih dulu memberitahunya (Akemi)."    

  All, "..."     

  Sebastin, "..." :expressionless_face: Aku benci suasana seperti ini.    

  ...    

  Defian tertawa terbahak-bahak di tempat tidur hingga membuat air matanya sedikit keluar.    

  "Kenapa mereka menatapmu tanpa mengatakan apapun?"    

  "Mungkin karena aku mengeluarkan candaan."    

  "Benar, benar. Kamu selalu saja memasang wajah serius, tentu saja mereka terkejut pada saat kamu mengatakan pada mereka bahwa kamu sedang bercanda."    

  Sebastin memeluk istrinya, "Apa kamu tidak terkejut seperti mereka?"    

  "Tentu saja tidak, karena kamu sering bercanda denganku dan menggodaku setiap harinya dengan kata-kata cabulmu."    

  "Apa kamu tidak menyukainya?"    

  Defian tersenyum nakal dan dengan sengaja menggigit bibirnya serta tangan kanannya tidak henti-henti untuk membelai dada bidang sang suami, "Tentu saja aku menyukainnya."    

  Sebastin tersenyum, "Jangan menggodaku sayang. Saat ini kamu sedang hamil, dan jangan membuatku menidurimu sampai kamu pingsan di tempat tidur."    

  "Aku tidak takut jika harus melakukannya sampai pingsan."    

  Sebastin rasanya mau gila dengan godaan istri tersayangnya itu, diapun berdiri dari tempat tidur dan mengatakan pada sang istri untuk menunggunya sebentar di kamar.    

  Beberapa saat kemudian, Sebastin kembali ke dalam kamar dengan membawa gelas di tangannya. Gelas itupun di serahkan pada Defian.    

  "Apa ini?"    

  "Obat tradisional yang diberikan nenek padamu."    

  Defian melongo, dan menatap suaminya, "Ini obat penguat kandungan."    

  Sebastin menaikan sebelah alisnya, "Dari mana kamu tahu?"    

  "Nenek pernah memberikan ini padaku saat pertama kali aku datang di kediaman Alfano."    

  Setelah mengatakan itu, Defianpun langsung meminumnya sampai tetesan terakhir.    

  Defian, "Apa kita sudah bisa memulainya?"    

  Sebastin tersenyum dan mulai menindih sang istri tampa memperdulikan gelas yang sudah di letakan sembarangan di atas tempat tidur.    

  .    

  Bersambung ...    

  Senin, 27 Januari 2020    

  ______________________    

  Cerita RedBlue Academic hanya sampai beberapa BAB saja. Intinya tidak mencapai 40–50 BAB. Sepertinya.:smiling_face_with_smiling_eyes:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.