[BL] RedBlue Academic. END✔

Cincin Penghancur (1)



Cincin Penghancur (1)

0  Arwah-arwah yang di lepaskan Mika kini telah menyebar ke segala arah. Arwah-arwah tersebut di gunakan Mika untuk melacak keberadaan Sebastin yang merupakan pujaan hatinya, dan cinta pertamanya.    

  Energi negatif yang di pancarkan para arwah tersebut, dapat di rasakan oleh keluarga Alfano. Merasakan adanya energi negatif yang cukup besar menyebar kedalam rumah, Gabriel langsung secepatnya mengefakuasi Mia beserta kedua orang tua Defian ke ruangan tersembunyi dengan sistim pertahanan tinggi.    

  Rian, "Apa yang terjadi?"    

  "Maaf jika membuat kalian bingung. Untuk saat ini, tetaplah berada di sini. Ada beberapa hal yang harus di selesaikan di luar."    

  Setelah mengucapkan itu, Gabriel langsung bergegas keluar ruangan, dan kemudian menutup pintu ruangan yang di masukinya tadi dengan rapat.    

  "Kakek, nenek, Mika mau bertanya sesuatu(!) Mika harap Kakek dan Nenek bisa jawab dengan jujur,"    

  Alfano, "Tentu saja."    

  "Dimana Sebastin? Mika tahu Sebastin ada di sini!"     

  Putri yang merupakan Nenek Sebastin, hanya tersenyum ramah pada Mika yang merupakan anak dari kerabat jauh mereka.    

  Nenek, "Yah, memang Sebastin berada di sini."    

  Wajah Mika terlihat sangat berseri-seri dan bersemangat, "Lalu di mana Sebastin? Mika ingin bertemu dengannya."    

  "Dia bersama istrinya saat ini. Cucuku itu sama sekali tidak suka di ganggu jika dia sedang berduaan dengan istrinya." Ucap Nenek Sebastin dengan wajah yang dibuat memelas.    

  Maya tersenyum dan mengatakan pada kedua tetua tersebut, "Sebastin pasti tidak akan keberatan, jika Mika ingin bertemu dengannya."    

  Alfano mengangguk-nganggukan kepalanya, "Baiklah," Kakek dari Sebastin tersebutpun menekan-nekan beberapa tombol dan memencet bel yang berada di atas meja samping sofa dimana tempat ia duduk.    

  "Sebastin, datang di ruang tamu sekarang. Mika ingin bertemu denganmu."    

  Ucapan yang di berikan Alfano, kini tersalurkan dan terdengar langsung di kamar milik Sebastin dan istrinya.    

  "Kakek memintamu turun ke bawah."    

  Sebastin mencium pipi Defian, "Pergi bersama."    

  Chain si rantai borgol itu meng non aktifkan sistim perlindungannya, dan merubah bentuk dirinya menjadi seorang pria bertopeng.    

  Sebastin, "Sayang ulurkan tangan kananmu."    

  Defian mengulurkan tangan kanan miliknya di depan suaminya Sebastin. Chain merubah bentuknya menjadi segumpal asap hitam dan memasuki cincin merah bergaris biru milik Defian.    

  Defian sedikit terkejut, dan menatap Sebastin.    

  "Chain akan melindungimu dan anak kita." Ucap Sebastin.    

  Defian, "???"    

  Defian merasa bingung sekaligus heran dengan ucapan Sebastin. Defian ingin bertanya, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya soal ucapan Sebastian barusan. Saat ini masih ada hal-hal penting yang harus mereka lakukan dan selesaikan. Jadi Defian memilih untuk mengabaikannya saja.    

  Defian, "Jadi bagaimana denganmu?"    

  Sebastin tersenyum ramah dan membawa Defian ke dalam pelukannya, "Aku akan baik-baik saja."    

  "Tapi aku masih takut. Bagaimana jika kamu kembali membenciku!"    

  "Itu tidak akan terulang untuk kedua kalinya lagi." Kata Sebastin.    

  Mereka berduapun keluar dari kamar.    

  Beberapa menit kemudian, Defian dan Sebastin memasuki ruang tamu kediaman Alfano.    

  Mika berdiri dari duduknya ketika melihat kedatangan kedua orang itu. Wajah Mika terlihat sangat bahagia, senyum dari wajahnya tidak pernah pudar saat melihat kedatangan Sebastin.    

  "Sebastin," Panggil Mika.    

  Sebastin hanya melihat Mika dengan wajah datarnya.    

  Defian dan Sebastin berjalan menuju sofa sebelah kiri para tetua. Pegangan tangan kedua pria tersebut tidak pernah lepas semenjak dari kamar tidur.    

  Setelah duduk. Tanpa aba-aba, Sebastin langsung melingkari tangannya di pinggang Defian, dan mengangkat Defian duduk di selah paha kanan dan kirinya.    

  Defian, "..."    

  Sebastin melingkari kedua lengannya di pinggang Defian, dan menaruh dagu miliknya di bahu istrinya itu.    

  "Apa yang kamu lakukan?" Bisik Defian pelan.    

  Sebastin mengecup bibir Defian di depan ke empat orang yang duduk di ruang tamu,     

  "Hanya ingin mengatakan bahwa aku hanya milikmu seorang." Kata Sebastin dengan sangat keras dan kuat. Hal itu guna menyindir seseorang yang berada di ruang tamu.    

  Defian, "..."    

  Meliha kedekatan mereka kini membuat Mika merasa tidak suka, dan sekaligus merasa heran. Di dalam lubuk hatinya, Mika bertannya-tannya mengapa mereka bisa bersama lagi(?)    

  Sebastin, "Apa yang membuatmu sampai mencariku!"    

