[BL] RedBlue Academic. END✔

Hal yang menggemparkan Blue Academic (1)



Hal yang menggemparkan Blue Academic (1)

0  "Tidak ... Jangan, hentikan."    

  Keringat membasahi seluruh tubuh telanjang Defian, rambut halusnya lepek dan acak-acakan. Defian merasa sangat stres dan tertekan, bagaimana tidak, pria di atasnya saat ini tidak henti-henti untuk menusuknya dengan ribuan tusukan berkecepatan tinggi pada daerah krisannya saat ini. Ingin rasanya mendorong pria tersebut menjauh, namun kedua tangannya terborgol di tempat tidur, ingin menendang tubuh pria itu agar menjauh darinya, namun kedua pahanya terantai dengan posisi mengangkang dibagian atas sisi tempat tidur. Jadi yang bisa Defian lakukan hanya berteriak, menangis dan mendesah.    

  Kriiiinnnggg ... Kriiinnggg ...    

  Jam Alaram berbunyi, seketika membangunkan Defian dari mimpi buruk yang beberapa minggu terakhir ini selalu saja menghantui dirinya.    

  Defian duduk linglung di tempat tidurnya dan mencerna apa yang baru saja dia mimpikan.    

  "Terlalu ekstrim." Ucapnya pelan. Defian melihat jari manisnya yang beberapa minggu ini sudah terpasang cincin merah bergaris biru, Defian mengusapnya pelan dengan jari telunjuknya dan memutar-mutarkan cincin itu pelan di jari manisnya dan sesekali Defian mencoba lagi dan lagi untuk mengeluarkan cincin itu dari jari manisnya. Masih hasil yang sama yang Defian dapatkan, cincin itu sama sekali tidak bisa terlepas dari jari tangannya.    

  Defian berdiri dari kasur menuju ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Setelah selesai melakukan kegiatan rutin setiap paginya di dalam kamar mandi, kini Defian keluar dari kamar mandi dengan aurah yang sangat segar dan enak di pandang.    

  Defian berjalan lemas menuju ke sekolah, perjalanan ke sekolah dilakukan Defian dengan cara berjalan kaki. Sekitar 20 menit perjalanan Defianpun sampai ke sekolah dan iapun berjalan menuju keruang kelasnya yang berada di lantai dua.    

  Seperti hari-hari biasa defian berada di sekolah, menyenangkan dan bisa bercanda ria dengan teman-teman dekatnya di kelas. Siapa lagi teman-teman dekatnya kalau bukan Akemi dan Firaz. Hari ini ada rapat guru di sekolah, jadi kelas di bebaskan untuk melakukan aktifitas. Namun aktifitas yang di maksud adalah aktifitas mengerjakan soal-soal latihan Yang ada di buku pelajaran dan selesai jam kelas mata pelajaran tersebut harus di kumpul. Jadi semua orang di kelas sibuk dengan menulis dan membolak balikan buku teks mereka masing-masing, begitu pula juga dengan Defian yang kini tengah menulis di atas buku tugasnya.    

  "Hah, membosankan. Setiap hari selalu saja belajar, belajar dan belajar." Eluh Firaz yang merupakan teman semeja Defian.    

  "Jangan sekolah jika tidak ingin belajar." Jawab Defian dengan pandangan yang masih terfokus pada buku teksnya.    

  Tak, tak... Firaz mengetuk meja Defian menggunakan pulpennya. Orang yang mejanya diketukpun mengalihkan pandangannya dari buku teks miliknya.    

  "Ada apa?"    

  "Ehem ... Semalam apa kamu masih bermimpi buruk juga?" Tanya Firaz penasaran.    

  "Hmm" Jawab Defian singkat.    

  Defian telah memberi tahu kedua temanya itu mengenai apa yang di alaminya saat menginjakan kakinya untuk pertama kali di wilayah Red, dan hal-hal apa saja yang menghantuinya minggu-minggu ini. Kedua temannya tidak bisa melakukan apa-apa mengenai masalah ini, jadi yang mereka bertiga lakukan hanyalah menutup mulut mereka rapat-rapat agar tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang pelanggaran yang mereka bertiga lakukan beberapa minggu yang lalu.     

  Seperti yang sudah di jelaskan, salah satu peraturan Blue yang sama sekali tidak boleh di langgar oleh siswanya yaitu 'tidak boleh menginjakan kaki di tanah Red', adapun hukuman yang diberikan bagi para siswa yang melanggar yaitu mencatat peraturan sekolah sesuai dengan tahun di mana sekolah Blue di bagun (1993). Hukuman yang sangat mengerikan, ditambah juga konsekwensi yang harus di terima siswa Blue yang melanggar peraturan Red.     

  Sangat mengerikan.    

