[BL] RedBlue Academic. END✔

Sihir Pencucian Otak dan Pemikat



Sihir Pencucian Otak dan Pemikat

0  Diruang tamu keluarga Zhang. Mia memeluk Defian erat. Jujur saja dia merasa sangat canggung menginjak kediaman Zhang kembali. Kedua orang tuanya beserta Ana dan En, kini sedang menatapnya lekat.    

  Kalau bukan karena masalah yang di timpa menantunya ini, Mia tidak akan pernah mau menginjak rumah Zhang kembali.    

  Ana, "Mia bisa kita berbicara sebentar?"    

  "Maaf Ana, untuk saat ini aku belum bisa. Tunggu masalah ini selesai, baru kita bicara."     

  Indri menatap para pendiri RedBlue Academic dalam diam.    

  Sring... Sring... Sring...    

  Defian terkesiap.    

  "Ada apa sayang." Tanya Mia dan Indri bersamaan.    

  "Ada suara rantai borgol."    

  Semua orang di dalam ruang tamu saling menatap. Bagaimana tidak, mereka semua tidak mendengar bunyi suara rantai di dalam rumah maupun di luar rumah. Tapi Mia pahan dan mengerti apa yang di katakan Defian.    

  "Ada suara rantai, ada suara rantai." Kata Defian panik.    

  Akemi, "Aku tidak mendengar apa-apa."    

  Firaz, "Sama, aku juga."    

  "Kalian tidak akan bisa mendengarnya." Ucap Arsen, membuat semua orang di sekitar menatapnya.    

  Beberapa saat kemudian, bunyi bel pintu rumah kediaman Zhang terdengar.    

  Indri, "Itu mungkin Rian."    

  Defian menahan ibunya, "Jangan membuka pintu ibu, jangan ada yang boleh membuka pintu itu... Itu bukan Ayah, itu bukan Ayah." Tangisan Defian tiba-tiba pecah.    

  "Tenang sayang, itu Ayah. Ibu menelponya untuk datang kemari."    

  "Itu bukan Ayah, di luar sana bukan Ayah..."    

  Sring... Sring... Sring...    

  "Benar itu memang bukan Ayah. Suara rantai akan selalu berbunyi, jika sesuatu akan terjadi."    

  "Baiklah tidak akan ada yang membuka pintu."    

  En merasa masalah yang di alami teman anaknya ini sangat serius. Ia pun mulai mengatakan kepada kedua orang tua Ana untuk menuju kekamar mereka.    

  "Ibu, Ayah masuklah dulu ke dalam kamar. En rasa masalah ini sangat serius."    

  "Jangan kedalam kamar, "Tutur Mia, "Ana, bawa ibu dan Ayah ke dalam rak buku." Ucapan Mia hanya di anggukan setuju oleh Ana.    

  (Rak Buku = Ruangan tersembunyi yang pintunya terbuat dari rak buku. Jadi saya menyebutnya saja sebagai rak buku)    

  Telpon Mia berdering. Itu adalah panggilan dari Gabriel sang suami.    

  "Halo. Ia, kami akan kesana sekarang. Ia, menantu (Defian) kita mendengar suara penjaga Chain milik anak kita Sebastin. Ok baiklah."    

  Mia menutup panggilan telpon dan mengeluarkan perkataan yang membuat semua orang terkejut.    

  "Sebastin telah ditahan di rumah besar Alfano, sebaiknya kita kerumah besar Alfano sekarang." Mia menatap Indri, "Rian juga sudah berada di sana."    

  Indri, "Tapi Defian sama sekali tidak ingin keluar."    

  Mia menghampiri Defian yang tengah memeluk ibunya ketakutan.    

  "Defian maukan ke rumah besar malam ini? Kasihan Sebastin, dia sangat membutuhkanmu." Bujuk Mia.    

  "Sebastin sama sekali tidak menyukaiku!"    

  "Siapa yang mengatakan jika Sebastin tidak menyukaimu? Dengarkan ibu nak, hampir dua tahun Sebastin selalu menunggumu untuk melanggar peraturan sekolah. Setiap malam, Sebastin selalu berdiri sendirian dan menunggumu di tempat kamu melanggar peraturan. Apa menurut Defian, Sebastin tidak menyukaimu! Dan jika dia tidak menyukaimu, untuk apa repot-repot dia menunggumu setiap malam di sana!"    

  Melihat Defian sama sekali tidak bergerak dan berniat pergi. Mia menghembuskan napasnya.    

  Firaz bertanya pada Arsen yang tengah berdiri di sampingnya, "Sebenarnya apa yang terjadi dengan Sebastin? Kenapa dia menjadi tahanan di rumah orangtuanya sendiri?"    

  Akemi juga menatap Van Van meminta penjelasan.    

  "Jangan menyembunyikan sesuatu lagi dari kami." Tutur Akemi.    

  Van Van, "Sebastin terkena sihir pencucian otak dan pemikat, sehingga dia melihat Defian sebagai musuh dan menganggap orang lain sebagai kekasihnya."    

  Akemi, "Apa hal yang seperti itu benar-benar ada?"    

