[BL] RedBlue Academic. END✔

Kediaman Alfano



Kediaman Alfano

0  Tutup mata dan buka mata...    

  Tidak terasa akhir pekan telah tiba. Defian dan Firaz bangun sekitar jam 3 subuh, Defian membawa beberapa potong pakaian di ransel miliknya, begitupun juga dengan Firaz. Setelah memastikan apa yang di bawah sudah lengkap, mereka berduapun turun ke lantai bawah dan menunggu Akemi di taman yang mereka tempati pada saat mencatat catatan pelanggaran.    

  Karena Sebastin mengatakan akan mulai star pada jam 4 subuh dan karena Defian mengetahui bagaimana kepribadian Akemi pada saat jalan-jalan. Jadilah Defian memutuskan untuk bangun jam 3 subuh, hanya untuk sekedar menunggu princes Akemi.    

  "Oh astga, aku sangat mengantuk. Bangunkan aku jika Akemi sudah tiba." Ucap Firaz sambil merebahkan kepalanya dengan nyaman di atas meja.    

  Defian, "Ok."     

  Sekitar 45 menit, Akemi baru muncul di depan mereka. Penampilan Akemi cukup sederhana, gadis cantik itu hanya menggunakan baju kaos berlengan panjang yang sedikit tebal, karena cuaca di waktu subuh cukup dingin, juga menggunakan celana pendek di atas lutut, dan sendal teplek berwarna Pink serta tas ransel biru yang di kenakannya.    

  Firaz, "Apa yang kamu lakukan sampai kamu baru datang sekarang?"    

  "Aku terlambat bangun. Ayo pergi."    

  Setelahereka bertiga menunggu sekitar 5 menit di depan gerbang Blue Academic mobil merah berhenti tepat di depan mereka bertiga. Arsen keluar dari pintu depan mobil, dan menyapa mereka bertiga yang sedang berdiri di depan gerbang.    

  "Defian silahkan duduk di depan." Ucap Arsen sambil membuka pintu depan.    

  "Oh, ma–makasih." Defian masuk kedalam mobil dan menaruh tas miliknya di bawah kakinya.    

  "Sayang, ambil ini." Sebastin menyerahkan merah miliknya, "Cuaca pagi di puncak sangat dingin."    

  Mereka berlimactelah memasuki mobil dan perjalannpun di mulai.    

  Posis duduk kursi belakang yaitu, Akemi, Arsen, dan Firaz    

  Sepanjang jalan penuh dengan keheningan, Defian dan kedua temannya sudah tertidur dengan nyenyak.    

  Arsen yang menjadi sandaran bagi Akemi dan Firaz hanya bisa menghembuskan napas, "Mereka bertiga ini, bangunnya jam berapasih?!"    

  Sekitar tiga jam setengah perjalanan panjang dan sangat melelahkan ini. Mobil merekapun melaju memasuki kawasan yang diberi nama bukit sejuk. Sesui dengan namanya, kawasan ini sangat dingin.    

  Sebastin memarkirkan mobilnya di garasi Villa yang sangat mewah berwarna putih dan gold itu. Defian yang sudah sadar beberapa menit yang lalu, kini melongo seperti orang bodoh ketika melihat Villa yang akan ditempati mereka saat ini. Bukan saja Defian, kedua temannya Firaz dan Akemi juga melongo.    

  Mereka bertiga saling memandang satu sama lain.    

  'Villa ini sangat mewah. Ini lebih tepat disebut Kastil.' Pikir Defian.    

  Mereka berlima keluar dari mobil dan berjalan menaiki tangga, sekitar 16 anak tangga menuju pintu masuk Villa.    

  Sebastin, "Berikan ranselmu."    

  "Oh, ini."    

  Sampai didepan pint Villa yang tingginya menjuntai keatas itu. Sebastin membuka aksen pintu dengan menggunakan wajah tampannya.    

  Akemi, Firaz, dan Defian berkerumun di satu tempat dan mulai ngerumpi.    

  Akemi, "Anjay~ ini Villa atau kastil kerajaan!!!"    

  Firaz, "Aku pikir, rumah yang akan kita tempati di puncak akan terlihat biasa-biasa saja, dan coba kalian lihat pemandangannya dari atas sini... Sangat indah."    

  Defian, "Seperti berada di dunia dongeng."    

  Akemi dan Firaz menganggukan kepala mereka, tanda setuju dengan ucapan Defian.    

  Mereka berlima memasuki Villa, di dalam ruangan memiliki aksen warna yang sama seperti di luar yaitu putih dan emas. Bahkan semua aksesoris-aksesoris rumah berwarna putih dan emas. Sangat mewah.    

  Villa ini memiliki tiga tingkat dengan ketinggian masing-masing tingkat kurang lebih sekitar 13 atau 15 meter ke atas. Dan terdapat beberapa lampu kristal yang tergantung indah di masing-masing tingkat. Bukan saja lampu kristal, pernak pernik seperti guci, bunga, dan hiasan-hiasan lainnya, semuanya dihiasi dengan batu kristal putih.    

  Defian meraih lengan Sebastin dengan aurah yang terlihat gugup. Kedua tangan yang memegang lengan Sebasti dingin dan gemetar.    