  Mika tersenyum, "Tidak ada. Aku hanya rindu padamu saja. Apa kamu tidak merinduiku?"    

  "Rindu,"    

  Defian, "..."    

  "aku hanya rindu pada istriku." Tambah Sebastin sambil mencium pipi istrinya penuh sayang.    

  Sebastin, pria cabul itu kini menggigit serta menjilat telinga milik istrinya dengan penuh napsu. Bahkan Sebastin tidak segan-segan memasukan salah satu tangannya kedalam kaos Defian.    

  Defian, "..." ( :white_large_square: ) Apa yang dia lakukan?!!    

  "A'aaahh~" Defian terkejut mendengar desahan miliknya sendiri. Spontan Defian langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, agar desahan-desahan selanjutnya tidak dapat lolos keluar.    

  Defian, "..." Aaa... Ini sangat memalukan.    

  Si pelaku Sebastin, hanya tersenyum ringan ketika mendengar desahan yang keluar dari mulut istrinya.    

  Para tetua hanya tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala mereka ketika melihat tingkah cucu mereka ini menjadi seorang pria yang sangat cabul jika sudah berada di samping istrinya itu.    

  Mika mengepalkan kedua tangan miliknya guna menahan amarahnya yang kini sudah sampai di puncak.     

  Mika, "Sebenarnya maksud kedatangan kami di sini, hanya untuk memberitahu tentang hal ini,"    

  Maya menyerahkan amplop yang telah diberi stempel resmi Rumah Sakit kepada Sebastin.    

  Sebastin mengerutkan keningnya dan mengambil amplop yang diberikan Maya padanya. Iapun membukannya, dan lagi-lagi membuat Sebastin mengerutkan keningnya.    

  "Apa itu?" Ucap Defian penasaran.    

  Defian mengambil amplop tersebut dari tangan Sebastin dan melihatnya. Di dalam amplop tersebut terdapa Tespek dengan garis dua berwarnah merah, dan satu kertas yang berisi hasil pemeriksaan kehamilan.    

  Defian terdiam.    

  Tespek dan kertas berisi pemeriksaan kehamilan tersebut di ambil alih oleh Alfano dari tangan Defian.    

  Mika tersenyum ramah sambil memegang perutnya yang masih terlihat datar itu.    

  Maya, "Maksud kedatangan kami hanya ingin memperlihatkan itu kepada cucumu Sebastin. Aku sama sekali tidak tahu, sebenarnya apa yang telah mereka berdua lakukan selama sebulan ini sampai membuat Mika anaku sampai hamil."    

  Sebastin terkekeh, dan ingin mengatakan sesuatu, namun lebih dulu disambar oleh Defian.    

  "Mika, kamu terlihat sangat bahagia." Kata Defian ramah.    

  Mika hanya tersenyum pada Defian.    

  Beberapa detik kemudian, Defian mengeluarkan kata-kata yang mengejutkan keluarga Alfano.    

  "Sangat memalukan."    

  Sebastin, "..."    

  Tetua, "..."    

  Defian menatap tajam Mika dan ibunya, "Kalian berdua datang di sini hanya untuk meminta pertanggung jawab suamiku! Sangat tidak tahu malu. He! kamu, Mika, kamu datang di rumah kami dan mengajak suamiku keluar sampai larut malam, dan kamu juga berciuman dengan suamiku di depan mataku, dan sekarang kamu datang meminta pertanggung jawaban suamiku atas kehamilanmu!!! Apa kamu masih waras, ha!"    

  All, "..."    

  Defian berdecih, "Sangat murahan, kamu sudah mengetahui bahwa Sebastin sudah memiliki ikatan dengan seseorang, dan kamu dengan murahnya mendekati suami seseorang. Jadi yang salah siapa! Kamukan?!! Kamu dengan sukarela membuang dirimu sendri seperti wanita CK di pelukan suamiku, dan sekarang kamu datang membawa benda bodoh itu (tespek). Bahkan aku ragu, bahwa anak yang ada di dalam perutmu itu adalah anak Sebastin, suamiku."     

  Sebastin memeluk Defian erat dan berkata, "Kamu luar biasa sayang."    

  "Sebastin!!" Teriak Mika dengan air mata yang sudah jatuh berlinang.    

  Mika berdiri dari duduknya, "Apa kamu lupa, bahwa kita berdua sudah pernah melakukannya? Apa kamu sudah lupa dengan itu!"     

  Raut wajah Sebastin menjadi sangat dingin, "Aku.tidak.pernah.menidurimu." Ucapnya dengan penuh penekanan.    

  "Tenang sayanh ... Ayo duduk dulu." Kata Maya.    

  Para tetua hanya tersenyum kecil.    

  Mika menghempaskan tangan ibunya yang tengah mencoba menenangkan anaknya.    

  Asap hijau keluar dari tangan kiri Mika, dan menghempaskan beberapa barang berat yang berada di ruang tamu tersebut ke arah Defian.    

  Para tetua beserta Defian dan Sebastin terkejut.    

  Barang-barang tersebut sangat cepat melayang ke arah Defian.    

  Sistim perlindungan dari Chain pun aktif kembali untuk melindungi Defian. Benda tersebut melayang kembali ke arah Mika dan ibunya. Namun asap hijau yang keluar dari tangannya tadi melindungi kedua orang tersebut seperti perisai asap hijau.    

  Alfano terkejut dan berkata, "Cincin Penghancur milik keluarga Alberth!!"    

  Bersambung ...    

  Selesai pengetikan pada hari–    

  Minggu, 19 Januari 2020    

  ____________________    

  Sebenarnya dan sejujurnya saya hanya memiliki waktu luang untuk mengetik pada hari minggu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.