Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Kencan Pertama



Kencan Pertama

0"Sore hari nanti, aku akan menunggumu di gerbang sekolah. Jika kamu datang, pesan ini akan menjadi kesaksian kencan pertama kita. Jika kamu tidak datang, kamu akan tersenyum ketika kamu menoleh dan mengingatnya bertahun-tahun kemudian karena seorang anak laki-laki pernah menyukaimu."     

Setelah selesai membaca, air mata Gong Mo menetes.     

Gong Mo percaya bahwa mereka pernah saling jatuh cinta satu sama lain.     

Sheng Nanxuan tentu saja memiliki keberanian untuk menulis kata-kata seperti itu karena ia yakin mereka berdua saling jatuh cinta, bukan?     

Bagaimana mungkin orang yang begitu narsis dan suka menindas orang bisa begitu membuat Gong Mo tersenyum bertahun-tahun kemudian? Tentu saja karena Sheng Nanxuan mengajak Gong Mo untuk berkencan.     

Gong Mo menoleh dan bertanya padanya, "Apa aku pergi?"     

Sheng Nanxuan mengangguk, "Pergi."     

Gong Mo melihat kertas surat itu, tetapi tidak ada tanggal yang tertulis di dalamnya. Ia pun bertanya, "Pada hari apa?"     

"Pada hari kamu mengisi buku kenangan. Kamu memberikannya padaku sebelum ujian masuk perguruan tinggi. Karena aku takut akan mempengaruhi suasana hatimu saat ujian, jadi aku tidak pernah memberikannya padamu setelah menulisnya. Pada hari pengisian buku kenangan, kamu memelototiku setiap kali melihatku. Kamu mengira aku tidak menulis untukmu." Sheng Nanxuan tersenyum dan berkata, "Raut wajahmu baru berubah sesudah mendapatkannya."     

"Apa saat itu aku langsung melihatnya?" tanya Gong Mo.     

"Tidak." jawabnya.     

"Kamu langsung memasukkannya ke dalam tas." Wajah Sheng Nanxuan terlihat sedang mengingat-ingat dan berkata, "Meskipun aku tahu kemungkinan besar kamu akan setuju, tetapi aku sedikit cemas dan takut. Jadi aku mengajakmu untuk minum teh susu dan mentraktirmu makan. Sesudah itu aku juga mengantarmu pulang. Jika kamu tidak pergi setelah membaca suratnya, setidaknya kita sudah pernah berkencan satu kali."     

Gong Mo menatapnya, sementara air mata mengalir di matanya. Ia seperti dapat merasakan perasaan Sheng Nanxuan yang cemas dan penuh harap pada saat itu. Gong Mo juga membayangkan dirinya yang berjalan berdampingan dengan Sheng Nanxuan di sekolah dan saat ia mengajaknya minum teh susu dan makan bersama dengan malu-malu.     

Dia tidak ingat apa yang terjadi pada saat itu, tetapi Gong Mo mengingat perasaan semacam itu.     

"Aku mengantarmu sampai di dekat rumah. Kamu takut ibumu mengira kamu berpacaran terlalu dini, jadi kamu tidak mengizinkan laki-laki mengantarmu sampai ke depan pintu rumah. Tapi, aku tetap menjadi laki-laki pertama yang pernah mengantarmu." Sheng Nanxuan tersenyum dan melanjutkan, "Tentu saja bukan karena kamu tidak populer. Saat SMA, banyak sekali anak laki-laki yang menyukaimu. Seharusnya kamu mengingat hal ini. Tidakkah kamu merasa sangat aneh? Tapi kenapa tidak ada satupun yang mendekatimu? Itu karena mereka semua sudah kubereskan."     

Gong Mo menatapnya tanpa berkata-kata.     

Sheng Nanxuan melanjutkan, "Sesudah mengantarmu pulang, aku langsung kembali ke sekolah dan terus menunggumu di sana. Coba tebak, sampai kapan aku menunggumu?"     

Jantung Gong Mo berdetak kencang, "Kapan?"     

'Apa jangan-jangan aku tidak pergi?' tanya Gong Mo dalam hati.     

"Pada malam hari, pukul sepuluh lebih."     

Gong Mo menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Maafkan aku. Waktu itu, waktu itu, waktu itu aku pasti sangat sibuk."     

"Tidak." Sheng Nanxuan menatapnya dengan lembut, "Kamu tidak membuka buku kenangannya sampai sampai pada saat kamu akan tidur. Sesudah itu kamu segera berlari mencariku."     

"Apa kamu masih di sana?"     

"Tentu saja masih! Kalau tidak, bagaimana aku tahu kapan kamu datang?"     

"Jadi, kamu terus menunggu di sana? Apa kamu tidak takut kalau aku tidak datang?"     

"Tidak. Aku justru takut kalau kamu datang, tetapi aku tidak di sana. Bukankah kalau begitu kita akan saling melewatkan. Untung saja aku menunggumu. Kamu terlalu gegabah. Bagaimana bisa seorang gadis pergi di tengah malam gelap begitu?"     

Gong Mo menjawab, "Bisa-bisanya kamu masih memedulikan hal ini!"     

"Sangat berbahaya! Kamu tahu, tidak?" sahut Sheng Nanxuan.     

"Ka… kamu menunggu di sana, bukannya juga karena berharap aku datangi? Untuk apa kamu menasehatiku!"     

"Aku mengkhawatirkanmu. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padamu?"     

Gong Mo cemberut dan menatapnya, "Lalu apa kamu bahagia saat itu?"     

Sheng Nanxuan terdiam selama beberapa saat dan berkata, "Bahagia."     

"Huh!" Gong Mo mendengus dingin, lalu berkata, "Ya sudah kalau begitu. Bisa-bisanya berlagak seperti itu! Justru kamu yang harus dinasehati!"     

Sheng Nanxuan mengangguk, "Kalau begitu lupakan saja kali itu. Lagi pula tidak terjadi apa-apa. Ke depannya kalau seperti ini lagi, kamu tidak usah memedulikanku. Biarkan saja aku menunggu. Lagi pula itu adalah keinginanku sendiri. Kamu tidak usah memedulikanku dan tunggu sampai saat yang aman, barulah datang."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.