[BL] RedBlue Academic. END✔

UKS



UKS

  Dua orang pria berjalan ber iringan di lorong sekolah dengan langkah sedikit cepat dan tergesah-gesah, penampilan kedua pria tersebut terlihat biasa-biasa saja, namun dapat menarik seluruh perhatian siswa dan siswi Blue Academic.     

  Siswa dan siswi Blue Academic menatap kedua pria tersebut dengan tatapan kebingungan dan penuh tanya besar di kepala mereka.    

  All, "...???"    

  Siswi, "Kenapa bisa?"    

  Salah satu siswi Blue Academic bertanya pada salah satu temannya tentang dua pria yang berjalan di koridor sekolat.     

  "Mana aku tahu! Tanya saja pada kedua orang itu!"    

  "Mana berani, aku bertanya pada mereka."    

  Dua orang yang berjalan beriringan tersebut, tidak lain adalah Arsen dan Sebastin. Seorang siswa Red Academic yang ber almamater merah dan merupakan musuh terbesar Blue Academic selama beberapa tahun ini, kini dengan santai memasuki wilayah Blue Academic.    

  Siapa yang berani menahan kedatangan mereka? Jika kedua pria tersebut terlihat sangat menakutkan saat ini.    

  Melihat kedatangan Arsen dan Sebastin, Van Van langsung berlari menghampiri mereka.    

  "Wow, sangat cepat. Padahal aku baru saja mengirim pesan 1 menit yang lalu." Ucap Van Van.    

  Sebastin, "Dimana UKS nya?"    

  "Lantai tiga." Mereka bertigapun bergegas dengan sangat cepat menuju lantai tiga.    

  Ketiga pria tersebut memasuki ruangan UKS dan membuka gorden penghalang tempat tidur UKS.    

  Melihat kedatangan tiga orang tersebut, membuat Akemi dan Firaz terkejut bukan main.    

  Akemi berdiri dan mempersilahkan Sebastin untuk duduk di samping Defian yang saat ini belum sadarkan diri.    

  Sebastin duduk di tempat yang di duduki Akemi tadi, dan menyentuh dahi Defian, memastikan apakah Defian Demam atau tidak.    

  "Maafkan aku," Ucap Firaz dengan raut bersalah, "ini semua salahku. Aku mengajaknya berbicara pada saat proses belajamengajar di kelas, kami di tegur guru, dan di hukum berdiri dengan satu kaki hampir dua jam. Dan ... Defian pingsan. Ini semua salahku." Kata Firaz.    

  Jantung Firaz saat ini memompa dengan cukup keras dan cepat. Dirinya saat ini seakan-akan tengah menunggu eksekusi dan fonis hukuman mati yang akan di berikan padanya.    

  "Jangan terlalu gugup." Bisik Arsen di telinga Firaz.    

  Firaz menatap Arsen dengan wajah masam.    

  Arsen, "..."    

  Akemi, "Itu juga salahku, seharusnya pada saat itu aku menjitak saja kepala Firaz agar jangan terlalu banyak bertanya."    

  Arsen memeluk pinggang Firaz dari belakang dengan penuh senyuman, "Jangan ulangi lagi, hmm."    

  "Sebastin, kami berempat akan menunggu di luar."    

  "Hmm" Guman Sebastin.    

  Di luar UKS, Firaz bertanya-tanya kepada Arsen, kenapa dia sama sekali tidak di marahi(?)     

  Arsen, "Hukumannya akan di serahkan padaku... Mari berkencan setelah pulang sekolah."    

  Firaz, "..."    

  Di dalam ruang UKS, Defian mulai membuka kedua matanya perlahan, kepalanya terasa sedikit pusing di karenakan kejadian berdiri tadi. Defian menatap sosok pria di depannya, ia sedikit terkejut dan mengfokuskan pandangannya pada Sebastin yang sedang duduk di sampingnya. Defian bangun dan duduk di atas ranjang.    

  Pamdangan Defian berkeliaran ke seluruh ruangan yang dominan berwarna putih itu.    

  Mengerti dengan kebingungan istrinya, Sebastin pun membuka suara, "Kamu berada di UKS."    

  Defian menatap Sebastin bingung, "Mirip UKS di sekolahku?"    

  "Ini UKS Blue Academic."    

  "Tapi ... Kenapa bisa kamu berada di sini? Di Blue Academic?" Tanya Defian bingung.    

  "Apa kamu keberatan aku datang kemari?!"    

  "Tidak sama sekali,"    

  "Terus."    

  "Ini Blue Academic Sebastin, ini Blue Academic, dan bukan Red Blue Academic!" Ucap Defian khawatir.    

  "Terus."    

  Defian, "..."    

  "Bagaimana caranya sampai kamu bisa tiba dengan selamat di UKS?"    

  Sebastin tersenyum, "Lewat gerbang depan, melewati koridur, masuk ke dalam gedung, menuju ke lantai tiga, dan sampailah aku di UKS."    

  Defian, "..." ( ° Δ ° )    

  "Ba–bagaimana bisa?" Ucap Defian bingung.    