  Didalam peraturan Red yang di keluarkan pihak sekolah mengenai daerah kekuasaan,    

  Tertulis    

  Bagi siapa siswa/i yang menemukan siswa/i Blue menginjak tanah Red, maka apapun bisa mereka lakukan pada siswa Blue tersebut. Termaksud mengklime siswa/i Blue tersebut sebagai hak kepemilikan.    

  Peraturan tersebut telah di sahkan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, serta telah di iakan oleh mentri pendidikan di negara N.    

  Namun terkadang bagi seseorang yang beruntung, mereka akan di pertemukan dengan jodoh mereka karena peraturan tersebut. Salah satunya adalah kedua orangtua Defian yaitu Indri dan Rian Mahesa.    

  Mereka berdua adalah siswa Top sekaligus siswa terbaik dari Akademik Blue dan Red pada masa itu. Satu bulan sebelum lulus sekolah, indri telah mengandung selama 5 bulan dan pada saat lulus sekolah Rian langsung datang melamar indri di kediamannya. Bisa dikatakan kedua orang tua Defian masih sangat muda.    

  Setelah mengumpul tugas kelas yang di berikan guru, Defian dan kedua temannya mengisih tenaga mereka di kantin sekola.    

  Akemi, "Cincinnya masih belum bisa terlepasyah dari jarimu?"    

  Defian menggeleng kepalanya sambil melihat tangan kanannya.    

  "Tapi jujur saja, aku sampai sekarang masih penasaran. Sebenarnya siapa pria yang memasang cincin ini di jarimu? Kalau boleh jujuryah, pasti dia bukan orang sembarangan deh..." Akemi menghentikan ucapannya dan sedikit berpikir, "Aku memiliki dugaan kecil mengenai cincin itu. Aku rasa cincin ini bukan cincin sembarangan yang hanya di jual di toko-tokoh perhiasan. Aku sangat yakin cincin ini pasti cincin yang dipesan khusus atau bisa di katakan cincin ini adalah cincin yang dikeluarkan pemerintah di Negara kita; Dengan tujuan untuk mengikat sepasang kekasih dalam ikatan pernikahan, tanpa melakukan pernikahan secara resmi di althar pernikahan. Dan bagi siapa pasangan yang memakainya; Maka tanpa sengaja, mereka telah terdaftar di kantor sipil dengan status telah menikah."    

  Defian, "..."    

  Firaz, "Omong kosong apa lagi yang kamu bicarakan. Kenapa aku sama sekali belum pernah mendengar hal-hal ini sebelumnya? Jangan terlalu banyak membaca Novel Fantasy, lihat, otakmu sudah berpikir suatu hal yang berada di luar akal manusia."    

  Akemi, "..." ( × – _ –)    

  Firaz melanjutkan memakan makannya sambil berpikir dan kemudian melanjutkan ucapanya kembali, "... Aneh kan, masa cuman Defian saja yang melihatnya, sedangkan kita tidak! Pernah tidak klian berpikir soal itu?!"    

  Defian, "..."    

  Akemi, "Astaga... Ia benar, kenapa aku sama sekali tidak kepikiran soal itu!"    

  "Ja–jadi menurut kalian, orang yang memasang cincin di jariku itu hantu?"    

  Firaz menggeleng kepalanya dan membuat kode panggil menggunakan jari telunjuknya, isyarat agar kedua temannya merapat padanya.    

  "Aku rasa kita bertiga tidak sengaja sudah bertemu dengan ketua ..."    

  Firaz menggantungkan ucapannya dan menelan ludah kasar, "... Ke–ketua k–komite kedisiplinan Red Akademik."    

  Akemi dan Defian membulatkan mata.    

  Akemi menjatohkan sendok yang di pegangnya sedangkan Defian mematung di tempat dengan wajah pucat seperti kertas.    

  "Firaz, ja–jangan bercanda terlalu berlebihan. Kamu akan menakuti Defian." Ucap Akemi gugup.    

  "Aku tidak..." Ucapan Firaz terhenti di karenakan adanya keributan yang cukup besar di kantin, beserta para siswa - siswi Blue yang kacar kacir berlarian kesana kemari.    

  Akemi menahan salah satu siswi yang sedang berlarian dan bertanya, "Apa yang terjadi?"    

  "Oh senior. Ada gosip yang beredar di sekolah Blue pagi tadi, bahwa ada salah satu Siswa Blue telah terikat pernikahan dengan siswa Top dari Akademik Red."    

  Setelah mengatakan itu, junior tadi berlari menuju ke lapangan. Akemi memandang Defian yang saat ini tengah berdiri pucat dan kaku. Demi melerai suasana tegang di sekitarnya, Akemipun menghibur sedikit.    

  "Ahahaha ... Tidak ada yang akan terjadi, percaya padaku."    

