[BL] RedBlue Academic. END✔

Dalam Hitungan Menit Semuanya berubah



Dalam Hitungan Menit Semuanya berubah

0  Saya sudah Up ceritanya lumayan panjang, lebih dari 1000 kata.     

  :winking_face: Selamat membaca    

  ___________________________    

  Kamis sore, Defian dan Sebastin mengendarai mobil sekitar 32 menit menuju rumah Ibu dan Ayah Sebastin yang berada di daerah D. Sesampainya di sana Sebastin langsung memarkirkan mobilnya di garasi bawah tanah. Mereka berduapun berjalan memasuki rumah besar bernuangsa putih itu.    

  Dimeja makan semua keluarga sudah berkumpul dan berbincang-bincang.    

  Gabriel berdehem untuk memecahkan keributan yang ada di meja makan.    

  "Perkenalkan dia adalah istri Sebastin, Defian." Gabriel memperkenalkan Defian pada kerabat jauh mereka yang begitu sangat penasaran dan ingin melihat secara langsung istri dari seorang Sebastin.    

  Defian berdiri dari kursinya dan memperkenalkan namanya dengan sopan pada seorang wanita yang berusia kurang lebih 40-an dan anak gadisnya yang kemungkinan berusia sama dengan Defian dan Sebastin.    

  "Halo, nama saya Defian Mahesa." Ucap Defian dengan senyum ramah.    

  Perkenalan itu di balas senyum ramah juga oleh kerabat jauh Ayah mertua.    

  "Defian, wanita cantik di depanmu itu adalah Ibu Maya dan anaknya yang manis itu bernama Mika." Tutur Gabriel pada Defian.    

  Defian tersenyum pada Ibu Maya dan Mika.    

  "Baiklah, ayo kita mulai saja acara makan malamnya."    

  Makan malam ini dijalankan dalam keadaan tenang dan indah.    

  Levandi menyiku lengan Defian pelan. Defian menatap Levandi bingung dan berkata ada apa(?)    

  "Gadis bernama Mika itu adalah kekasih masa kecil Sebastin." Bisik Levandi pelan di telinga Defian.    

  "Benarkah," Defian menatap Mika, "dia sangat cantik dan berwibawa." Sambungnya kembali.    

  Levandi, "..."    

  "Kamu tidak merasa cemburu?"    

  "Tidak sama sekali."    

  "Sayang," Panggil Sebastin pada sang istri yang masih tengah sibuk berbisik-bisik tetangga.    

  "Ya" Jawab Defian sambil tersenyum indah.    

  "Makan."    

  "Oh ia, aku makan."    

  Sebastin menaruh potongan daging sapi, hampir setengah piring Defian, "Perbanyak makan daging."    

  Defian melongo menatap suaminya, "Ini terlalu banyak Sebastin, nanti aku bisa berubah menjadi Babi sehat."    

  Sang suami hanya tersenyum menatap istrinya, "Itu yang aku inginkan."    

  Defian, "..." ( – _ – ) Sangat menyebalkan.    

  Melihat aktifitas yang dilakukan dua pasangan itu membuat Mika merasa sedikit terkejut. Bagaimana tidak, Sebastin, pria yang di kenalinya sedari kecil itu, tidak pernah/tidak akan pernah mau menunjukan sisi romantis maupun rasa perhatian sedikit pada dirinya maupun beberapa teman dekatnya. Bahkan kedua orang tuanya beserta kakaknya Levandi, tidak pernah di perlakukan istimewa seperti yang dilakukan Sebastin pada Defian. Malahan lebih parahnya lagi 'tersenyum'.     

  Yang Mika ketahui dari Sebastin adalah berwajah kaku, dingin, sangat menindas, jarang berbicara, dan sama sekali tidak suka tersenyum.    

  Mika mengenal Sebastin sejak usia 5 tahun, di mana pada saat itu keluarga Mika menghadiri acara ulang tahun Levandi, dan pada saat itu juga mereka mulai berteman dan dekat satu sama lain. Saat sekolah menengah pertama, Mika sering membujuk Sebastin untuk tersenyum, namun bujukan Mika hanya di hiraukan saja oleh Sebastin.    