  "Tentu, di dunia ini hal yang seperti itu benar-benar ada. Biasanya seseorang menggunakan sihir itu, karena merasa sangat putus asa tidak dapat mengambil hati seseorang yang mereka cintai." Jelas Arsen.    

  Mendengar penjelsan dari Arsen, mata Firaz menyala terang seperti lampu senter, "Arsen, apa kamu sama sekali tidak memberikan sihir pencucian otak dan pemikat padaku! Aku merasa tidak percaya bisa jatuh cinta pada seorang pria; apa lagi seorang pria cabul sepertimu." Tuduh Firaz.    

  Arsen, "..."    

  Van Van, Akemi, "..."    

  Arsen, "Dimaki dan di tendang dari atas tempat tidur pada saat ingin bercinta, apa menurutmu aku telah memberikan sihir pencucian otak dan pemikat padamu?"    

  Firaz, "..."    

  Van Van, "Sihir pencucian otak dan pemikat, akan membuat orang yang terkenanya seperti boneka hidup. Mengikuti semua apa yang di inginkan si pemberi sihir."    

  (Sedikit Info : Sihir pencucian otak dan pemikat, benar-benar ada di dunia nyata)    

  Sihir pencucian otak dan pemikat biasanya menyerang atau diberikan seseorang melalui tatapan mata, jadi ada beberapa hal yang kalian semua perlu ketahui, dalam hidup ini, jangan terlalu menatap mata seseorang.     

  Jika kita menatap mata seseorang dan mata kita tiba-tiba saja kelilipan tanpa sebab, maka kemungkinan kecil orang itu memiliki pegangan.    

  Sihir pencucian otak dan pemikat, bukan saja menyerang melalui mata, sihir itu biasanya menyerang seseorang melalui asap rokok, senyum menawan, makanan, melalui lemparan suatu barang pada seseorang yang di gunakannya sebagai targetnya, dan masih banyak lagi.    

  Biasanya seseorang yang telah terkena sihir pencucian otak dan pemikat, mereka akan tiba-tiba saja jatuh cinta kepada seseorang yang mereka baru saja temui, dan bahkan seseorang yang sama sekali tidak pernah mereka pandang.     

  Dan biasanya gejala yang akan mereka rasakan dalam diri mereka yaitu, si penderita akan merasakan jatuh cinta dalam tahap yang berlebihan, seperti, selalu melamun dan memikirkan seseorang dalam setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, dan setiap waktu dalam hidupnya akan selalu memikirkan orang yang di cintainya. Makan, minum, mandi, saat menutup mata dan membuka mata, si penderita akan selalu memikirkan cintanya.    

  Bahkan, walaupun si penderita di hadapkan langsung dengan V BTS, dia sama sekali tidak akan merasa tertarik, dikarenakan hidupnya akan selalu tertuju hanya untuk satu orang saja dan bukan untuk orang lain.    

  Kembali lagi ke Defian Mahesa.     

  Setelah dibujuk oleh para orangtua, Defianpun mau mengikuti mereka pergi ke kediaman Alfano.    

  "Aku juga akan ikut denganmu," Kata En pada Mia.    

  "En," Mia menggelengkan kepalanya, "Jangan melibatkan dirimu dalam masalah ini. Masalah yang di hadapi keluarga Alfano, bukan suatu masalah yang bisa di selesaikan dengan mudah. Aku juga minta maaf, karena anak-anak sudah menggunakan rumah ini sebagai perisai perlindungan."    

  "Tidak perlu minta maaf, Mia" Ucap Ana yang baru saja kembali dari rak buku, "kami sama sekali tidak keberatan jika anak-anak menggunakan rumah ini sebagai perisai perlindungan mereka."    

  Ana menatap Defian, "Akemi adalah anaku, Van Van, dan Arsen juga adalah keponakanku, dan Defian adalah menantumu ... Dan menantumu adalah menantuku juga." Kata Ana pada Mia.    

  Dan Mia menanggapinya dengan senyum.    

  Sejujurnya Akemi, Firaz, dan Defian yang sama sekali tidak mengetahui permasalahan keluarga, ingin bertanya, apa maksud dari ucapan tadi. Tapi karena masalah yang terjadi terlalu serius dan menegangkan. Jadi mereka bertiga mengurungkan niat mereka untuk bertanya.    

  Mia, "Akemi dan Firaz, tetap berada di sini."    

  "Tapi tante, Akemi juga mau ikut"    

  Mia tersenyum pada Akemi, "Jaga Ayah dan ibumu di rumah... Dan besok pagi, baru kamu datang ke rumah. Ok?"    

  Akemi hanya menganggukan kepalanya.    

  "Van Van, tetap berada di sini. Arsen ikut dengan kami." Titah Mia.    

  "Baik." Jawab Arsen tegas.    

  Firaz menahan tangan Arsen dengan wajah yang sangat khawatir, "Hati-hati."    

  Arsen mengelus kepala Firaz dan tersenyum.    

  Bersambung ...    

  Selesai pengetikan pada hari—    

  Rebu, 8 Januari 2020


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.