  "Se–Sebastin."    

  "Hmm."    

  Defian menatap sebastin dengan gugup, "i ... i–ini, bu–bukan Vi–Villa khan..."    

  Sebastin mengecup singkat bibir sang istri dan berbisik pelan di telinga Defian, "Ini kediaman Alfano Ayahku, beserta Kakek dan Nenekku.    

  ":flushed_face: Kenapa, kenapa tidak memberitahuku terlebih dahulu!" Defian melihat penampilannya sendiri; Celana jins putih pendek, baju kaos putih berlengan pendek yang di lapisi dengan switer merah milik Sebastin dan sepatu kets putih. Sangat tidak memuaskan.    

  "Jangan terlalu memikirkan penampilanmu."    

  Seorang kepala pelayan yang sudah terlihat cukup berusia, datang menghampiri mereka berlima, "Selamat pagi tuan Sebastin." Ucapnya sambil sedikit membungkukan kepalanya.    

  "Tunjukan kamar untuk ketiga temanku."    

  "Baik tuan Sebastin."     

  "Arsen, setelah selesai menaruh barang kalian. Bawa Firaz dan Akemi ke ruang makan."    

  "Ok." Jawab Arsen sambil menaiki tangga.    

  "Jadi bagaimana denganku?"     

  Sebastin menaikan sebelah alisnya dan berkata, "Kamu istriku, jadi kamarku adalah kamarmu. Ayo keruang makan."     

  Sebastin merangkul bahu sang istri dan berjalan menuju ruang makan.    

  "Tasku? Mana tasku?"    

  "Aku sudah memberikannya pada kepala pelayan."    

  "Ooh."    

  "Apa keluargamu bisa menerimaku?!"    

  Sebastin mencubit hidung sang istri, "Kita lihat saja nanti."    

  "Lalu dimana mereka?"    

  "Mungkin di taman belakang."    

  "Keluargamu tidak menyambut kedatangan kita, berarti mereka tidak menyukaiku!" Ucap Defian sedikit panik.    

  "Mereka tidak tahu kalau kita akan datang."    

  Sampai di ruang makan. Defian kembali dikejutkan dengan meja kaca berwarna emas yang cukup panjang dan beberapa deret kursi yang melingkari meja tersebut. Di atas meja sudah dipenuhi beberapa jenis hidangan mewah.    

  Namun selain itu, pandangan Defian tertuju pada seorang pria berkaos hitam yang sedang duduk di kursi sambil sibuk mengotak atik ponselnya.    

  Defian mengernyit dan spontan ingin berteriak. Namun sudah lebih dulu di sambar seseorang yang berada di belakangnya.    

  "Van Van...!!" Teriak Akemi.    

  Yah, seorang pria yang berada di meja makan adalah Van Van, ketua Osis Blue Academic.    

  "Kakak dari jam berapa kamu sampai di sini?" Kata Arsen  pada Van Van.    

  "Kemarin jam 5 sore setelah pulang sekolah." Kata Van Van.    

  Akemi, Firaz, dan Defian saling memandang dengan wajah kebingungan.    

  Mereka berlima yang baru datang sudah mengambil posisi duduk mereka masing-masing.    

  "Van Van adalah sodara kembarku. Tapi kami kembar tidak identik. Jadi banyak orang diluar sana yang tidak mengetahui jika kami sodara kembar."Jelas Arsen pada ketiga orang yang menatap mereka dengan penuh tanya.    

  "Sebastin," Panggil Defian pelan.    

  "Selesai sarapan, baru aku jelaskan padamu."    

  Mereka semua mulai sibuk memakan sarapan mereka. Tapi lebih tepatnya, makan pagi bukan sarapan pagi.    

  Defian memakan rotinya sambil menatap empat orang yang duduk di depannya.    

  Arsen mengambil udang Lobster yang masih utuh dan menaruhnya ke dalam piring Firaz, sambil tersenyum menatap Firaz. Bukan saja itu, Arsen juga menaruh beberapa daging sapi, Roti, dan beberapa tumpukan daun selada di piring Firaz. Dan menumpuklah seperti gunung makanan yang ada di piring Firaz.    

  Firaz, "..." ( ° _ ° '')    

  Begitu juga dengan pihak sebelah, Akemi dan Van Van.    

  "Jangan makan sayur itu, kamu tidak lihat ada udangnya di dalam!" Kata Van Van sambil mengangkat udang yang ada di dalam mangkuk sayur.    

  "Oh, sukur kamu memberitahuku, kalau tidak aku akan gatal-gatal."    

  Sekedar mengingatkan kembali. Van Van adalah tetangga rumah Akemi.    

  Entah seberapa dekatnya merek berdua, sampai Van Van maupun Akemi saling mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disuka oleh mereka masing-masing.    

  "Apa kamu mau juga seperti mereka?" Defian terkejut dengan suara Sebastian yang berbisik di telingannya.    

  Defian menatap Sebastin dan menganggukan kepalanya.    

  Sebastin tersenyum, "Nanti setelah di kamar tidur."    

  Defian, "..."     

  Bersambung ...    

  Jumat, 27 Desember 2019


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.