  Jadi pada saat melihat Sebastin tersenyum kepada orang lain tanpa di paksakan, membuat Mika terkejut dan merasa tidak terlalu suka. Dia telah mengenal Sebastin sedari kecil, tidak dapat membuatnya tersenyum walaupun di paksakan. Sedangkan pria di depannya ini, baru saja mengenal Sebastin, kini sudah mampu membuat Sebastin tersenyum tanpa adanya unsur paksaan.    

  Mika merasa semakin tidak suka lagi, ketika melihat cincin merah bergaris biru yang terlingkar indah di jari manis Defian.    

  "Apa itu cincin pengikat milik keturunan keluarga Alfano?" Tanya Mika pada Sebastin sambil melihat cincin merah biru itu di tangan Defian.    

  Defian melihat jarinya sendiri dan kemudian menatap Sebastin.    

  Sebastin memakan makanan miliknya dengan aurah yang sangat berwibawa. Melihat tidak adanya tanda-tanda Sebastin ingin menjawab pertanyaan yang diberikan Mika, kini membuat sang ibu membuka suara.    

  "Benar, itu cincin pengikat milik keluarga Alfano."    

  Mendengar ucapan itu, Maya pun membuka suara, "Mia, bukannya cincin itu hanya diperbolehkan dan diberikan oleh kerabat atau orang yang masih terkait dengan keluarga Alfano?"    

  "Dan mengapa anak itu menggunakannya?" Sambung Maya kembali. Ucapan Maya sedikit tidak terima dan tidak suka.    

  Defian yang tidak mengerti hanya bisa menatap dan mendengar percakapan dalam keadaan bingung.    

  "Kenapa anda tidak bertanya, mengapa cincin itu bisa terpasang di jarinya!" Kata Sebastin yang masih tengah sibuk dengan makanan miliknya.    

  Semua orang di meja makan terdiam.    

  "Anda pasti tahu bahwa cincin itu tidak sembarangan terpasang di jari orang lain. Coba anda ingat kembali, di ulang tahun ke 15 anak anda Mika. Anda memintaku untuk memakaikan cincin itu di tangan Mika sebagai hadiah ulang tahunnya. Dan..." Sebastin menatap ibu Mika dengan tatapan khasnya, "cincinya longgar dan dapat ditarik kembali keluar dari jari anak anda."    

  Gambriel dan Mia hanya tersenyum mendengar ungkapan Sebastin pada kerabat jauh mereka itu.    

  "Jika anda ingin mengeluh, silahkan mengeluh saja pada cincin pengikat ini. Jadi jangan mengeluh kepada kami."    

  Mika tersenyum ramah, "Benar, cincin pengikat hanya akan terpasang dijari pasangan si pemilik cincin," Mika memutar-mutar gelas anggur merah yang ada di tangannya, "aku tidak berpikir jika pasangan yang dipilih cincin pengikat itu untukmu adalah seorang pria." Sambungnya kembali.    

  Mika meminum anggur yang ada di dalam gelasnya sampai habis, "Jujur saja, aku sangat marah ketika mendengar kamu telah menikah. Apa kamu ingat, kamu pernah mengatakan padaku di usia kita yang menginjak 12 tahun, bahwa besar nanti kamu ingin menikahiku. Dan .. di usia itu juga, kamu dipilih sebagai pemegang cincin Alfano selanjutnya. Awalnya aku sangat senang, karena kamu mendapatkan cincin itu; Maka kita berdua tidak perlu repot-repot menuju ke pelaminan untuk menikah, dan pada saat usiaku ... Usiaku..."    

  Mika menghapus air matanya yang sudah jatuh mengguyur kedua pipi cabi dan manis miliknya. Gadis itu sudah tidak lagi sanggup untuk berbicara.    

  "di usiaku yang ke 15. Ibuku mengatakan padamu untuk mencoba memakaikan cincin itu pada jariku dan hasilnya, ternyata aku bukan pasanganmu. Menyedihkan. Kita berdua terlihat sangat menyedihkan pada saat itu. Kamu menangis begitu juga dengan diriku. Jika tidak ada cincin pengikat itu, mungkin sampai sekarang kita masih bersama."    

