[BL] RedBlue Academic. END✔

Ungkapan Perasaan



Ungkapan Perasaan

0  :Santa_Claus::Santa_Claus:Selamat Hari Natal :Christmas_tree:Bagi yang menjalani :smiling_face_with_smiling_eyes:    

  ____________________________    

  Warning 18     

  Terdapat Adegan Dewasa, yang merasa dibawah umur dilarang baca.    

  _____________________________    

  *    

  *    

  *    

  *    

  Setelah memastikan kedua orangtua mereka pulang. Sebastin langsung menarik Defian dan mendorongnya ke sofa ruang tamu.     

  Sebastin mencium Defian dengan penuh gairah membara. Defian sampai tidak mampu membalas ciuman panas yan diberikan secara bertubi-tubi padanya. Sebastin menarik dasi kupu-kupu yang ada pada leher Defian, membuka jas yang dikenakan sang istri dan membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Defian. Ia mengarahkan ciuman penuh gairahnya kearah leher jenjang Defian, sedikit menjilat dan mengisap mesra jakun milik sang istri, kemudian mengarahkan ciumannya ke tulang selangka milik sang istri, dan kemudian semakin turun menuju ke puting pink yang sudah menegang itu.    

  Dijilatnya puting itu dengan kecepatan tinggi, sedangkan orang yang merasakan sensasi jilatan tersebut hanya bisa mendesah penuh kenikmatan. Diusap-usapnya puting tersebut dan sesekali memutar-mutar puting tersebut dengan jari-jari tangan lincahnya. Ciuman Sebastin turun menuju perut dan sedikit menjilat mesra pusar sebastin. Sebastin menaikan ciumannya kembali lagi ke bibir manis Defian, kedua tangannya tidak tinggal diam; Membuka pengait celana Defian dan menurunkan celana sang istri, setelah celana Defian berhasil terlepas, kemudian ia kembali meraih celana dalam sang istri dan melepaskannya.     

  Dan yang tersisa di tubuh Defian, hanyalah kameja putih yang sudah terlepas semua kancingnya.      

  Kameja tersebut sedikit turun dan memperlihatkan bahu putih mulus milik Defian. Entah kenapa itu terlihat sangat menggoda dimata Sebastin.    

  Sebastin menempelkan jidat miliknya ke jidat milik Defian, "Defian ... Kamu membuatu gila." Setelah mengatakan itu, Sebastin mulai membuka semua pakaian yang terpasang di tubuhnya sampai tidak terlihat sehelai benangpun di tubuh kekar nan indah miliknya.    

  "Menungging, sayang." Kata Sebastin pada sang istri yang sudah terbaring indah di sofa penuh gairah.    

  "Ha...?" Namun karena serangan bertubi-tubi yang diberikan Sebastin pada tubuh miliknya; membuat otak Defian Blank. Mendapat respon yang menurutnya sangat lucu itu dari sang istri. Sebastin terkekeh. Ia menurunkan kepalanya dan mengecup jidat Defian dengan penuh kasih sayang.    

  Sebastin membalikan tubuh Defian. Ia meraih jas miliknya yang sudah terlempar di atas meja dan mengambil botol berukuran kecil di dalam saku jasnya. Sebastin menekan botol tersebut dan keluarlah jel berwarna putih bening dari botol tersebut. Ia mengolesi jel putih bening itu di area kepemilikannya dan se-sekali mengocok miliknya.    

  Sebastin menarik pinggul Defian keatas dan memasukan miliknya kedalam krisan milik Defian.    

  Defian menggenggam erat pegangan kursi sofa.    

  Sebastin menarik turun sedikit kemeja putih yang dikenakan Defian hingga memperlihatkan bahu putih miliknya, ia mencium, mengecup, dan terkadang menjilat bahu putih nan indah itu, sampai beberapa tanda merah tercetak indah di bahu Defian.    

  Tekanan yang diberikan pinggul Defian semakin bertambah cepat, sejak miliknya masuk kedalam krisan milik Dedian; Tidak ada yang namanya kata pelan dan lembut, seperti pertama kali mereka berdua melakukannya.    

