Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Langsung Menciumnya



Langsung Menciumnya

0Ini adalah pertama kali bagi Ibu Gong bertemu orang-orang ini dan berpartisipasi di acara semacam ini. Jika bukan karena dirinya yang memiliki cukup banyak pengalaman hidup, Ibu Gong pasti tidak akan bisa menghadapinya setenang ini.     

Gong Mo berkata dengan penuh pengertian, "Aku akan mengantar Ibu."     

Ibu Gong melambaikan tangannya, "Jangan biarkan Nanxuan khawatir sendirian. Meski kamu hanya seperti vas bunga, kamu juga tetap harus berdiri di sisinya."     

"..." Gong Mo menggerutu di dalam hatinya, 'Siapa yang vas bunga?!'     

Ibu Gong masuk ke vila sendirian. Ketika Gambino melihatnya, ia berbalik untuk mencari asistennya. Melihat pria tampan berambut pirang dan bermata biru itu muncul, Gambino buru-buru melambaikan tangannya.     

Pria muda tampan itu berlari, memegang kotak beludru hitam yang sedikit lebih kecil dari iPad.     

"Berikan padaku." Gambino meraihnya dan segera berjalan ke arah Ibu Gong dengan langkah yang besar.     

Para tamu yang datang hari ini semuanya tetap berada di taman atas kesadaran sendiri. Tidak ada satu orang pun yang masuk ke vila. Hanya Gambino saja yang langsung berjalan mengikuti Ibu Gong masuk ke dalam.     

Pada akhirnya, hanya ada mereka berdua di ruang tamu.     

Ibu Gong tidak tahu Gambino mengikutinya dan berjalan perlahan ke atas. Gambino berseru, "Shan Rong!"     

Shan Rong terkejut dan hampir saja terjatuh dari tangga.     

Begitu Ibu Gong menoleh dan melihat Gambino sudah masuk, ia berjalan menghampirinya dengan penuh emosi, "Dasar setan asing! Apa kamu tidak tahu apa itu tata krama?"     

"Ini untukmu!" Gambino memberikan kotak yang ada di tangannya.     

Shang Rong merasa tidak baik jika menolaknya di hari seperti ini, jadi ia menerimanya dan berkata, "Untuk Huzi?" sambil membukanya.     

Gambino berkata, "Untukmu."     

Ketika Shan Rong mendengar ini, ia menutup kotak yang sudah dibukanya dengan kuat dan mengembalikannya padanya, "Kalau begitu aku tidak mau!"     

"Minggu depan adalah hari ulang tahunmu, jadi aku ingin memberimu hadiah ulang tahun terlebih dulu." kata Gambino.     

Shan Rong tertegun sejenak dan bertanya keheranan, "Bagaimana kamu bisa tahu hari ulang tahunku?"     

Gambino tidak menjawab dan membuka kotak itu.     

Mata Shan Rong berkedip. Begitu ia menunduk dan melihatnya, ia sontak terkejut.     

Ia melihat kalung giok hijau yang diletakkan di dalam kotak.     

Menurut pengalamannya menonton acara TV program harta karun selama lebih dari sepuluh tahun, ini adalah batu giok kerajaan terbaik diantara batu giok lainnya.     

Sebuah manik simetris seperti itu tidak mungkin bernilai kurang dari 10 juta sebuah.     

Gambino melihat pakaian yang dikenakannya dan berkata sambil tersenyum, "Cocok dengan pakaianmu."     

Setelah berkata demikian, Gambino bersiap untuk memakaikan kalung itu untuknya.     

Shan Rong buru-buru menutupi lehernya dan mundur selangkah, "Ambil kembali! Aku tidak akan mengambil hadiah yang tidak pantas kuterima! Kamu memberiku bunga dan aku pun menerimanya karena tidak mahal. Tapi benda ini, aku tidak berani menerimanya."     

"Bagiku, ini tidak jauh berbeda dengan harga sekuntum bunga."     

"Tapi bagiku ini sangat jauh berbeda!"     

"Kalau begitu aku akan memberimu bunga setiap hari."     

Shan Rong tersedak, "Karena harganya tidak jauh berbeda, jika kamu mampu, berikan aku kalung seperti ini setiap hari saja!"     

Gambino maju selangkah sambil tersenyum, sementara ia segera mundur selangkah.     

"Jika kamu mau menerimanya, tentu saja aku akan memberikannya." katanya dengan suara yang dalam dan rendah.     

Ketika Shan Rong mendengar suara ini, kulit kepalanya seakan mati rasa. Ia merasa seluruh energinya seakan terkuras.     

Ibu Gong melambai padanya, "Pergi, pergi! Aku sudah tidak bisa menghirup udara segar!"     

Mata Gambino berbinar. Sebaliknya, ia justru semakin mendekat.     

Shan Rong menatapnya ketakutan, "Ka.. ka.. Kamu mau apa?! I… ini rumahku! Jangan berpikir untuk bertindak sembarangan! Jika kamu berani mendekat lagi, aku akan berteriak!"     

Dalam sekejap, Gambino menangkup wajahnya dan langsung menciumnya.     

"Wow!"     

Ada seseorang yang berseru di luar.     

Bagaimanapun juga, seluruh ruang tamu dikelilingi oleh jendela sehingga mereka berdua yang ada di dalam, tidak dapat terhindar dari pandangan orang lain. Melihat tindakan Gambino, tentu saja orang itu berseru.     

Dalam sekejap, seluruh orang yang berada di luar datang untuk melihat. 'Ksatria...' batin mereka.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.