  Beberapa detik kemudian, Mika tersadar dengan ucapannya barusan yang sungguh di luar batas, "Ma–maafkan aku, seharusnya aku tidak berbicara seperti itu." Ucap Mika sambil menghapus air mata miliknya.    

  Semua orang yang berada di meja makan terdiam, begitu juga dengan Sebastin dan Defian. Defian menatap Sebastin yang tertunduk dengan ekspresi wajah yang terlihat rumit.    

  Banyak hal yang sama sekali tidak Defian tahu tentang keluarga suaminya, Alfano dan satu hal yang Defian ketahui dari sebastin. Pria itu memiliki banyak rahasia dalam dirinya.    

  Sepulang dari acara makan malam itu, sepanjang perjalanan pulang muju ke rumah mereka, Sebastin hanya terdiam. Tidak itu salah, Sebastin mulai terdiam semenjak ucapan yang dikatakan Mika beberapa jam yang lalu. Defian menatap luar jendela mobil dengan pikiran yang bercampur aduk.    

  Sesampainya dirumah dan memarkirkan mobil, tanpa menunggu Defian keluar dari mobil, Sebastin sudah berjalan memasuki rumah.    

  Defian berjalan sambil menatap punggung suaminya yang berada di depannya. Ingin mengatakan sesuatu untuk memecahkan keheningan, tapi takut akan mengganggu Sebastin. Jadi Defian juga hanya ikutan terdiam.    

  Sebastin berhenti di depan pintu kamar, "Defian," Panggil sebastin tanpa berbalik menoleh ke belakang.    

  "Ya," Jawab Defian lembut.    

  "Bisahkah malam ini kita berdua tidur dulu di kamar yang berbeda?"    

  Defian terdiam, "Ah ia baiklah, ja–jadi aku akan tidur di mana?" Tanya Defian salah tingkah.    

  "Tepati kamar yang berada di lantai bawah." Ucap Sebastin dan langsung menutup pintu kamar.    

  Defian berdiri mematung di luar menatap pintu yang di tutupi Sebastin tepat di depannya.    

  Defian menuju ke kamar yang berada di lantai satu, dan langsung menuju ke dalam kamar mandi. Pria manis itu mengambil sabun cair dan menumpahkannya di jari yang terdapat cincin merah bergaris biru itu. Defian duduk di lantai kamar mandi dan memaksa membuka cincin itu, walaupun hasilnya sudah dia ketahui. Tidak akan bisa terlepas.    

  "Kenapa tidak bisa terlepas."     

  Defian duduk sambil bersandar di tembok kamar mandi yang cukup dingin itu, seberapa kuatnya dia berusaha, cincin itu tidak akan keluar dari jari miliknya.    

  "Bagaimana caranya agar cincin ini bisa terlepas? Kalau saja malam itu aku tidak menginjak tanah Red. Mungkin saja Sebastin akan bisa hidup bersama dengan gadis itu."     

  Sring ... Sring ... Sring    

  Bunyi suara rantai borgol di tengah malam buta, mengagetkan Defian dari lamunannya. Defian mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar mandi, dan melihat sekitar kamar yang di tempatinya.    

  Tidak ada. Pikirnya.    

  Merasa tidak ada lagi suara rantai borgol yang terdengar, Defian langsung menuju ke tempat tidur dan membaringkan dirinya dengan nyaman.    

  "Aku lupa menanyakan rantai itu pada Sebastin. Kenapa rantai itu bisa berjalan?"    

  Setelah mengatakan itu, Defian pun menutup matanya dan tertidur nyenyak.    

  Tapi tanpa Defian sadari, rantai yang di carinya tadi sudah berada di pojok kamar dalam bentuk wujud manusia, berseragam hitam dan menggunakan topeng. Rantai tersebut duduk diam mengawasi dan menjaga Defian atas perintah Sebastin.    

  Titah yang diberikan Sebastin yaitu, menjaga Defian pada saat dirinya tidak berada di sampingnya.     

  Dan perintah itu di turuti serta di laksanakan.    

  Bersambung ...    

  Selasa, 7 Januari 2020    

  Sudah mulai masuk BAB konflik.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.