  'Terlalu cepat... Terlalu cepat... ini, terlalu cepat.' Pikir Defian dalam hatinnya, ingin rasanya dia berteriak mengeluh dengan kecepatan serangan yang diberikan Sebastin padanya. Namun yang bisa keluar dari mulut manisnya hanyalah desahan, desahan, dan desahan.    

  Pada saat mereka berdua secara bersamaan sampai kepuncak kenikmatan, Sebastin memeluk erat Defian dari belakang, Sebastin berbisik di telinga Defian,    

  "Defian, aku sangat mencintaimu."    

  Terkejut...    

  Itulah yang dirasakan Defian saat ini.    

  Defian, "..." Sebastin mengatakan bahwa dia menyukaiku!!    

  Sebastin melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Defian agar berhadapan dengannya.    

  Rasa terkejut yang di alami Defian belum menghilang. Dia menatap Sebastin lekat, "A–apa yang tadi itu..."    

  "Hmm..." Potong Sebastin.    

  "... aku menyukaimu sejak setahun yang lalu... Pada saat kita menjadi lawan di lomba cerdas cermat 'Fisika'."    

  Sebastin merapikan rambut milik Defian.    

  "Aku melihat, kamu sangat imut jika sedang berpikir."    

  Defian mengerutkan keningnya, "Aku tidak imut..." Keluh Defian.    

  Sebastin, "..."    

  "Ok, ok. Kamu tidak imut ... Bagaimana dengan perasaanmu padaku?"    

  "A–aku..." Defian gelisah.    

  Defian menutup wajahnya dengan kedua tangan miliknya dan berkata dengan suara pelan pada Sebastin, "Aku juga menyukaimu."     

  Defian memukul dada bidang Sebastin, "Kenapa kamu menanyakan hal ini juga padaku! Sangat memalukan."    

  Sebastin terkekeh, "Sejak kapan ... sejak kapan kamu mulai menyukaiku?"    

  Defian, "Aku tidak tahu sejak kapan?" ( o///_ ///o )    

  "Apa, sejak kita melakukan itu?"    

  "Dasar mesum."    

  Mendengar ucapan sang istri, tiba-tiba saja Sebastin memikirkan sesuatu dan seringai muncul di wajah tampannya.     

  Melihat seringai itu, Defian mulai was-was, 'Apa lagi yang di pikirkan Sebastin saat ini?'     

  "Defian,"    

  Jawab Defian 'Ya', dengan senyum kaku.    

  "Ronde ke dua."    

  "Ap, ap-apa yang kam... aahh Sebastin!!" Belum sempat Defian menyelesaikan perkataannya, sang suami sudah memasukan miliknya kedalam krisan sang istri.    

  Sebastin mengangkat Defian di atas pangkuannya dan berdiri dari kursi sofa, tempat dimana mereka berdua bercinta tadi. Defian melingkari kedua kakinya di pinggang Sebastin dan memeluknya erat. Sebastin berjalan menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.    

  Sebastin menaiki tangga dengan keadaan tubuh mereka yang masih bersatu satu sama lain, area yang dimasukipun semakin dalam, dan pergerakan Sebastin pada saat menaiki tangga, membuat Defian tidak henti-hentinya untuk berteriak.    

  Sesuatu yang di rasakan Defian saat ini bercampur aduk, rasa sakit dan kesenangan telah bersatu. Karena rasa sakit yang terlalu mendominasinya; membuat Defian mengutuk Sebastin dengan kata 'bajingan, brengsek, gila dan bla-bla'.    

  Sedangkan pria yang di kutuk itu hanya tersenyum dan sesekali menghentikan langkahnya karena krisan milik Defian menjepit miliknya sangat erat. Sebastin juga berpikir dan baru menyadari, perjalanan menuju kamar tidurnya dalam posisi melakukan seks, ternyata terasa sangat jauh.    

  Bersambung ...    

  Selasa, 24 Desember 2019    

  ~\ ( > c < ) /~ :kiss_mark: Sampai Ketemu lagi    

  :flushed_face::flushed_face::flushed_face: Fokus...fokus...fokus...:mobile_phone:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.