  Ucapan Akemi di atas mengarah pada pelanggaran peraturan Blue.    

  "Dari pada kita menebak-nebak siapa orangnya. Mendingan kita ikut yang lain berlari ke lapangan untuk memastikan siapa orang yang melanggar peraturan Blue!" Ucap Akemi kembali.    

  Firaz, "Benar-benar, ayo kita pergi."    

  Kerumunan yang berada di lapangan Blue lumayan sangat banyak dan padat. Bagaimana tidak, hampir semua siswa dan siswinya sudah berebutan untuk mengsmbil langkah terdepan di bagian pagar pembatas Blue dan Red yang berada di lapangan.    

  Ketua Osis Blue berteriak menggunakan maik, guna untuk menghentikan aksi masa yang saling dorong mendorong untuk menjadi yang terdepan berada di depan pagar pembatas    

  "2 meter menjauh dari pagar pembatas, jangan saling mendorong. Kalian semua pasti sudah mengetahui konsekwensi jika melanggar peraturan Blue. Jadi 2 meter menjauh dari pagar pembatas." Teriak ketua Osis Blue sambil berjalan dan menegur orang yang melewati dua meter.    

  "Hey kamu, mundurkan kakimu selangkah ke belakang ... Semua Osis ambil barisan ke depan."    

  Setelah merasa aman, ketua Osis menghadap ke depan tepatnya dibagian pagar pembatas antara Red dan Blue. Di depan sana semua siswa dan siswi Red sudah berbaris rapi seperti yang di lakukan siswa-siswi Blue.    

  Akemi, "Ayo saling berpegang tangan, kita akan menerobos sampai ke barisan depan."    

  Defian, "Emangnya bisa?"    

  Akemi hanya tersenyum licik kepada kedua temannya itu.    

  Firaz menggelengkan kepalanya, "Menggunakan kekuasaanya sebagai anak pemilik sekolah."    

  "Bisa buka jalan untuku." Ucap Akemi dengan wajah serius kepada siswa-siswi barisan belakang. Sontak siswa-siswi barisan belakang sampai kedepan membuka jalan selebar dua meter untuk dilewati Aruna dan kedua temannya yang kini saling bergandengan mengekorinnya di belakang.     

  Mereka bertigapun berjalan sampai barisan depan.    

  Beberapa siswa bertanya-tanya apa yang sedang terjadi sampai barisan ditengah di lebarkan.    

  "Nona Akemi menggunakan kekuasaannya untuk sampai ke barisan depan."    

  "Sungguh."    

  "Oh brnarkah? Oougg~ enaknya jadi Nona Akemi."    

  Kerumunan, "..."    

  Akemi sampai barisan depan dengan kedua temannya.    

  "Van van." Panggil Akemi pada ketua Osis yang merupakan tetangga rumahnya sekaligus anak dari teman Ayahnya.    

  "Van van, apa yang terjadi?"    

  Ketua Osis yang di panggil Van Van tersebut menghembuskan napasnya dan berkata, "Mereka mau meminjam sementara pengantin milik Red."    

  Akemi mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?"    

  Van van menggaruk jidatnya yang sama sekali tidak gatal, "uum ... Sebaiknya kita lihat saja dulu."    

  Setelah mengatakan itu, pandangan mereka mulai tertuju lagi ke depan. Beberapa saat kemudian barisan yang berada 4 meter dari Blue yaitu barisan Red tiba-tiba saja membelah barisan mereka menjadi dua bagian.    

  Barisan Blue mulai ribut dan menggosip kesana kemari.    

  "Blue mohon ketenangannya." Ucap Van van menggunakan maik.    

  Pada saat barisan Red telah terbuka seperti jalan, munculah seorang pria tinggi dengan setelan seragam sekolah lengkap menuju ke barisan terdepan.    

  Kemunculannya membuat semua siswi maupun siswa Blue dan Red kegirangan. Bagaimana tidak. Siapa yang tidak mengenal dia(!) siswa Top yang dijuluki sebagai Si Naga Merah milik Red itu. Siswa kebanggaan Red, siswa yang memenangkan berbagai jenis olimpiade selama dua tahun berturut-turut dan juga merupakan siswa yang berhasil menggeser Akademik Blue dari posisi atas pemenang olimpiade.     

  Bukan itu saja. Di dukung dengan wajahnya yang tanpan dan penampilannya yang sangat berwibawa, membuat orang rela melakukan apa saja demi mendapatkannya. Namun karena aurahnya yang sangat menindas, sehingga orang-orang tidak berani mendekatinya walaupun hanya berjarak 1 meter.     

  Tidak. Satu-satunya orang yang berani mendekatinya hanyalah ketua Osis dari Akademik Red yang merupakan salah satu orang kepercayaannya.    

  Bersambung ...     

  Rabu, 18 Desember 2019


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.