  "Sepulang sekolah, aku akan menceritakannya padamu di rumah."    

  Defian tidak lagi mengikuti mata pelajaran berikutnya, dan Defian juga sudah memberitahu Akemi dan Firaz bahwa di akan pulang lebih awal di karenakan Sebastin sudah memaksa ingin membawanya kembali ke rumah setelah Defian keluar dari UKS.    

  Jadilah Defian dan Sebastin sudah duduk manis sambil berpelukan di ruang tamu rumah mereka berdua.    

  "Ayo ceritakan padaku"    

  Sebastin mengecup bibir Defian, kedua tangannya sedari tadi tidak henti-hentinya membelai sayang perut sang istri.    

  "Ibuku adalah pemilik Red Academic..."    

  Defian terkejut dan menatap Sebastin, "Sungguh! Kenapa kamu tidak memberitahuku?!"    

  "Mau di lanjutkan tidak ceritanya sayang?"    

  "Lanjut, lanjut."    

  "Ibu Akemi adalah pemilik Blue Academic. Dahulu pada tahun 90-an, Red dan Blue Academic adalah satu gedung, satu sekolah, dan satu daratan. Red dan Blue dahulu memiliki nama RedBlue Academic ... Namun ada beberapa hal yang terjadi sehingga membuat RedBlue terpecah belah menjadi dua, Red dan Blue Academic yang kita kenal dan tahu saat ini."    

  Defian, "Kenapa ibumu sama ibu Akemi memisahkan diri?"    

  "Karena ada beberapa masalah."    

  "Masalah seperti apa? Sampai membuat peraturan sekolah yang sangat aneh. Parahnya lagi di peraturan Red Academic. Siswa/i Red tidak boleh menggunakan suatu barang atau apapun yang berwarna biru, dan juga peraturan bagi siapapun yang menginjak tanah masing-masing akan di jadikan budak seks bagi siapapun yang menemukan salah satu siswa/Red atau salah satu siswa/i Blue memasuki weilayah mereka!"    

  "Apa kamu tidak suka?"    

  "Tentu saja... Kalau tidak ada peraturan seperti itu, mungkin aku tidak akan berurusan denganmu, dan dekat denganmu..."    

  Raut wajah Sebastin tiba-tiba menjadi sangat suram, beberapa gumpalan awan hitam, guntur dan petir telah bergemuruh di atas kepala Sebastin. Sedangkan sang istri yang masih berceloteh sama sekali belum menyadari perubahan ekspresi dari sang suami.    

  Defian menatap Sebastin yang duduk di sampingnya, dan Defian mengarahkan pandangannya pada awan hitam beserta guntur dan petir di atas kepala Sebastin.    

  "Hey Chain, apa yang sedang kamu lakukan di atas kepala Sebastin? Kamu membuat suasana di sekelilingnya terlihat menjadi sangat suram dan menakutkan." Ucap Defian pada gumpalan asap hitam yang berada di atas kepala Sebastin.    

  Sebastin, "..." ( – _ – )    

  "Oh ia sampai di mana tadi pembahasan kita?"    

  Sebastin, "..." ( – _ – )    

  "Sebastin, sampai di mana tadi pembahasanmu?"    

  Sebastin, "..." ( – _ – )    

  Defian, "..." ( – _ –?) Apa yang terjadi padanya?    

  Chain, "..."    

  Krik ... Krik ...(suara jangkrik)    

  "Ka, kamu baik-baik saja khan?" Kata Defian khawatir, "Sebastin, kamu sama sekali tidak di rasuki lagi khan?"    

  Tidak ada jawaban.    

  "Sebastin jangan membuatku takut."    

  Sebastin menatap Defian dengan wajah suram. Tanpa aba-aba Sebastin mendorong Defian sampai terbaring di atas sofa.    

  "Se, Sebastin"    

  Sebastin menurunkan kepalanya dan mencium Defian tanpa ampun.    

  Sebastin menghentikan ciumannya ketika merasakan mulai kehabisan napas.    

  "Apa yang terjadi?" Ucap Defian ngos-ngosan.    

  "Apa kamu tidak bahagia bersamaku?"    

  "Tentu saja aku bahagia."    

  "Kenapa kamu merasa sangat keberatan dengan pertemuan kita."    

  "Bukan seperti itu. Aku bisa di katakan sangat beruntung bisa langsung mendapatkan pendamping hidupku karena tidak sengaja melanggar peraturan Red. Tapi bagaimana dengan orang lain yang tidak memiliki keberuntungan sepertiku! Khan kasihan menjadi budak seks."    

  Sebastin, "..."    

  "Sebastin, kamu menindih perutku."    

  Sebastin menduduki kembali istrinya ke sofa.    

  "Jangan terus menindih perutku, bagaimana kalau perutku nanti kempes...?!"    

  Sebastin, "..."    

  Defian menghembuskan napasnya dan berkata, "Tidak terasa usia kehamilanku sudah menginjak 4 bulan lebih." Ucap Defian setelah duduk dengan benar.    

  .    

  Bersambung ...    

  Senin, 27 Januari 2020


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.