Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Masa Lalu Gong Mo (4)



Masa Lalu Gong Mo (4)

0"Aku adalah tuan muda kedua keluarga Sheng, apa kamu masih berpikir aku kekurangan uang?" Sheng Nanxuan membantunya berdiri, lalu berkata, "Sudahlah. Aku akan menggendongmu pulang ke rumah."     

"Tidak perlu," kata Gong Mo buru-buru, "Sudah tidak sakit."     

"Jika sekarang kamu berjalan beberapa langkah, kakimu akan segera sakit lagi dan akan semakin parah."     

"Tapi…"     

"Sudah, naik saja." Sheng Nanxuan berjongkok di depannya.     

Gong Mo dengan gelisah berkata, "Aku sudah terlalu merepotkanmu. Aku bisa pulang ke rumah naik taksi."     

Sheng Nanxuan menoleh, "Kamu punya uang?"     

"Eh?" Gong Mo tidak membawa uang.     

Seketika Gong Mo merasa malu dan canggung.     

Beberapa saat kemudian, Gong Mo menatapnya dengan mata yang berbinar dan bertanya, "Bisakah kamu…"     

"Baru saja aku habiskan." Sheng Nanxuan langsung menghancurkan angan-angan Gong Mo begitu saja.     

Gong Mo tertegun sambil menggigit-gigit bibirnya. Ia merasa Sheng Nanxuan sedang berbohong padanya.     

"Sebenarnya tadi uangku tidak cukup untuk membeli obat, tapi karena penjual itu merasa aku tampan, dia memberiku diskon dua yuan lebih murah."     

"..." Gong Mo hanya bisa mempercayai perkataannya.     

Sheng Nanxuan berdiri dan memasukkan tangan ke saku celananya, lalu berkata, "Kalau tidak, aku akan bernyanyi di sini dan melakukan pertunjukkan langsung agar bisa mengumpulkan ongkos taksi untukmu."     

Gong Mo menatap Sheng Nanxuan tercengang.     

Ia berdeham dan bersiap untuk bernyanyi.     

Gong Mo buru-buru berkata, "Tidak, tidak perlu! Le… lebih baik kamu menggendongku saja!"     

"Apa aku bilang… Pada akhirnya aku tetap menggendongmu, kan… Untuk apa kamu terus keras kepala!" Sheng Nanxuan berjongkok di depannya.     

Gong Mo bersandar pada punggungnya dengan hati-hati. Gong Mo yang merasa sudah dipermainkan pun berpikir, 'Dia tidak sedang menghalalkan segala cara, kan?'     

Sheng Nanxuan mengantarnya sampai ke pintu gerbang kawasan perumahan. Gong Mo pun berkata, "Terima kasih. Aku masuk dulu."     

"Jalan pelan-pelan saja dan jangan dipaksakan. Nanti gosok lagi kakimu sebelum tidur. Seharusnya besok sudah tidak akan sakit."     

"Oke, terima kasih." Gong Mo tersipu malu.     

"Jangan lupa minum obat makannya." Wajah Sheng Nanxuan yang serius terlihat dingin.     

"Hm." Gong Mo berbalik dan berjalan dua langkah dengan pincang, lalu menoleh, "Hati-hati di jalan."     

"Siapa yang tidak hati-hati saat berjalan dan menabrakku, orang itulah yang harus berhati-hati."     

Gong Mo tercekat. Ia meliriknya tanpa berkata-kata, lalu berbalik dan masuk.     

Melihat bayangan Gong Mo yang menghilang, Sheng Nanxuan pun berbalik dan berlari beberapa langkah, lalu berjungkir balik.     

Setelah berdiri, ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan perlahan sambil menyenandungkan sebuah lagu.     

Pada saat berjalan, Sheng Nanxuan menarik tangannya dari dalam saku dan melihat telapak tangannya, lalu bergumam, "Kenapa tubuh wanita begitu lembut dan suka menangis?"     

Ketika Gong Mo kembali ke rumah, Shan Rong yang sedang mengkhawatirkannya, buru-buru bertanya, "Dari mana saja kamu?"     

Gong Mo berjalan terpincang-pincang, "Aku terkilir dalam perjalanan pulang. Temanku mengantarku ke rumah sakit. Itu sebabnya aku pulang agak terlambat."     

"Kenapa kamu tidak berhati-hati?" Shan Rong tidak mencurigainya dan buru-buru membantunya masuk ke kamarnya.     

Gong Mo menarik napas lega. Untung saja tadi Sheng Nanxuan membelikannya obat, jika tidak ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Gong Mo sangat tidak ingin ibunya mengkhawatirkannya.     

Sesudah hari itu, Gong Mo jadi semakin memperhatikan Sheng Nanxuan.     

Begitu kelas berakhir, Gong Mo selalu tidak bisa menahan dirinya untuk melihat ke arahnya.     

Pada saat diberi tugas untuk membaca buku di pagi hari, Gong Mo juga selalu tidak bisa menahan dirinya untuk mengamati, apakah Sheng Nanxuan terlambat lagi.     

Namun, Sheng Nanxuan masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja, ia akan menyeringai padanya jika Gong Mo tidak berhati-hati dan kedapatan sedang memperhatikan dirinya.     

Wajah Gong Mo tiba-tiba memerah dan ia pun tidak berani menatapnya lagi.     

Sejujurnya, Sheng Nanxuan sangat tampan ketika tersenyum.     

Murid-murid perempuan ingin menjadikannya sebagai pria idaman di sekolah, tapi sayangnya, nilai Sheng Nanxuan terlalu buruk.     

Ada seorang murid tahun ketiga yang tampan dan memiliki nilai yang bagus. Jadi, meskipun lebih tampan darinya, tetapi Sheng Nanxuan tetap tidak dapat merebut posisinya.     

Ketika kakak kelas itu lulus dan masih belum bisa menemukan orang lain yang memiliki keterampilan dan ketampanan sekaligus, mungkin Sheng Nanxuan lah yang akan menempati tahta pria idaman sekolah.     

Terkadang Gong Mo merasa kecewa dan tidak puas padanya.     

Meskipun nilainya buruk, seharusnya Sheng Nanxuan juga tidak boleh menyerah pada dirinya sendiri. Jika ia sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran dan mengerjakan PR, mungkin saja akan ada kemajuan!     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.